Pernahkah Anda mendengar istilah inklusif? Istilah ini mengacu pada penggambaran masyarakat yang terbuka akan keberagaman budaya.
Sementara dalam dunia kerja, inklusif lebih menerangkan keberagaman latar belakang, sudut pandang bahkan psikis yang dimiliki karyawan dan bagaimana setiap karyawan menghargai itu.
Namun, masalahnya adalah tidak setiap organisasi atau perusahaan bisa menciptakan lingkungan tersebut. Sikap inklusif itu seperti halnya rasa memiliki di tempat kerja, namun jika karyawan tidak memiliki rasa itu artinya mereka tidak dapat membawa diri secara utuh untuk bekerja.
Agar lingkungan kerja bisa lebih menghargai perbedaan keberagaman dan keterbukaan terhadap toleransi, maka perlu ada perubahan sistemik dan itu bisa dimulai dari kepemimpinan.
Dalam artikel ini, LinovHR ingin mengajak Anda untuk membahas mengenai sikap inklusif, seperti apa konsep kepemimpinan inklusif, dan sebagainya.
Definisi Sikap Inklusif
Menurut KBBI, definisi inklusif yaitu termasuk atau terhitung. Kata inklusif berasal dari bahasa Inggris yakni inclusion, yang memiliki arti mengajak atau mengikutsertakan.
Sementara secara umum, inklusif adalah upaya menempatkan diri ke dalam cara pandang orang lain dalam melihat atau memahami suatu perbedaan. Jadi, sikap inklusif adalah sikap yang cenderung dihubungkan dengan pandangan positif terhadap perbedaan.
Sikap ini bertujuan mengajak dan ikut serta ke dalam suatu lingkungan agar menjaga hubungan antar manusia.
Tak hanya dalam bermasyarakat, di dalam dunia kerja pun sikap ini sangat penting untuk diterapkan sehingga dapat memahami perbedaan budaya, etnis, latar belakang, status, hingga karakteristik karyawan.
Baca Juga: Penerapan Diversity Equity Inclusion di Perusahaan
Perbedaan Inklusif dan Eksklusif
Eksklusif merupakan lawan kata dari inklusif yang berasal dari exclusion, artinya memisahkan atau mengeluarkan. Jika inklusif mengajak atau mengikutsertakan, maka eksklusif kebalikannya di mana tindakan untuk membatasi atau bahkan memisahkan diri.
Istilah sikap inklusif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Terbuka terhadap keberagaman budaya
- Memiliki rasa toleransi tinggi
- Dapat menerima sekaligus berinteraksi dengan budaya lain
Sedangkan sikap eksklusif adalah kondisi saat suatu kelompok membatasi pergaulan mereka dengan kelompok lain. Hal ini tentu memberikan kesan seolah-olah mereka berusaha untuk memisahkan diri atau bahkan cenderung menutup diri dari pengaruh luar.
Namun, pada intinya sikap eksklusif dan sikap inklusif adalah cara seseorang memandang perbedaan yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu, inklusif termasuk upaya memahami suatu dari sudut pandang orang lain.
Sedangkan eksklusif adalah sikap yang cenderung mengutamakan sudut pandang sendiri, sehingga akan sulit untuk memiliki teman atau rekan baik dalam lingkungan bermasyarakat maupun pekerjaan.
Baca Juga: Sepenting Apa Menerapkan Lingkungan Kerja Inklusif?
Manfaat Inklusif
Lalu, mengapa inklusivitas perlu untuk diterapkan di keseharian, mulai dari lingkungan sekolah hingga pekerjaan? Terdapat beberapa manfaat dari inklusivitas yang berguna untuk kemajuan organisasi serta individu, yaitu:
- Membangun rasa kekeluargaan dan kekompakan antar individu untuk mencapai tujuan bersama.
- Membangun budaya organisasi dan lingkungan yang adil.
- Meningkatkan kepercayaan diri individu, yang bisa berpengaruh terhadap kualitas performa mereka.
- Dengan adanya lingkungan yang nyaman untuk bekerja dan berdaya bersama, maka produktivitas bisa turut meningkat.
- Mengembangkan pola pikir yang terbuka dan setara sehingga menekan potensi adanya diskriminasi atau sikap suka membeda-bedakan.
- Sebagai sikap menghargai diri sendiri dan orang lain.
- Memberi kesadaran bahwa setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama.
