Di era digital yang terus berkembang, social selling adalah elemen penting dalam strategi pemasaran dan penjualan bagi perusahaan.
Dengan masyarakat yang semakin terhubung melalui platform media sosial, praktik social selling menjadi kunci untuk membuka peluang baru dan membangun hubungan yang erat dengan pelanggan.
Karena itu, mari simak artikel LinovHR berikut untuk mengetahui pentingnya menguasai kemampuan soft selling serta cara untuk menerapkannya dengan sukses dalam penjualan!
Pengertian Social Selling
Social selling adalah metode strategis di mana penjual berupaya membangun dan memperkuat hubungan dengan prospek melalui jejaring sosial.
Sesuai dengan perkembangan zaman, para penjual semakin mengadopsi teknologi penjualan dan media digital untuk semakin terhubung dengan pembeli.
Metode ini akan membantu tim sales untuk membangun hubungan yang baik dengan calon pelanggan, sehingga kredibilitas mereka bisa meningkat dan target penjualan pun tercapai.
Pilar dalam Social Selling
Dalam menerapkan social selling, Anda harus memahami pilar dan best practice atau praktik terbaik di dalamnya. Pahami melalui uraian berikut ini:
1. Ciptakan Brand Profesional yang Bernilai
Pilar pertama social selling adalah menciptakan brand yang tidak hanya profesional, namun juga bernilai.
Saat berinteraksi di platform sosial, penting untuk menghindari pendekatan yang terlalu ‘hard selling’.
Sebagai gantinya, beralihlah ke pendekatan soft selling di mana penjual lebih mengedepankan nilai suatu produk serta manfaat yang diterima calon pelanggan jika membelinya.
Ini bisa dilakukan dengan mendemonstrasikan produk secara langsung, atau membuat konten yang sesuai target audiens.
Terpenting, tonjolkan pain points yang dimiliki calon pelanggan agar membangkitkan keinginan mereka untuk membeli produk.
2. Membangun Hubungan dengan Calon Pelanggan yang Tepat
Selanjutnya, Anda perlu membangun hubungan dengan calon pelanggan yang tepat.
Maksudnya, mereka yang termasuk ke dalam target pasar dan memiliki keluhan yang bisa diatasi dengan produk.
Social selling menekankan hubungan yang bermakna dengan calon pelanggan untuk meningkatkan kepercayaan mereka, sehingga Anda dapat mendorong mereka untuk membeli produk.
Dalam hal ini, Anda dapat mengidentifikasi prospek yang memenuhi kriteria melalui metode social selling tertentu untuk memastikan interaksi yang lebih autentik dan memastikan bahwa keberhasilan upaya penjualan.
3. Bersikap Autentik
Pilar ketiga menekankan pentingnya bersikap autentik dalam berinteraksi dengan prospek.
Dengan bersikap autentik dan berfokus pada kebutuhan calon pelanggan, maka hal ini akan membangun kepercayaan kepada calon pelanggan.
4. Social Selling Membutuhkan Waktu
Jangan mengharapkan hasil yang instan karena hasil dari social selling membutuhkan waktu.
Meskipun beberapa prospek yang telah Anda hubungi belum siap untuk membeli produk, tapi tetaplah jaga hubungan yang baik.
Ini akan membantu perusahaan tetap menjadi top of mind prospek sehingga mereka akan segera mencari produk Anda saat membutuhkannya.
Social Selling vs Traditional Selling
Kedua teknik penjualan ini memiliki definisi dan cara berbeda.
Dalam penjualan tradisional, fokus utamanya adalah menggunakan pendekatan langsung dari sales untuk menarik calon pelanggan.
Mereka juga menekankan closing deal segera melalui taktik seperti cold calling.
Sebaliknya, social selling mengalihkan fokus dari tenaga penjual ke platform media sosial.
Dalam hal ini, mereka membangun hubungan dan kredibilitas brand melalui interaksi dan engagement, berbagi konten yang valuable, dan mengumpulkan insight dari media sosial.
Ini menunjukkan bahwa social selling lebih berfokus pada tujuan jangka panjang. Sementara itu, penjualan tradisional lebih menekankan pada tujuan jangka pendek.
Baca Juga: Sales Training: Pengertian, Manfaat, Ide Pelatihan
Pentingnya Kemampuan Social Selling
Kemampuan social selling kini menjadi sangat penting dalam perkembangan teknologi dan dunia digital saat ini.
