Memiliki atasan yang toxic tentunya akan membuat karyawan yang ada di bawahnya menjadi tidak nyaman ketika bekerja. Atasan yang toxic biasa disebut dengan toxic leadership. Hal ini merujuk pada sikap dan juga kelakuannya dalam bekerja, terutama kepada karyawan yang ada di bawahnya.
Tentunya banyak orang yang ingin menghindari tipe atasan yang toxic dan memilih untuk tidak berurusan dengan atasan seperti itu sama sekali. Maka dari itu, LinovHR akan membedah lebih dalam mengenai 7 tanda toxic leadership yang kemungkinan terjadi di lingkungan kerja Anda!
Apa Itu Toxic Leadership?
Secara harfiah toxic leadership bisa diartikan dengan pemimpin yang ‘beracun’. Beracun di sini memiliki arti bahwa kepemimpinan yang dibawa oleh atasan tersebut negatif atau buruk. Kebiasaan seperti itu nantinya berdampak pada kondisi dan juga kinerja dari tim yang dipimpin.
Selain itu, pemimpin yang toxic kerap membuat kondisi tim yang dipimpinnya akan dipenuhi dengan konflik dan saling curiga. Sehingga lingkungan kerja yang tercipta memiliki aura yang negatif, tidak kondusif serta sering terjadi miskomunikasi yang menghambat kinerja tim.
Seorang atasan yang toxic bisa sukses untuk jangka waktu yang pendek, namun akan gagal untuk jangka waktu yang panjang, sebab pemimpin yang toxic tidak mampu untuk membangun relasi yang baik dengan anggota timnya, dan cenderung menjatuhkan satu sama lain, sehingga akan berdampak goals atau tujuan dari tim yang ia pimpin tersebut.
Ciri-ciri Toxic Leadership
Seorang pemimpin yang toxic memiliki berbagai macam ciri yang melekat pada dirinya. Agar Anda tidak terjebak dengan orang-orang tersebut, penting untuk mengetahui ciri-cirinya.
Pemimpin Manipulatif
Salah satu ciri yang sering melekat pada orang-orang yang toxic, termasuk toxic leadership. Tidak bisa dipungkiri bahwa perilaku manipulatif adalah perilaku yang tidak baik dan merugikan banyak orang. Seorang pemimpin yang toxic cenderung melakukan perilaku yang manipulatif untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Menutup Kritik dan Saran
Ciri selanjutnya yaitu tidak terbuka dengan segala saran dan juga kritik yang dilayangkan atas dirinya. Seorang pemimpin yang baik harus membuka diri dengan segala bentuk kritik dan saran yang membangun. Pemimpin yang menutup diri akan dua hal di atas, sudah termasuk ke dalam pemimpin yang toxic.
Dengan menutup kedua hal di atas, hal itu menandakan bahwa segala keputusan dan perilaku yang ia lakukan sudah mutlak dan benar adanya. Hal tersebut akan berdampak pada tim yang ia pimpin, karena dalam sebuah tim memerlukan sebuah timbal balik berupa kritik maupun saran yang membangun tim ke arah yang lebih baik lagi.
Memiliki Perilaku Mengintimidasi
Perilaku mengintimidasi termasuk ke dalam salah satu ciri pemimpin yang toxic. Perilaku suka mengintimidasi bisa membuat karyawan yang berada di bawah kepemimpinannya merasa takut dan tidak berkembang. Hal ini tentu saja berhubungan dengan intimidasi yang diberikan oleh atasannya.
Seorang pemimpin yang memiliki perilaku mengintimidasi cenderung melakukan segala cara untuk mencapai kesuksesan secara pribadi dan hanya menggunakan bawahannya sebagai batu pijakan saja.
Mendiskriminasi
Selanjutnya yaitu memiliki perilaku diskriminatif atau membeda-bedakan. Pemimpin yang memiliki perilaku diskriminatif cenderung tidak menyukai tim atau bawahan yang memiliki pandangan atau pemikiran yang berbeda dengan dirinya.
Orang yang diskriminatif cenderung menutup diri akan perbedaan dan keberagaman, dan lebih suka dengan sesuatu yang sama atau sefrekuensi dengan dirinya. Akhirnya kinerja dari tim juga akan berpengaruh serta bawahan akan merasa terkekang dan tidak mengekspresikan dirinya dengan bebas.
Jiwa Kompetitif Tinggi
Ciri selanjutnya yaitu pemimpin yang memiliki jiwa kompetitif yang tinggi atau cenderung berlebihan. Seorang pemimpin yang memiliki sifat ini selalu melihat bawahannya sebagai saingan dan tidak suka melihat bawahannya berkembang dan lebih baik daripada dirinya. Sehingga cenderung ingin menang sendiri dan menekan karyawannya dengan menghalalkan segala cara.
Pimpinan dengan jiwa kompetitif yang tinggi lebih suka mengambil suatu tindakan atau keputusan secara langsung, tanpa melakukan diskusi dengan tim internalnya terlebih dahulu.