Pendidikan Inklusif
Salah satu lingkungan yang sangat penting untuk memiliki sikap inklusif adalah pendidikan. Pendidikan inklusif sendiri mengacu pada lingkungan edukatif yang menerima semua orang tanpa mempedulikan latar belakang dan asal-usul peserta didiknya.
Sebagai salah satu hak dasar yang dimiliki seluruh individu, idealnya setiap orang berhak belajar tanpa dibedakan berdasarkan jenis kelamin, fisik, ras, suku, derajat sosial, daerah tempat tinggal, serta kepercayaan yang dianut.
Selain dalam bentuk lingkungan kelas dan lembaga tanpa diskriminasi, pendidikan inklusif juga bisa terwujud dalam bentuk sekolah inklusif, yaitu pendidikan terpadu bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Pada sekolah inklusif, kebutuhan individu para peserta didik sangat diperhatikan, mulai dari kurikulum, tenaga didik, sarana dan prasarana, serta metode pembelajarannya.
Dengan diterapkannya pendidikan inklusif, maka potensi para anak didik dapat berkembang dengan lebih optimal sekaligus menciptakan lingkungan aman bagi setiap individu untuk belajar dan berproses.
Cara Membangun Sikap Inklusif
Terdapat berbagai cara yang bisa dilakukan untuk membangun sikap inklusif. Apa saja?
- Melibatkan semua individu dalam suatu kegiatan tanpa membeda-bedakan.
- Mengadakan pelatihan tentang bagaimana mengenali dan mengatasi bias dan diskriminasi dalam organisasi atau komunitas.
- Berusaha untuk menjadi pendengar yang baik dan memahami perspektif orang lain tanpa prasangka.
- Bekerja sama dengan organisasi atau komunitas yang mempromosikan keberagaman dan inklusivitas.
- Memastikan bahwa semua fasilitas dan layanan yang ada bisa diakses oleh semua individu, termasuk para penyandang disabilitas.
- Mendukung dan mengembangkan kebijakan yang mendukung inklusivitas, seperti kebijakan anti-diskriminasi dan kesetaraan.
- Merayakan dan mempelajari berbagai budaya, latar belakang, dan pengalaman yang dimiliki oleh para individu dalam organisasi atau komunitas.
Contoh Sifat Inklusif
Bagaimana penerapan sikap inklusif yang bisa ditiru di keseharian? Berikut sederet contoh sifat inklusif.
- Bersikap sopan kepada semua orang tanpa memandang latar belakang, kepercayaan, suku, ras, serta jabatan.
- Menghargai perbedaan budaya, agama, dan suku dari setiap individu serta melihatnya sebagai bentuk keberagaman.
- Menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda.
- Tidak mengejek atau menjelek-jelekkan orang yang berbeda dengan mayoritas, misalnya kaum disabilitas atau minoritas agama maupun ras.
- Memberikan dukungan kepada individu membutuhkan bantuan lebih, seperti pertolongan secara emosional, fisik, atau profesional.
Seperti Apakah Konsep Kepemimpinan Inklusif dan Apa Saja yang Harus Dilakukan?
Dalam suatu perusahaan, menciptakan lingkungan kerja yang menghargai keberagaman dan keterbukaan jadi tantangan tersendiri. Tak dipungkiri jika hal tersebut dimulai dari kualitas kepemimpinan di perusahaan tersebut.
Sementara itu kepemimpinan inklusif adalah praktik berkelanjutan yang membutuhkan banyak pembelajaran. Ini juga membutuhkan penguasaan beberapa kualitas penting, yang mungkin tidak datang secara alami dari pemimpin itu sendiri.
Beberapa konsep kepemimpinan inklusif bisa dilihat dari beberapa kualitas yang harus dimiliki berikut ini:
1. Pikiran Terbuka
Pemimpin yang efektif mempertimbangkan perspektif yang berbeda. Mereka punya hasrat untuk belajar, keingintahuan secara alami, dan keinginan mendapatkan wawasan mengenai latar belakang dan keyakinan yang berbeda dari mereka.
2. Keberanian
Pemimpin inklusif merupakan pendukung yang berani bagi anggota tim mereka, terutama bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok minoritas atau komunitas yang kurang terwakili.
Mereka tidak takut untuk melawan keyakinan yang sudah usang atau dinilai berbahaya dalam organisasi. Pemimpin juga tidak segan untuk meminta pertanggungjawaban orang lain, terlepas dari status mereka dalam organisasi.
