Banyak dari Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata stereotip. Stereotip adalah istilah yang cenderung memiliki makna negatif, yang umumnya ditujukan kepada orang atau kelompok tertentu.
Banyak juga masyarakat sering kali tidak sadar bahwa mereka sedang melakukan stereotip kepada orang maupun kelompok lain.
Kali ini kita akan membahas secara khusus mengenai apa yang dimaksud dengan stereotip, contohnya, hingga cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
Simak ulasan berikut ini!
Apa yang Dimaksud dengan Stereotip?
Secara sederhana arti stereotip adalah memberikan suatu penilaian terhadap individu atau kelompok tertentu berdasarkan keyakinan, pengalaman, pengaruh maupun omongan orang-orang sekitar terhadap hal-hal tertentu.
Penilaian dari stereotip cenderung memiliki kesan atau makna yang negatif terhadap individu maupun orang yang dituju. Maka dari itu, seringkali sikap stereotip menimbulkan dampak yang buruk dalam kehidupan bermasyarakat.
Jika sikap ini dibiarkan, nantinya akan berujung pada sikap diskriminatif terhadap orang atau kelompok tertentu di dalam masyarakat.
Contoh paling umum stereotip dalam masyarakat yaitu, orang yang bertato seringkali dihubungkan dengan premanisme atau orang yang terlibat dengan kejahatan.
Atau orang-orang yang berasal dari desa, kerap dikaitkan dengan orang yang memiliki pendidikan rendah, dan contoh-contoh lainnya.
Perbedaan Stereotip dan Prasangka
Meskipun kedua hal ini saling berkaitan dan kerap disamakan artinya oleh banyak orang, namun ada perbedaan yang jelas diantara keduanya.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, stereotip adalah sebuah penilaian terhadap kelompok tertentu berdasarkan keyakinan yang dipegang atau dianggap benar. Sedangkan prasangka adalah sebuah ide atau asumsi yang tidak berdasarkan fakta atau kebenaran yang ada.
Tentunya kedua hal tersebut sangat berbeda dari segi penerapan dan juga definisi, namun kerap kali dikaitkan satu sama lain.
Meskipun berbeda, namun keduanya cenderung memiliki makna dan kesan yang negatif, sehingga perlu untuk dihindari, terutama dalam kehidupan bermasyarakat. Stereotip dan prasangka yang dilontarkan kepada individu atau kelompok tertentu bisa memicu terjadinya masalah atau konflik yang berkepanjangan.
Baca Juga: Kiat Mengatasi Rekan Cari Muka di Lingkungan KerjaÂ
Penyebab Stereotip
Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu stereotip tidak muncul begitu saja. Berikut ini penyebab umum terbentuknya stereotip di kehidupan sehari-hari:
1. Pengaruh Budaya
Budaya memiliki peran penting dalam pembentukan stereotip. Stereotip dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui norma sosial, nilai-nilai, dan pandangan yang diterima dalam masyarakat.Â
Media, termasuk film, televisi, dan buku, seringkali memainkan peran penting dalam memperkuat atau mengubah stereotip budaya.Â
Jika suatu budaya menggambarkan suatu kelompok dengan stereotip tertentu, itu dapat mengukuhkan pandangan negatif terhadap kelompok tersebut.
2. Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi juga dapat menjadi penyebab stereotip. Ketika seseorang memiliki pengalaman negatif dengan satu anggota kelompok tertentu, mereka cenderung menggeneralisasi pengalaman tersebut ke seluruh kelompok.
Misalnya, jika seseorang pernah mengalami tindakan buruk dari satu individu dari kelompok etnis tertentu, mereka mungkin secara tidak sadar mengasosiasikan semua orang dari kelompok tersebut dengan perilaku yang sama.
3. Ketidakpastian dan Ketakutan
Ketidakpastian dan ketakutan juga dapat memicu stereotip. Manusia sering kali merasa tidak nyaman dengan yang tidak diketahui atau yang berbeda.Â
Untuk mengatasi rasa ketidakpastian dan ketakutan, kita cenderung menggunakan stereotip sebagai alat untuk memprediksi perilaku orang lain.Â
Ini dapat mengarah pada asumsi yang tidak akurat dan prasangka terhadap kelompok tertentu.
