Bekerja di sebuah perusahaan artinya anda harus mampu bekerja sama dengan karyawan lainnya, tidak hanya dari satu divisi tetapi antar divisi. Tak hanya itu, kerja sama dan komunikasi juga pasti akan terjadi antara karyawan senior dengan karyawan junior.
Hubungan antar karyawan yang berbeda generasi seperti ini tentu akan menimbulkan suatu gesekan. Perspektif, pandangan, pemikiran, dan kebiasaan yang berbeda karena gap usia menjadi faktor yang kerap menjadi pemicunya. Untuk mengatasi hal ini, kesadaran dari tiap karyawan untuk saling menghargai memang diperlukan. Tetapi tak cukup disitu, perusahaan juga harus mengambil peran. Salah satu upaya yang biasa dilakukan adalah dengan meningkatkan Employee Engagement.
Employee Engagement adalah upaya manajemen bisnis perusahaan untuk melibatkan karyawan secara kolaboratif. Penerapan Employee Engagement ini akan membuat karyawan memiliki keterlibatan penuh dan memiliki semangat bekerja tinggi untuk perusahaan.
Baca Juga: Strategi HRD dalam Meningkatkan Employee Engagement
Terkait dengan hubungan lintas generasi, Employee Engagement diharapkan bisa menjembatani kebutuhan generasi senior dengan generasi muda. Keterlibatan karyawan didukung dengan fleksibilitas perusahaan dalam membangun suatu budaya korporasi yang akomodatif untuk semua.
Lantas, bagaimana agar Employee Engagement bisa menjadi jembatan lintas generasi dalam perusahaan? Berikut beberapa tipsnya.
Perusahaan Harus Memahami Kebutuhan Karyawan
Karyawan muda biasanya lebih suka sesuatu dinamis. Kehidupan mereka yang sejak kecil terbiasa terbantu dengan teknologi, menjadikan pandangan mereka akan waktu dan tempat kerja menjadi lebih luas. Sedangkan karyawan senior sering kali masih memberlakukan aturan-aturan kaku seperti kantor dan jam kerja. Prioritas hidup mereka pun tentu akan berbeda karena ada perhitungan yang lebih jauh seperti soal keluarga dan kesejahteraan hari tua.
Perbedaan gaya dan pandangan ini menunjukkan adanya kebutuhan yang berbeda pula. Oleh karena itu, perusahaan harus bisa memahami kebutuhan spesifik tiap rentang usia karyawannya dengan tetap mengikuti kebutuhan zaman. Pemahaman tersebut tentu dibarengi dengan upaya-upaya seperti membangun iklim kerja yang kondusif. Pendekatan budaya korporasi juga bisa dilakukan. Pimpinan atau pihak manajerial harus memberikan contoh budaya yang baik seperti tidak diskriminatif, menyamakan perlakuan antara senior dan junior, transparan dalam bekerja, dan lain sebagainya.
Perusahaan Harus Fleksibel dan Membuka Diri
Perbedaan pandangan dan gaya kerja seperti yang diungkap sebelumnya juga menunjukkan bahwa cara masing-masing generasi dalam menghargai fleksibilitas juga berbeda. Golongan generasi tua umumnya menganggap fleksibilitas artinya bisa menyeimbangkan peran antara karir dan rumah tangga. Sedangkan generasi muda lebih memandang fleksibilitas sebagai dinamisnya tempat kerja menghadapi pekerjaan.
Baca Juga: Manajemen SDM Yang Ramah terhadap Generasi Z Jelang 2020
Pada intinya, kedua generasi menyukai fleksibiltas. Artinya, perusaahaan juga harus mampu bersifat fleksibel dan terbuka namun tetap terstruktur. Buatlah budaya yang lebih menyenangkan. Pihak mabajerial harus mau membuka pintu untuk tiap karyawannya memberikan saran dan pandangan secara terbuka. Hal ini bisa membangun rasa saling percaya dan hormat antar karyawan dan antar generasi karyawan.
Mengadakan Mentoring Lintas Generasi
Kesenjangan usia antar karyawan di perusahaan bisa teratasi dengan membangun suatu hubungan yang baik. Hubungan ini bisa terjalin asalkan komunikasi antar keduanya juga bisa berjalan. Karyawan generasi senior bisa memberikan mentoring kepada karyawan junior. Bagaimanapun, karyawan senior memiliki pengalaman yang lebih banyak untuk dibagi dan bisa menjadi gambaran bagi juniornya agar lebih siap menghadapi tantangan pekerjaan.
Begitupun sebaliknya, karyawan junior bisa menjadi mentor untuk seniornya dalam hal teknologi. Hal ini penting agar generasi senior paham bahwa teknologi berkembang sangat pesat bahkan mungkin diluar dari ekspektasi mereka sendiri. Dengan memahami, mereka juga bisa lebih menghargai bagaimana karyawan junior bekerja.
Pendekatan Personal Antar Karyawan
Di dalam sebuah organisasi apapun, rasa kekeluargaan adalah kunci untuk menghindari kesalahpahaman. Untuk itu, pendekatan personal menjadi penting untuk bisa dijalankan. Melalui pendekatan personal antara generasi senior dan generasi muda, maka rasa saling percaya dan bertanggung jawab akan pekerjaannya juga akan lahir.
Tak cukup disitu, dengan pendekatan personal maka tiap karyawan akan memahami tantangan pekerjaan yang dihadapi oleh masing-masing dari mereka dan bagaimana mereka menghadapinya. Jika hal-hal tersebut berjalan baik, maka tak akan ada lagi gap antar generasi yang dapat merugikan perusahaan.
Pada hakikatnya, perselisihan antar generasi di perusahaan adalah suatu keniscayaan. Namun yang terpenting adalah bagaimana perusahaan merespon hal tersebut agar tidak menjadi kendala tetapi menjadi kekuatan. Perusahaan harus mampu mengambil peran melalui employee engagement agar karyawan terbangun kesadarannya bahwa jalinan lintas generasi adalah potensi yang tidak hanya baik untuk perusahaan tetapi penting bagi dirinya sendiri.