3. Komitmen
Para pemimpin yang punya kualitas tahu bahwa perubahan dalam organisasi dimulai dari mereka. Mereka akan mengambil tanggung jawab tersebut dengan terus belajar, berbagi, dan menunjukkan apa artinya menjadi inklusif dan ramah.
Mereka akan berkomitmen untuk meluangkan waktu, sumber daya, dan energi yang dibutuhkan untuk mengembangkan lingkungan terbaik bagi karyawan.
4. Kesadaran Diri
Para pemimpin inklusif tahu dimana letak bias mereka sendiri dan berusaha untuk mengatasinya. Sehingga hal itu tidak akan mempengaruhi kepemimpinan mereka. Mereka juga membantu menerapkan proses dan sistem di organisasi untuk mengurangi bias.
5. Komunikasi yang Sangat Baik
Para pemimpin ini tahu bahwa komunikasi yang baik adalah keseimbangan antara berbicara dan mendengarkan. Mereka akan menerima informasi dengan penilaian, mempertimbangkan kata-kata mereka dengan hati-hati, tidak membuat keputusan dengan terburu-buru, dan memiliki rasa empati.
6. Semangat Tim
Pemimpin yang punya kualitas percaya pada kekuatan inklusivitas dan bagaimana hal itu bermanfaat bagi kesuksesan mereka sebagai pemimpin, anggota tim dan organisasi secara keseluruhan.
Bagaimana Seorang Pemimpin yang Inklusif Dapat Membantu Dalam Tim atau Organisasi?
Inklusivitas tidak hanya menumbuhkan perasaan baik, tetapi dapat memiliki dampak nyata dan terukur pada organisasi Anda. Ketika manajer memiliki sikap inklusif, karyawan mengalami kepuasan kerja 3 sampai 4 kali lebih banyak dan memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi.
Berikut ini adalah manfaat dari kepemimpinan inklusif dalam membantu tim ataupun organisasi:
1. Peningkatan Kreativitas
Ketika Anda menciptakan lingkungan yang inklusif, karyawan merasakan elemen keamanan psikologis yang memungkinkan mereka menyuarakan pendapat dengan bebas. Pendapat inilah yang akan mengarahkan pada ide-ide baru untuk menciptakan kreativitas dan inovasi baru.
2. Peningkatan Kinerja
Ketika karyawan merasa diikutsertakan dan percaya bahwa perusahaan berkomitmen terhadap keragaman, mereka akan termotivasi untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.
3. Budaya Positif dan Ramah
Para pemimpin yang akan menunjukkan dan memprioritaskan inklusivitas, itu akan mendorong seluruh anggota tim untuk melakukan hal yang sama. Para pemimpin akan memperjelas bahwa bias dan diskriminasi tidak punya tempat dalam perusahaan.
4. Mengurangi Turnover Staff
Karyawan ingin terlihat bahwa mereka terwakili dalam tim. Hal ini menginspirasi mereka dan membuktikan bahwa mereka juga dapat mencapai peringkat yang lebih tinggi di perusahaan.
Selain itu, untuk menegaskan pula bahwa keberhasilan mereka tidak ditentukan oleh ras, jenis, kelamin, atau karakteristik lainnya. Ketika karyawan tidak mendapat dukungan, diikutsertakan, dan dihargai, tentu mereka akan segera pergi.
Latih Sikap Inklusif Karyawan dengan Modul Learning Management System dari LinovHR
Di samping hard skill, pelatihan soft skill bagi karyawan juga tak kalah penting untuk dimasukkan ke dalam modul training, contohnya melatih sikap inklusif.
Sekarang ini, mengadakan pelatihan karyawan tak perlu memakan proses yang rumit dan panjang, karena ada Learning Management System dari LinovHR yang bisa membantu perusahaan dalam perencanaan dan pelaksanaannya.
Dengan LMS dari LinovHR, segala perencanaan pelatihan baik online maupun offline bisa disusun secara digital. Dengan begitu, berbagai prosesnya bisa Anda lakukan secara mudah dan efisien hanya dengan satu aplikasi, mulai dari menyusun jenis dan bentuk pelatihan hingga melakukan penilaian.
Aksesnya yang mudah juga membantu para peserta pelatihan untuk mengakses materi dan mendapatkan sertifikat, karena cukup dilakukan melalui aplikasi ESS yang dapat di-install di smartphone.
Ingin rasakan langsung manfaat dan kemudahannya? Ayo, ajukan demo gratis sekarang juga!