Jika Anda ingin bahagia dalam hidup, maka Anda perlu menerapkan filosofi stoicism. Stoicism adalah filosofi hidup yang mengajak manusia untuk fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol agar bisa hidup tenang dan bahagia.
Manfaat stoicism yang membawa kebahagiaan tentu tidak boleh Anda lewatkan. Oleh karena itu, baca artikel dari LinovHR di bawah ini untuk menerapkan stoicism dan menjadi bahagia!
Memahami Filosofi Stoicism
Stoicism adalah filosofi hidup yang membawa kebahagiaan. Filosofi ini meningkatkan perasaan positif, menurunkan perasaan negatif, dan membantu setiap individu untuk menjadi pribadi yang terbaik.
Hal tersebut dapat terjadi karena filosofi ini memberikan framework yang jelas dan mudah dipahami oleh setiap individu. Stoicism menekankan bahwa setiap orang hanya perlu fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol oleh diri sendiri dan bersyukur terhadap hal-hal yang dimiliki.
Menurut pandangan stoicism, kebahagiaan itu bukanlah sesuatu yang harus dikejar. Ajaran ini fokus pada bagaimana kita mengurangi emosi negatif seperti marah, sedih, atau galau.
Di dalam stoicism ada dua pilar utama yang menjadi penopang, yaitu cardinal virtues atau dasar-dasar kebijakan dan dichotomy of control atau dualitas pengatur hidup.
Filosofi stoicism sudah menjadi rahasia hidup bahagia banyak orang sejak dulu kala. Filosofi ini sudah diterapkan sejak zaman Yunani dan Roma kuno, sekitar abad ke-3 SM. Tokoh terkenal yang berperan penting dalam pengembangan dan penyebaran stoicism antara lain Marcus Aurelius, Lucius Annaeus Seneca, Zeno of Citium, dan Epictetus.
Manfaat Memiliki Pola Pikir StoicismÂ
Menerapkan pola pikir stoicism mendatangkan banyak manfaat. Kita jadi lebih mampu untuk mengendalikan diri kita dalam menghadapi emosi.
Selain itu, ada beberapa manfaat lainnya dari penerapannya, antara lain:
1. Lebih Bersyukur
Stoicism mengajarkan individu untuk bersyukur terhadap hal-hal yang dimiliki dan ditemui, baik atau buruk. Meskipun menemui hal buruk, stoicism mengajak untuk melihatnya sebagai cara memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik.
2. Tidak Mudah Khawatir
Saat ini, orang mudah merasa khawatir atau anxiety. Ini karena individu terlalu fokus menyesali masa lalu, melupakan masa sekarang, dan takut akan masa depan.
Prinsip stoicism cukup jelas. Epictetus mengatakan bahwa rasa khawatir bisa dihilangkan dengan fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol diri sendiri, ambil langkah untuk mengontrolnya, dan lupakan hal lain yang tidak bisa dikontrol. Dengan menerapkan hal ini, Anda tidak akan mudah merasa khawatir.
3. Lebih Bahagia
Kombinasi dari rasa syukur dan rasa tidak khawatir akan membuat seseorang merasa lebih bahagia. Ini karena bersyukur membuat seseorang merasa puas terhadap apa yang dimiliki dan tidak menuntut untuk memiliki banyak hal yang mungkin sulit untuk dicapai.Â
Selain itu, perasaan tidak khawatir membuat seseorang merasa tenang. Perasaan tenang ini akan berujung pada kebahagiaan.
Baca Juga: Bagaimana Cara Menerapkan Mindfulness?
Prinsip Filosofi Stoicism
Sebelum menerapkan stoicism, kenali dulu prinsip-prinsip penting dari filosofi stoicism. Berikut ini adalah prinsip-prinsipnya:
1. Tidak Semua Hal Bisa Dikontrol
Filosofi stoicism menyatakan bahwa tidak semua hal bisa dikontrol. Ada hal-hal yang bisa diri sendiri kendalikan, namun ada juga yang tidak. Setiap orang harus bisa mengidentifikasi perbedaan ini.
Hal ini penting karena banyak orang merasa tidak bahagia dan tidak berdaya karena mencoba mengontrol hal-hal yang sebenarnya tidak bisa dikontrol. Contoh hal yang tidak bisa dikendalikan diri sendiri adalah opini orang lain terhadap diri.
2. Diri Sendiri Adalah Penentu Kebahagiaan
Stoicism juga mengutarakan bahwa kebahagiaan atau penderitaan ditentukan oleh diri sendiri. Sebenarnya, setiap orang menentukan kebahagiaan atau penderitaan yang ingin dirasakan.
