Tes Kraepelin merupakan alat uji yang digunakan untuk mengukur tingkat perhatian seseorang dalam periode waktu singkat.
Bagi banyak orang, tes Kraepelin mungkin terasa tidak familiar pada awalnya. Namun, begitu peserta diberikan soal, mereka akan segera memahami format dan tata cara pelaksanaannya.
Walaupun banyak yang belum terbiasa dengan cara menjawab tes Kraepelin secara efektif, tes ini memiliki pengaruh besar terhadap hasil keseluruhan dalam tes psikotes.
Biasanya perusahaan mengeluarkan tes psikotes dalam bentuk tes pauli dan tes kraepelin. Keduanya terlihat serupa, tetapi pada dasarnya sangat berbeda.
Simak pengertian dari tes kraepelin dan perbedaannya dengan tes pauli di ulasan yang telah dirangkum oleh LinovHR berikut ini!
Apa Itu Tes Kraepelin?
Tes Kraepelin adalah jenis psikotes angka yang menggunakan kertas dengan 45 kolom dan 60 baris, berisi angka 0 hingga 9 yang disusun secara acak.
Tujuan tes ini adalah untuk mengukur kemampuan peserta dalam hal konsentrasi, ketelitian, stabilitas emosi, dan daya tahan kerja.
Aspek yang dievaluasi dalam tes ini meliputi kecepatan kerja (Panker), ketelitian kerja (Tianker), konsistensi kerja (Janker), dan ketahanan kerja (Hanker).
Baca Juga: 8 Jenis Tes Psikologi yang Menguak Habis Karakter Calon Karyawan
Tujuan Tes Kraepelin
Dalam penerapannya di rekrutmen, HR memiliki tujuan tersendiri saat memberikan tes ini ke kandidat. Berikut adalah beberapa tujuannya.
1. Mengukur Konsistensi
Tes ini dikerjakan dengan menjumlahkan angka secara vertikal per baris. Jika jumlah tingkatan yang telah dihitung sama pada tiap barisnya, ini berarti kandidat tersebut termasuk orang yang konsisten dalam mengerjakan suatu tugas.
2. Mengetahui Kestabilan Emosi
Masih ada kaitannya dengan konsistensi, tes ini dapat mengetahui tingkat kestabilan emosi kandidat saat mengerjakan suatu tugas. Kandidat yang mudah panik tergambar pada pengerjaan tes kraepelin yang fluktuatif (contoh gambar di atas).
3. Mengetahui Kecepatan
Pengerjaan tes kraepelin biasanya dibatasi di waktu 20 menit dengan alokasi 1 menit tiap barisnya. Kecepatan pengerjaan tentu menjadi aspek yang tak kalah penting bagi HRD dalam menilai kandidat.
4. Mengukur Ketelitian
Tak cuma kecepatan pengerjaan, tes ini juga mengetahui tingkat ketelitian dari kandidat. Percuma jika banyak baris yang berhasil dihitung, namun perhitungan yang dihasilkan tidak tepat.
Baca Juga: Tips Mengerjakan Psikotes Online
Software Rekrutmen LinovHR memberikan solusi terpadu untuk mendukung perusahaan dalam mengelola proses rekrutmen dengan lebih efisien dan efektif.
Software ini menyediakan alat pelaporan yang kuat untuk menganalisis kinerja rekrutmen.
Perusahaan dapat mengevaluasi sumber pencarian kandidat, mengukur waktu perekrutan, dan membuat keputusan berbasis data untuk meningkatkan strategi rekrutmen.
Baca Juga: Mau Lolos Tes Psikotes? Berikut Tips Menjawab dan Contoh Soalnya!
Perbedaan Tes Kraepelin dan Tes Pauli
Tes pauli dan kraepelin mempunyai tampilan yang sangat mirip. Akan tetapi, keduanya sangat berbeda dalam beberapa aspek.
Di bawah ini adalah penjelasan mengenai perbedaan tes pauli dan kraepelin.
1. Durasi
Pada tes pauli, durasi yang biasa diberikan pengawas untuk mengerjakan adalah 60 menit. Selama 60 menit itu, pengawas akan memberikan instruksi ‘ganti’ atau ‘pindah’.
Jika pengawas sudah memberikan instruksi, maka Anda harus menggaris bawah angka terakhir yang dikerjakan dan pindah untuk mengerjakan baris selanjutnya.
Sedangkan pada tes kraepelin yang memiliki jumlah soal lebih sedikit dari tes pauli. Anda hanya diberi waktu 10 sampai 15 menit untuk mengerjakan penjumlahan sesuai instruksi.
2. Pencetus
Pada abad ke 19, seorang psikiater bernama Emil Kraepelin membuat alat tes kraepelin yang digunakan untuk mendiagnosa gangguan otak yaitu alzheimer dan demensia.
Tes kraepelin dibuat sangat mudah sehingga setiap orang yang bisa menghitung dapat mengerjakan tes ini.
