Kesehatan mental karyawan menjadi salah satu hal penting yang tidak bisa diabaikan oleh perusahaan. Saat karyawan menunjukkan gejala stres berlebihan, perusahaan bisa memberikan kesempatan time off work for stress pada mereka.
Jenis cuti ini memang secara khusus diatur dan diberikan dengan tujuan untuk memastikan kesehatan mental karyawan terjaga.
Maka dari itu, penting sekali bagi HR paham apa saja yang menjadi tanda-tanda karyawan membutuhkan cuti stres ini. Selengkapnya, ketentuan, dan tanda-tandanya bisa Anda pahami dalam artikel LinovHR berikut ini!
Apa Itu Time Off Work for Stress?
Istilah “time off work for stress,” atau sering disebut sebagai cuti karena stres/ cuti kesehatan mental, merujuk pada jenis cuti medis yang dapat diminta oleh karyawan ketika mereka mengalami dampak fisik dan/atau mental akibat stres, kecemasan, atau depresi.
Contohnya, saat pandemi lalu, banyak karyawan yang mengalami burnout, terutama pada karyawan yang bekerja jarak jauh.
Kelelahan terjadi ketika karyawan terus-menerus menghadapi tingkat stres yang tinggi untuk waktu yang lama.
Ini bisa disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan, memiliki lingkungan pekerjaan yang terus-menerus menkannya, atau karena kurangnya dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka.
Baca juga: Mengenal Discretionary Time Off
Mengapa Time Off Work for Stress Penting?
Kesejahteraan mental karyawan tidak hanya menjadi aspek manusiawi yang mendasar, tetapi juga memainkan peran kunci dalam kinerja dan keberlanjutan suatu perusahaan.
Dalam konteks ini, pemberian stress leave atau cuti stres bukan hanya sekadar untuk kesehatan mental, tetapi juga strategi dalam mengelola sumber daya manusia.
Berikut mengapa cuti stres menjadi penting dalam lingkungan kerja.
1. Meningkatkan Produktivitas
Karyawan yang memiliki kesehatan mental yang seimbang cenderung tampil lebih baik. Tingkat stres, kecemasan, atau masalah kesehatan mental lainnya yang rendah dapat meningkatkan fokus dan efisiensi kerja.
Dengan memberikan kesempatan untuk cuti stres, perusahaan dapat mendukung karyawan agar dapat pulih dan kembali dengan performa terbaik.
2. Mengurangi Absensi
Memperhatikan dan mendukung kesehatan mental dapat mengurangi jumlah cuti sakit atau bolos yang dilakukan oleh karyawan. Dengan hal ini, tingkat absenteeism karyawan dapat dikurangi.
3. Meningkatkan Retensi
Karyawan cenderung bertahan di perusahaan yang menghargai kesejahteraan mereka. Departemen HR yang mendukung, kebijakan cuti yang adil, dan pemahaman terhadap hukum cuti medis menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa diperhatikan.
Dengan demikian, time off work for stress bukan hanya investasi dalam kesehatan mental karyawan, tetapi juga faktor dalam mempertahankan talenta di dalam organisasi.
Alasan Time Off Leave for Stress
Dalam dunia kerja yang penuh dinamika, manajemen stres menjadi krusial untuk menjaga kesehatan mental karyawan.
Memberikan cuti “time off for stress” bukan hanya suatu langkah proaktif, melainkan suatu kebutuhan mendesak mengingat berbagai tantangan yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis dan produktivitas.
Berikut alasan-alasan mendasar yang melandasi perlunya jenis cuti ini.
1. Bullying, Mikroagresi, atau Lingkungan Kerja yang Tidak Ramah
Karyawan yang tidak merasa aman dan nyaman di lingkungan kerja dapat mengalami tingkat stres yang sulit diatasi. Lingkungan kerja yang toxic juga berpotensi memengaruhi kesejahteraan dan kebahagiaan karyawan.
2. Burnout
Beban kerja yang berlebihan dan sulitnya memenuhi tenggat waktu dapat mengakibatkan stres dan burnout. Memberikan kesempatan cuti stres adalah langkah untuk mencegah kelelahan mental yang berlebihan.
3. Ketidakfleksibelan Lingkungan Kerja
Jika perusahaan kesulitan beradaptasi dengan perubahan dan memahami harapan karyawan, stres dapat merembet ke semua lapisan organisasi. Memberikan waktu istirahat pada karyawan dapat membantu mereka dalam beradaptasi dan mengelola tekanan ini.