Contohnya, ada dua orang yang mengalami PHK. Keduanya sama-sama merasa kecewa, namun ada perbedaan sikap yang ditunjukkan. Orang pertama merasa sangat sedih dan kecewa sehingga tidak bisa melakukan apa-apa, sementara orang kedua bisa menghapus kekecewaannya dan merasa optimis karena bisa menjemput kesempatan baru.
3. Jangan Fokus pada Hal yang Tidak Dimiliki
Banyak orang yang merasa sedih dan kecewa karena tidak memiliki hal-hal yang indah dan besar seperti orang lain. Misalnya mobil baru dengan model terkini atau rumah yang besar. Padahal, mereka memiliki hal lain seperti tabungan atau kesehatan.
Stoicism tidak menghalangi individu untuk memiliki barang-barang bersifat material. Namun, filosofi ini mengajak agar setiap orang tidak fokus pada hal yang tidak dimiliki. Justru, stoicism meminta individu untuk bersyukur atas hal-hal yang dipunya.
4. Mengubah Hal Negatif Menjadi Hal Positif
Anda mungkin banyak mengalami hal negatif dalam hidup. Ketika hal negatif itu terjadi, banyak orang yang memilih untuk mengeluh dan kesal.
Alih-alih mengeluh, stoicism mengajak setiap orang untuk mengubah hal negatif menjadi hal positif. Contohnya ketika seseorang mengalami patah tulang kaki yang menyebabkannya harus istirahat di tempat tidur terus menerus, ia bisa menghilangkan keluhan dan pikiran negatifnya dengan mencoba mengembangkan diri. Misalnya dengan membaca banyak buku atau menulis jurnal.
Cara Menerapkan Stoicism dalam Dunia Kerja
Stoicism bisa diterapkan di berbagai situasi dan kondisi, termasuk di dunia kerja. Dengan menerapkan stoicism di dunia kerja, pekerjaan Anda akan berjalan dengan lancar.
Di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menerapkan stoicism di dunia kerja:
1. Tidak Menyalahkan Hal Eksternal
Stoicism menyatakan bahwa hal-hal eksternal yang terjadi tidak bisa disalahkan. Apa yang dirasakan setiap orang berasal dari dalam diri manusia, bukan dari luar.Â
Itulah sebabnya Anda tidak bisa menyalahkan tugas yang berat atau atasan yang menuntut karena telah membuat Anda merasa stres dan frustasi. Sebab, perasaan stres dan frustasi tersebut dibentuk oleh diri sendiri.
2. Tetap Berpikir Simpel
Kini, banyak orang sering merasa khawatir karena selalu overthinking atau berpikir secara berlebihan. Misalnya, apakah atasan menyukai hasil kerjaku? Apa baju yang harus aku pakai hari ini untuk bekerja? Apakah orang-orang menyukaiku? Seperti apa masa depanku?
Marcus Aurelius, salah satu tokoh stoicism menjelaskan bahwa manusia harus tetap berpikir dengan simpel. Tidak perlu memusingkan hal-hal kecil. Fokus saja terhadap hal yang harus dilakukan saat ini.
3. Tidak Perlu Terlalu Menjunjung Tinggi KarierÂ
Hidup bukan hanya tentang karier. Sehingga, Anda tidak perlu menjunjung tinggi karier hingga melupakan hal lainnya dalam hidup.
Meski demikian, bukan berarti stoicism melarang Anda untuk bekerja. Anda tetap bisa bekerja keras dengan sepenuh hati, namun jangan terlalu terlena hingga melupakan hidup.
4. Tidak Bertindak Terlalu Emosional
Hidup dan pekerjaan yang dilalui manusia sudah berat. Oleh karena itu, tidak perlu menambah kesulitan dengan bertindak terlalu emosional di tempat kerja.
Misalnya Anda bekerja dengan atasan yang tidak Anda senangi. Ketika atasan tersebut memberi tugas, Anda mungkin menganggap ia hanya menambah kesulitan dan ingin membuat Anda kesal. Anda pun menolak untuk melakukan tugas tersebut, mengakibatkan konflik dengan atasan.
Padahal, Anda bisa menghindari konflik dengan mengesampingkan emosi dan berpikir objektif. Bisa jadi, tugas yang diberikan merupakan tugas yang mudah untuk dikerjakan.
Stoicism adalah filosofi yang membawa manusia kepada kebahagiaan. Setelah membaca artikel ini, semoga Anda bisa menerapkannya dalam keseharian.