4. Pengaruh Struktur Sosial Ekonomi
Struktur sosial dan ekonomi dalam masyarakat dapat memainkan peran dalam pembentukan stereotip.Â
Ketidaksetaraan, diskriminasi, dan ketidakadilan sistemik dapat mengakibatkan kelompok tertentu diperlakukan secara tidak adil, dan ini dapat memicu stereotip negatif terhadap kelompok tersebut.
5. Terbentuk dan Beredar melalui Gosip
Stereotip sering kali terbentuk dan beredar dari mulut ke mulut. Ketika orang berbicara tentang kelompok lain dengan pandangan tertentu yang sering kali bias, ini dapat memperkuat gambaran tersebut sehingga kian sulit untuk mengubahnya.Â
Komunikasi yang salah juga dapat menciptakan lingkaran setan di mana stereotip memicu prasangka dan tindakan diskriminatif.
Contoh Stereotip dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut ini beberapa contoh stereotip yang mungkin pernah Anda dengar dalam kehidupan sehari-hari:
- Perempuan tidak bisa berkendara dengan baik.
- Orang Sunda terkenal lemah lembut dan penyabar.
- Masyarakat di benua Asia rajin dan sangat cerdas dalam matematika.
- Orang yang bertato memiliki sifat kasar dan suka memberontak.
- Orang Minang cenderung pelit dan perhitungan, tapi kaya dan punya banyak uang.
- Laki-laki harus kuat dan tidak boleh mengekspresikan perasaannya, termasuk menangis.
- Orang Indonesia dikenal ramah dan sopan.
- Orang dengan gangguan mental berbahaya dan tak bisa diandalkan.
- Guru adalah sosok yang bijaksana dan dapat menjadi teladan bagi murid-muridnya.
- Orang Batak digambarkan sebagai sosok yang keras dan memiliki temperamen tinggi.
Contoh Stereotip Tentang Departemen HR
Sebuah stereotip tidak hanya berlaku dalam kehidupan masyarakat saja, namun ada juga stereotip yang muncul di dalam dunia kerja, salah satunya yaitu stereotip terhadap divisi atau department Human Resource (HR).
Berikut ini adalah contoh stereotip yang sering terjadi pada department HR.
1. Divisi HR Tidak Memahami Bisnis di luar Departemennya
Contoh yang pertama yaitu karyawan lain kerap kali mencap HR sebagai divisi yang tidak memahami bisnis dalam sebuah perusahaan.
Divisi HR dianggap hanya mengerti dan mengurus bagian-bagian yang berhubungan dengan administrasi perusahaan dan kegiatan yang berhubungan dengan SDM saja.
2. HR Hanya Membantu Perusahaan Saja
Stereotip selanjutnya yaitu divisi HR hanya membantu perusahaan saja, tetapi tidak membantu karyawan.
Hal ini sering terjadi apabila perusahaan sedang dihadapkan pada sebuah krisis. Dimana perusahaan mengharuskan mengurangi jumlah karyawannya demi kelangsungan bisnisnya.
Dalam kasus ini tentunya departemen HR yang akan menyampaikan informasi pengurangan karyawan tersebut kepada orang yang bersangkutan, hal ini yang membuat karyawan melihat HR sebagai musuh mereka dan hanya membantu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Melihat dari kasus ini, maka banyak orang yang memberikan stereotip kepada divisi HR bahwa mereka hanya berdiri dan membantu perusahaan saja, tidak kepada karyawannya.
3. Menjadi Seorang HR Tidak Memerlukan Kemampuan Khusus
Contoh stereotip HR yang ketiga adalah banyak orang menganggap untuk menjadi seorang HR tidak diperlukan skill atau kemampuan khusus.
Hal ini mungkin berhubungan dengan kerja yang dilakukan oleh seorang HR, sebab mereka lebih banyak terlibat dalam urusan administrasi kepegawaian dan juga kegiatan yang berhubungan dengan SDM.