Pasalnya, kemampuan ini memberikan solusi yang inovatif dibandingkan dengan penjualan konvensional yang terkadang terasa kurang personal.
Dengan melibatkan pelanggan melalui interaksi langsung seperti membalas komentar, menyukai komentar, dan berbagi postingan, serta memanfaatkan teknologi penjualan, perusahaan dapat membangun kredibilitas sosial secara organik.
Kemampuan ini memungkinkan penjual untuk memanfaatkan dinamika media sosial demi menciptakan koneksi yang lebih erat dengan pelanggan.
Ini juga menciptakan peluang penjualan yang lebih efektif dalam era digital yang terus berkembang.
Bagaimana Cara Mengembangkan Social Selling pada Tim Sales
Untuk mengembangkan keahlian social selling dalam tim penjualan, penting untuk memahami berbagai aspek yang menjadi kunci keberhasilan.
Dalam konteks ini, ada 10 topik pelatihan yang direkomendasikan untuk diterapkan dalam program pengembangan penjualan sosial. Berikut penjelasannya:
1. Memberikan Pelatihan Social Selling pada Karyawan
Anda perlu memahami kekuatan social selling untuk keberhasilan dalam strategi ini.
Misalnya, Anda memberikan pelatihan yang berfokus pada interaksi, active-listening, dan kepedulian untuk memberikan value kepada pelanggan.
Selain itu, perwakilan tim sales perlu beradaptasi dengan perubahan perilaku pembeli, sehingga mereka dapat menjalin koneksi yang lebih personal.
2. Menggunakan Platform Media Sosial
Penting bagi tim sales untuk menguasai kemampuan social media marketing dalam mengembangkan social selling.
Dalam hal ini, Anda dapat menjelaskan konsep di balik pemanfaatan media sosial untuk penjualan.
Anda dapat menggunakan contoh platform utama seperti LinkedIn, Facebook, Instagram, dan TikTok.
Melalui platform ini, Anda dapat menunjukkan bagaimana mereka dapat terhubung dengan pelanggan dan memberikan penjualan yang lebih baik.
3. Membangun Kredibilitas secara Online
Membangun kredibilitas brand secara online melalui media sosial juga menjadi langkah penting dalam memanfaatkan social selling.
Upaya ini mencakup meningkatkan brand awareness kepada target audiens, serta mendongkrak konversi atau penjualan.
Untuk mengoptimalkannya, perusahaan perlu memahami cara mengembangkan profil yang menarik dan profesional di media sosial.
Pembuatan, pengelolaan, dan analisis konten yang sesuai dengan target audiens juga menjadi bagian penting dalam hal ini.
4. Membuat Konten yang Relevan
Selanjutnya, penting untuk membuat konten valuable yang relevan bagi target audiens.
Ini bertujuan untuk meningkatkan brand awareness dan konversi melalui berbagai konten, seperti artikel, video, dan infografis.
Harapannya, hal ini dapat mendorong target audiens untuk berinteraksi atau bahkan membeli produk yang ditawarkan.
Agar lebih maksimal, perusahaan dapat memberikan pelatihan kepada tim sales sehingga efektivitas upaya penjualan mereka meningkat.
5. Terlibat dengan Calon Pelanggan Melalui Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif adalah kunci dalam membangun hubungan yang baik.
Hal ini tak terkecuali dalam konteks menjalin hubungan dengan calon pelanggan saat menerapkan social selling.
Ini menunjukkan betapa pentingnya menguasai keterampilan komunikasi pada tim sales yang akan menjalankan strategi social selling.
Pelatihan ini perlu mencakup berbagai strategi yang dibutuhkan agar praktik social selling dapat berjalan dengan baik.
6. Mengevaluasi Keberhasilan Social Selling
Untuk mengevaluasi keberhasilan social selling, tim perlu menetapkan metrik dan target dalam penjualan sosial.
Insight yang diperoleh perlu dipahami untuk mengoptimalkan strategi penjualan di kesempatan selanjutnya.
Dalam mencapai hal ini, berikanlah pelatihan yang membantu mereka melakukan analisis data dengan tepat sehingga bisa menerjemahkan data yang diperoleh menjadi insight berharga.
7. Jaga Keamanan Data Calon Pelanggan
Data adalah hal yang sensitif dewasa ini.
Karena itu, pastikan bahwa tim sales memahami dan mematuhi privasi data untuk menjaga keamanan data calon pelanggan.
