Istilah inflasi pasti familiar di telinga Anda. Namun, bagaimana dengan istilah stagflasi?
Stagflasi adalah kondisi ekonomi yang saat ini tengah dikhawatirkan akan terjadi. Kondisi ini perlu diwaspadai setiap orang, terutama perusahaan.
Sebenarnya, apa arti stagflasi? Tak perlu bingung lagi, Anda bisa mengenalinya di artikel LinovHR berikut ini!
Apa Itu Stagflasi?
Stagflasi adalah kondisi ekonomi di mana terjadi inflasi tinggi, pertumbuhan ekonomi stagnan, dan angka pengangguran tinggi. Istilah stagflasi merupakan gabungan dari kata stagnasi dan inflasi.
Istilah ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1960-an oleh politisi Inggris yang bernama Macleod. Ia menggunakan kata stagflasi karena Inggris sedang berada dalam inflasi dan stagnasi.
Stagflasi kemudian kembali terjadi di tahun 1970-an. Kala itu, istilah stagflasi digunakan untuk menggambarkan tingginya inflasi karena krisis bahan bakar. Krisis di tahun tersebut kemudian menyebabkan Amerika Serikat mengalami penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) selama 5 kuartal.
Stagflasi menyebabkan ekonomi tidak berjalan dengan baik. Sering kali, hal ini dibarengi dengan masyarakat yang harus mengubah gaya hidupnya dan mengalami kesulitan finansial.
Penyebab Terjadinya Stagflasi
Stagflasi disebabkan oleh melemahnya ekonomi. Hal ini ditandai dengan tingginya inflasi dan angka pengangguran serta melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Penyebab stagflasi terjadi juga bisa karena dampak dari tatanan kebijakan ekonomi yang buruk. Misalnya seperti regulasi pasar, barang, dan tenaga kerja yang buruk menjadi penyebab stagflasi.
Stagflasi yang diprediksi akan terjadi di tahun 2023 disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
1. Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak lini perusahaan ditutup, termasuk pabrik manufaktur. Penutupan operasional pabrik manufaktur yang banyak terdapat di Cina dilakukan untuk mencegah penyebaran virus.
Jika pabrik-pabrik ditutup, ketersediaan barang di masyarakat akan terganggu. Padahal, permintaan masyarakat masih cukup banyak.
Pada akhirnya, ketidakseimbangan supply dan demand menyebabkan kenaikan harga barang.
2. Perang Rusia dan UkrainaÂ
Serangan Rusia terhadap Ukraina juga bisa menyebabkan stagflasi.
Hal ini dapat terjadi karena perang yang terjadi di antara kedua negara tersebut menyebabkan gangguan ekspor minyak dan gas dari Rusia serta ekspor minyak bunga matahari dan gandum dari Ukraina terganggu.
Gangguan tersebut menyebabkan inflasi harga minyak dan berkurangnya pasokan bahan makanan. Jika terus berlanjut, hal ini bisa menyebabkan kelaparan di negara berkembang.
Dampak dari Stagflasi
Jika stagflasi benar-benar terjadi, masyarakat akan menerima dampaknya. Berikut ini adalah dampak dari stagflasi yang perlu diwaspadai.
1. Meningkatkan Pengangguran
Salah satu unsur dari stagflasi adalah inflasi. Inflasi merupakan naiknya harga-harga barang di pasaran secara terus menerus.
Inflasi biasanya ditangani dengan meningkatkan suku bunga. Hal ini dilakukan agar masyarakat sulit meminjam uang, sehingga nilai barang tidak terus naik.
Namun, hal itu juga menimbulkan konsekuensi tertentu. Bukan hanya masyarakat yang sulit meminjam uang, tetapi juga perusahaan. Akibatnya, perusahaan sulit menjalankan bisnis.
Jika perusahaan sulit berbisnis, perusahaan akan mengurangi pengeluaran dengan memotong biaya operasional. Salah satu langkah yang diambil biasanya memberhentikan karyawan.
Dengan demikian, tingkat pengangguran pun akan meningkat.
2. Menurunkan Daya Beli Masyarakat
Harga barang yang meningkat tentu menyebabkan masyarakat tidak mampu membeli barang-barang. Hal ini akan bertambah parah jika disertai dengan PHK massal oleh banyak perusahaan.
Karena itulah, saat ini banyak masyarakat yang sudah menyiapkan diri untuk menghadapi stagflasi. Masyarakat mengubah gaya hidup dengan lebih berhemat.
Masyarakat juga bersiap dengan menyimpan dana darurat untuk 6 bulan. Selain itu, beberapa orang memilih untuk segera melunasi hutang dan melakukan restrukturisasi kredit sebelum suku bunga bertambah naik.
Dengan demikian, ketika stagflasi terjadi, masyarakat akan mempunyai simpanan uang untuk membeli barang-barang.
3. Menurunkan Nilai Tukar Mata Uang
Salah satu dampak stagflasi adalah merosotnya nilai tukar mata uang. Dampak ini hadir akibat dari akumulasi dampak-dampak sebelumnya, seperti naiknya harga-harga barang di pasaran sehingga tidak dapat dijangkau masyarakat.Â
4. Meningkatkan Indeks KesengsaraanÂ
Indeks kesengsaraan atau misery index adalah indikator yang menandakan buruknya kondisi ekonomi di suatu negara.
Indeks ini diukur berdasarkan jumlah pengangguran, tingkat inflasi, dan biaya hidup di suatu negara.
Jika indeks kesengsaraan suatu negara tinggi, maka rakyat negara tersebut berada dalam kesengsaraan yang cukup tinggi.
Baca Juga: Bagaimana Cara Korporasi Membantu Perekonomian Negara
Contoh Kasus Stagflasi
Stagflasi sudah pernah terjadi sebelumnya. Stagflasi dulu terjadi pada tahun 1973 hingga 1980-an.
Stagflasi yang dulu terjadi disebabkan karena organisasi negara-negara pengekspor minyak di dunia (OPEC) menghentikan ekspornya ke Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Pembatasan ini dilandasi oleh dukungan ketiga negara tersebut terhadap Israel dalam perang Yom Kippur.
Pemberhentian ekspor menimbulkan peningkatan harga-harga barang. Bukan hanya harga barang komoditas, harga minyak juga naik hingga 300% hanya dalam waktu setahun.
Kenaikan harga barang tersebut membuat perusahaan mau tak mau harus memberhentikan karyawan. PHK massal yang terjadi kemudian meningkatkan pengangguran.
Stagflasi ini kemudian bisa berakhir ketika negara-negara Barat mulai memproduksi sendiri komoditas mereka agar tidak terlalu bergantung dengan negara-negara pengekspor.
Itulah hal yang perlu Anda ketahui tentang stagflasi, semoga dengan mengetahui hal ini Anda jadi mengerti bagaimana setiap dari kita memiliki peran dalam perekonomian.