Otokratis
Otokratis merupakan sebuah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin mengendalikan sesuatu secara penuh, seperti menentukan kebijakan, target, strategi, pengawasan, dan lain-lain tanpa melibatkan bawahan atau karyawan dari tim yang ia pimpin.
Secara sederhana bisa dikatakan bahwa gaya kepemimpinan ini sangat otoriter dan seluruh karyawan diwajibkan untuk mematuhi segala tindakan yang disuruh. Pemimpin otoriter lebih suka komunikasi yang berjalan satu arah yaitu dari atasan ke bawahan, dibandingkan dengan komunikasi dua arah, dimana terdapat feedback dari tim atau bawahan.
Suka Membully
Nyatanya, bully tidak hanya terjadi pada lingkungan sekolah saja, namun dapat terjadi juga dalam dunia kerja. Salah satu sumbernya yaitu pemimpin yang beracun. Pemimpin yang toxic cenderung merendahkan atau bahkan menjelek-jelekkan bawahan atau karyawan di timnya, apabila kinerjanya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Pemimpin yang suka membully tidak suka untuk membantu karyawannya berkembang, melainkan lebih suka membuat karyawannya merasa bersalah dan tidak berhasil dalam melakukan pekerjaannya.
Baca Juga: Waspada Perilaku Toxic Mansplaining di Tempat Kerja
Cara Mengatasi Leader Toxic
Apabila Anda sudah terlanjur masuk ke dalam lingkungan atau pemimpin yang toxic, berikut adalah cara-cara yang bisa Anda gunakan untuk mengatasi hal tersebut.
Membuat Batasan dengan Atasan
Cara yang pertama yaitu dengan membuat batasan antara Anda dengan atasan toxic yang Anda punya.
Apabila tidak diharuskan untuk bertemu dengan atasan Anda secara langsung, maka hindarilah hal tersebut. Semakin jarang Anda bertemu dengan atasan Anda, maka kondisi mental Anda pun akan semakin membaik dan Anda bisa memfokuskan diri pada pekerjaan.
Fokuskan Pikiran pada Pekerjaan
Selanjutnya yaitu dengan membuat distraksi atau pengalihan. Dengan memfokuskan pikiran dan tenaga pada pekerjaan Anda, akan membuat diri Anda teralihkan dengan segala perilaku ataupun ucapan-ucapan yang atasan Anda lontarkan.
Hal tersebut bisa mengurangi stres yang Anda alami dan bisa tetap produktif meskipun memiliki atasan yang toxic.
Baca Juga: Menjadi Pimpinan Yang Dapat Menjadi Role Model Bawahan Anda
Mengubah Mindset
Mengubah pola pikir atau sudut pandang ketika berada dalam toxic leadership sangat penting untuk dilakukan. Cobalah untuk mulai melihat segala sesuatu atau tindakan yang ia lakukan dengan cara yang berbeda dan lebih positif lagi. Dengan begitu Anda akan terbiasa dan bisa menghadapi perilaku-perilaku tersebut dengan baik.
Namun perlu diingat bahwa, bukan berarti Anda harus mengikuti segala kemauan atasan Anda. Melainkan, lebih mengontrol emosi dan juga pola pikir yang Anda punya agar tidak mengganggu pekerjaan Anda selama dipimpin oleh atasan yang toxic.
Membangun Relasi dengan Korban Serupa
Target dari toxic leadership tidak hanya dirasakan oleh satu orang, melainkan oleh beberapa orang. Cobalah untuk membangun pertemanan atau relasi dengan orang-orang yang bernasib sama dengan Anda. Dengan begitu Anda memiliki kekuatan untuk menghadapi skenario terburuk yang mungkin saja terjadi kepada diri Anda di kemudian hari.
Menjalin relasi dan membentuk support system dengan orang yang memiliki nasib serupa akan membuat Anda merasa lega ketika menceritakan segala keluh kesah mengenai atasan Anda yang toxic tersebut. Sehingga membuat Anda lebih merasa rileks dan bisa mengurangi stres yang sedang Anda rasakan.
Komunikasikan dengan HRD
Langkah terakhir yang bisa Anda lakukan yaitu dengan membicarakan hal tersebut kepada Human Resource Department (HRD).
Anda bisa meminta pertolongan kepada HR untuk menindaklanjuti perilaku toxic dari atasan Anda. Biasanya perusahaan akan melakukan penyelidikan atau investigasi berdasarkan data-data dan juga bukti yang Anda punya terhadap perilaku toxic yang dilakukan oleh atasan Anda.
Perilaku toxic sangat merugikan banyak orang, terutama orang-orang yang terlibat secara langsung di dalamnya. Maka dari itu, penting untuk memilih seorang pemimpin yang berkompeten baik dari dari hard skill serta soft skill. Karena tanpa soft skill yang baik, seorang pemimpin hanya akan menjadi “bos” saja tanpa menjadi leader.
Semoga ulasan tentang toxic leadership di atas mampu menambah wawasan atau menjadi refleksi diri bagi Anda!