Lalu pada tahun 1938, Prof. Dr. Richard Pauli mengembangkan tes kraepelin sehingga memungkinkan untuk menilai kepribadian seseorang.
Setelah distandarisasi dan melewati proses penyempurnaan, akhirnya pada tahun 1951 terciptalah tes pauli sebagai alat ukur kepribadian.
3. Ukuran Kertas
Perbedaan tes pauli dan kraepelin yang paling terlihat adalah ukuran kertas pengerjaan. Khusus tes pauli, ukuran kertas pengerjaan seukuran kertas koran. Karena itu juga tes pauli disebut dengan tes koran.
Sedangkan ukuran kertas tes kraepelin relatif lebih ringkas, yaitu hanya berukuran A4 atau F4 dan tidak diberikan kertas tambahan.
4. Cara Pengerjaan
Walau terlihat sama, tetapi keduanya memiliki perbedaan satu sama lain. Berikut akan dijelaskan beberapa perbedaan antara kedua tes psikotes tersebut. Lihatlah gambar di bawah ini!
Untuk mengerjakan tes pauli, Anda harus menghitung penjumlahan dari tabel yang paling atas ke bawah. Jika pihak pengawas memberi instruksi “berhenti”, maka Anda harus memberi garis pada angka terakhir yang telah Anda kerjakan.
Berbeda dengan tes pauli, cara mengerjakan tes kraepelin dengan menjumlahkan tabel mulai dari bawah ke atas. Jika pengawas memberikan instruksi “pindah” maka Anda harus mengerjakan baris angka selanjutnya.
Baca Juga: Tes Psikotes Menggambar Orang
Penilaian dalam Tes Kraepelin dan Tes Pauli
Perlu Anda perhatikan bahwa selain ketelitian dan ketepatan, tes ini juga dinilai dari beberapa aspek. Apa saja yang harus Anda perhatikan agar mendapatkan penilaian sempurna?
1. Hasil Penjumlahan
Para pengawas atau pemeriksa tes akan menilai dari jumlah hitungan tiap barisan apakah para peserta mengerjakan secara tepat atau asal-asalan. Jadi, pastikan jika Anda menjumlahkan tiap angka dengan benar.
2. Bentuk Angka
Bentuk angka dalam hasil penjumlahan tes ini akan dilihat apakah angka yang ditulis secara jelas atau tidak.
Karena harus dikerjakan dengan cepat, sering kali penulisan angka tidak bisa dibaca dengan jelas. Hal ini akan berpengaruh kepada penilaian.
3. Grafik
Grafik yang terus meningkat memungkinkan Anda dinilai sebagai pribadi yang produktif. Tetapi jika hasil pengerjaan malah menunjukkan grafik yang terus meningkat, hal ini akan memunculkan kecurigaan pengawas. Anda akan dianggap orang yang workaholic.
Usahakan Anda dapat membuat grafik yang stabil antara naik dan turun sehingga pengawas akan menilai bahwa Anda adalah orang yang mampu berkonsentrasi ketika mengalami tekanan.
4. Kebersihan dan Kerapihan
Para pemeriksa tes tidak akan meloloskan jika kertas dari soal Anda kotor dan juga berantakan. Usahakan untuk menjaga kertas tersebut tetap rapi dan bersih seperti saat Anda menerima soal.
5. Disiplin
Disiplin dalam tes pauli ini menjadi hal penting dalam proses penilaian. Anda dilarang untuk mengerjakan soal sebelum ada instruksi dari pengawas soal. Pastikan Anda mendengarkan semua instruksi pengawas dengan baik.
Kesimpulan
Tes kraepelin diterapkan oleh HR sebagai bagian dari proses rekrutmen yang bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kemampuan dari kandidat.
Kandidat yang dinilai baik dalam tes ini berpeluang besar untuk lanjut ke tahap selanjutanya.
Selain tes ini, HR perlu memikirkan mekanisme rekrutmen lainnya guna mengoptimalkan proses rekrutmen yang efektif. Salah satu caranya dengan menerapkan teknologi untuk manajemen rekrutmen yang lebih baik.
Teknologi tersebut adalah Aplikasi Rekrutmen LinovHR. Aplikasi ini membantu mengelola rekrutmen karyawan secara lebih sederhana.
Mulai dari fitur Manpower Planning dan Recruitment Request yang mempersiapkan perencanaan rekrutmen secara lebih tertata.
Fitur Stage juga dapat membantu mengidentifikasi proses aktual dari rekrutmen. Misal, saat ini kandidat sedang menjalani serangkaian tes, termasuk tes kraeplin.
Terdapat manfaat lainnya dari Aplikasi Rekrutmen LinovHR untuk mengoptimalkan rekrutmen di perusahaan Anda! Jadwalkan demonya sekarang!
Itulah pembahasan dari tes kraepelin dan perbedaannya dengan tes pauli. Diharapkan setelah memahami perbedaan ini, Anda bisa mengerjakan tes pauli dan tes kraepelin dengan lancar.
Semoga informasi di atas dapat membantu!