4. Pekerjaan HR Hanya Sebatas Merekrut dan Memberhentikan Karyawan
Salah satu stereotip yang sering melekat pada seorang HR yaitu merekrut dan memberhentikan karyawan.
Pekerjaan utama seorang HR tentunya berhubungan dengan SDM, termasuk dalam proses perekrutan dan juga pemberhentian seorang karyawan.
Divisi HR umumnya terpisah dan memiliki tempat khusus di perusahaan, sehingga banyak karyawan yang tidak mengetahui pekerjaan HR yang lainnya.
5. HR Jarang Menanggapi Keluhan dari Karyawan
Contoh stereotip yang terakhir adalah, banyak orang yang menganggap HR jarang menanggapi segala keluhan-keluhan yang dimiliki oleh karyawan, atau bahkan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan keluhan tersebut.
Hal ini yang menciptakan stereotip negatif terhadap divisi HR di banyak perusahaan.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Burnout untuk Karyawan PerusahaanÂ
Dampak Buruk Stereotip untuk Perusahaan
Stereotip kerap kali memberikan kesan dan dampak yang buruk bagi siapa saja, termasuk di masyarakat dan dalam perusahaan.
Berikut dampak buruk yang memungkinkan terjadi di dalam perusahaan, yaitu:
- Tumbuhnya rasa tidak percaya terhadap HR dari para karyawan yang ada di perusahaan.
- Pemimpin atau organisasi cenderung menghindari segala keuntungan yang mungkin bisa didapat dari departemen HR.
- Membuat orang-orang yang ingin berkarir dalam bidang HR menjadi ragu untuk menjadi seorang HR.
Baca Juga: Mengatasi Perbedaan Pendapat di Kantor
Cara Menghindari Stereotip Terhadap Departemen HR
Bila Anda merupakan seorang HR dan ingin menghindari stereotip tersebut, berikut ini adalah cara-cara yang bisa Anda lakukan.
1. Mengkomunikasikan Peran HR kepada Karyawan
Menjelaskan dan menjabarkan tugas HR yang sesungguhnya kepada karyawan akan mencegah atau mengurangi karyawan atau orang-orang di dalam perusahaan untuk memiliki stereotip negatif terhadap departemen HR.
Komunikasi yang cukup juga akan membuat karyawan memahami peran vital yang dimiliki oleh HR terhadap perusahaan. Dengan begitu, antara HR dan karyawan bisa memiliki hubungan dan ikatan yang kuat untuk memajukan perusahaan.
3. Memperkuat Hubungan HR dengan Departemen Lain
Cara yang kedua yaitu tentunya dengan menjalin hubungan antara HR dengan departemen-departemen lain yang ada di perusahaan.
Cara ini bertujuan untuk meningkatkan ikatan antara HR dan orang-orang di perusahaan, sehingga perusahaan dan juga karyawan yang lain memiliki kepercayaan terhadap HR dan mau melibatkan HR dalam segala permasalahan yang memungkinkan terjadi di dalam perusahaan.
4. Berikan Data Kepada Atasan atau Manajemen Mengenai Dampak dari HR
Cara yang terakhir yaitu dengan memberikan data yang valid mengenai progres dan juga impact yang terjadi kepada perusahaan melalui kinerja yang dilakukan oleh HR.
Berkoordinasi dengan atasan mengenai data apa saja yang dibutuhkan oleh perusahaan dan memberikan bukti valid mengenai peningkatan produktivitas kerja yang dialami oleh karyawan karena keterlibatan HR di dalamnya.
Demikian pembahasan mendalam mengenai apa yang dimaksud dengan stereotip, dari mulai pengertian, contoh, penyebab, dampak, hingga cara mencegah hal tersebut terjadi kepada divisi HR.
Stereotip bisa memberikan dampak yang buruk bagi orang-orang yang terlibat, maka dari itu penting untuk menghindari sikap stereotip dan mulai membangun pemikiran yang terbuka dan positif. Semoga bermanfaat!