4. Hubungan Sulit dengan Manajer atau Rekan Kerja
Konflik interpersonal antara manajer atau rekan kerja dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat. Ini dapat menjadi salah satu alasan karyawan merasa perlu mengambil cuti untuk mengatasi ketidaknyamanan psikologis mereka.
5. Ketidakseimbangan Fungsional Antara Kerja dan Kehidupan
Kesulitan memisahkan diri dari pekerjaan setelah pulang dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan hidup. Memberikan kesempatan stress leave memberikan waktu bagi karyawan untuk merestrukturisasi pola hidup mereka.
6. Perlu Fokus Lebih pada Kesehatan dan Kesejahteraan Karyawan
Ketidakpedulian terhadap dukungan kesehatan mental dan kepuasan karyawan dapat berujung pada peningkatan kasus time off work for stress. Menyadari dan merespons kebutuhan ini dapat menciptakan budaya perusahaan yang peduli dan mendukung.
Baca Juga: Kondisi Kesehatan Mental yang Sering Dialami Karyawan
Tanda Karyawan Perlu Mengambil Time Off Work for Stress
Penting bagi setiap perusahaan untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang karyawan mungkin membutuhkan cuti stres.
Langkah ini diperlukan agar perusahaan dapat memberikan dukungan yang sesuai dan mencegah potensi masalah kesejahteraan mental yang lebih serius.
Berikut adalah beberapa indikator yang perlu diperhatikan.
1. Gejala Kesehatan Mental
Gejala ini bervariasi dari kecemasan dan depresi hingga gangguan mental yang lebih serius.
Gejala emosional dapat mencakup perasaan terlalu terbebani, kekhawatiran yang konstan, atau bahkan perasaan putus asa.
2. Gejala Fisik
Stres kronis dapat bermanifestasi menjadi berbagai gejala fisik seperti kelelahan, sakit kepala, dan bahkan kondisi kesehatan yang lebih serius.
Jika gejala ini terkait langsung dengan stres di tempat kerja, hal tersebut dapat menjadi dasar yang cukup untuk mengambil waktu istirahat.
3. Ketidakseimbangan Kerja dan Kehidupan
Keseimbangan yang tidak proporsional antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat memperburuk tingkat stres.
Karyawan mungkin merasa bahwa tuntutan pekerjaan mengganggu kehidupan pribadi mereka, yang bisa mengarah pada kelelahan mental.
4. Penyebab Stres di Tempat Kerja
Indikator ini dapat melibatkan berbagai faktor, mulai dari harapan yang tidak realistis, perlakuan yang tidak adil, beban kerja yang terlalu berat secara berkepanjangan, hingga konflik interpersonal di tempat kerja.
Menyadari tanda-tanda ini dan memberikan ruang bagi karyawan untuk mengambil cuti stres adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan mental dan kinerja yang optimal di lingkungan kerja.
Baca juga: Unhappy Leave: Aturan Cuti untuk Karyawan yang Tidak Bahagia
Permudah Kelola Cuti Karyawan dengan Software Absen LinovHR
Cuti menjadi salah satu cara karyawan untuk dapat menyeimbangkan kehidupan dan pekerjaan mereka. Dengan begini akan mengurangi tekanan stres kepada karyawan dan memberikan kesempatan istirahat yang layak pada karyawan.
Maka dari itu, penting juga bagi Anda untuk membuat pengelolaan cuti karyawan menjadi suatu hal yang mudah. Mulai dari mengatur kuota, jenis, mengatur pembagian cuti, sampai proses approval cuti.
Pengelolaan cuti ini bisa menjadi pekerjaan yang mudah dengan Software Absensi LinovHR. Di mana terdapat fitur khusus untuk pengelolaan cuti yaitu Leave Management.
Fitur Leave Management ini membantu HR untuk mengatur jenis cuti yang bisa diajukan karyawan, jumlah cuti, dan siapa saja karyawan yang berhak menggunakan cuti tersebut.
Selain itu, Absensi online LinovHR juga menghilangkan proses yang rumit dalam pengajuan cuti, di mana setelah karyawan mengajukan cuti melalui ESS mereka, maka HR hanya perlu melakukan approval melalui software dan sistem akan secara otomatis mencatat dan mengurangi cuti karyawan tersebut.
Manfaatkan LinovHR untuk mengoptimalkan pengelolaan cuti karyawan dan tingkatkan efisiensi operasional perusahaan Anda.