Dalam hal ini, lakukan pelatihan yang mencakup praktik etis dan penghormatan terhadap data dan preferensi pelanggan.
Ukur Efektivitas Pelatihan Social Selling
Untuk mengukur efektivitas pelatihan social selling, Anda perlu menggunakan laporan untuk metrik utama seperti:
1. Jumlah Leads
Indikator pertama dalam mengukur efektivitas ini adalah dengan memantau banyaknya leads yang dihasilkan dari upaya social selling.
Analisis leads quality membantu menentukan sejauh mana kontribusi social selling terhadap total penjualan secara keseluruhan
2. Engagement
Anda dapat mengukur efektivitas ini juga dengan mengukur keterlibatan audiens yang melakukan interaksi, seperti like, comment, dan share pada konten media sosial.
Metrik ini secara langsung akan memberikan insight untuk menilai apakah konten sudah cukup relevan dan menarik bagi audiens.
3. Tingkat Konversi
Konversi adalah istilah yang merujuk pada audiens yang melakukan tindakan sesuatu terhadap situs web perusahaan.
Mengukur persentase leads dari media sosial yang berubah menjadi pelanggan menjadi hal yang tak kalah penting untuk mengukur efektivitas.
Perbandingan tingkat konversi ini dengan channel penjualan lainnya membantu dalam mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap platform media sosial.
4. Revenue
Selanjutnya, Anda perlu mengetahui revenue dari upaya social selling yang dilakukan.
Anda juga dapat menganalisis metrik ROI atau Return on Investment yang menunjukkan seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan.
5. Feedback Pelanggan
Terakhir, kumpulkan feedback pelanggan yang diperoleh dari upaya penjualan sosial.
Feedback ini didapatkan melalui survei untuk mendapatkan wawasan atau informasi mengenai tingkat kepuasan dan engagement mereka sebagai pelanggan.
Terapkan Pelatihan Social Selling dengan LMS Software LinovHR
Social selling memainkan peran penting dalam dunia penjualan karena dinilai efektif dalam mendongkrak sales.
Karena itu, kemampuan social selling sangat penting dikuasai, khususnya untuk tim sales di perusahaan.
Maka dari itu, perusahaan dapat membuat program training social selling yang komprehensif dan holistik.
Hal ini dapat dimungkinkan dengan memanfaatkan Learning Management System Software karena sistem digital ini membantu perusahaan mengorganisasi program pelatihan dengan menyeluruh dan mudah.
LMS Software LinovHR menjadi salah satu platform yang dapat menjawab kebutuhan pelatihan perusahaan yang dapat menghadirkan pembelajaran secara praktis dan efektif berkat berbagai fitur yang ditawarkannya.
Mulai dari merencanakan program pelatihan secara komprehensif melalui fitur Learning Plan, di mana admin juga dapat mengunggah materi pelatihan dalam berbagai format, seperti video atau modul yang dapat disesuaikan dengan gaya belajar karyawan.
Selain itu, semua materi yang disediakan juga akan tersusun dengan sistematis berkat fitur Topic yang akan mengelompokkannya berdasarkan kategori, sehingga memudahkan karyawan dalam mencari materi.
Keuntungan lain dari LinovHR LMS adalah akses yang mudah, di mana karyawan dapat mengakses materi melalui aplikasi ESS (Employee Self-Service) di smartphone mereka.
Berbagai fitur tambahan juga disediakan dalam software berbasis cloud ini, termasuk Test-Template untuk mengevaluasi pemahaman karyawan, Feedback Learning yang memungkinkan karyawan memberikan feedback, E-Certificate bagi yang berhasil menyelesaikan materi dengan baik, dan fitur Overview untuk memantau kemajuan belajar karyawan.
Keamanan data juga menjadi prioritas utama dalam hal ini, karena software ini berbasis cloud dan terdaftar di PSE (Penyelenggara Sistem Elektronik) Kominfo, sehingga keamanan data perusahaan dan karyawan terjamin.
Dengan berbagai fitur yang dimilikinya, pelatihan social selling di perusahaan dapat berjalan dengan lebih efektif, memungkinkan karyawan untuk dengan mudah memahami materi dan mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan mereka.
Jika Anda ingin meningkatkan keterampilan penjualan sosial tim Anda, jangan lewatkan LMS LinovHR dengan ajukan demonya sekarang dan dapatkan manfaatnya!