Mengutip dari website Kemenkeu, Return on Investment atau ROI adalah besaran persentase kenaikan atau penurunan nilai investasi dalam periode tertentu.
ROI memberikan gambaran tentang seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk investasi tersebut.
Dengan memahami dan mengoptimalkan ROI, para pelaku bisnis dan investor dapat membuat keputusan yang lebih cerdas, mengelola risiko, serta memaksimalkan potensi keuntungan.
Dalam artikel LinovHR ini, kita akan mengetahui apa itu ROI secara mendalam, faktor, dan cara menghitung ROI dengan tepat!
Pengertian ROI Menurut Para Ahli
Agar pemahaman Anda mengenai ROI lebih komprehensif dan menyeluruh, mari pahami pengertiannya menurut para ahli. Berikut ini rangkumannya:
1. Menurut Sutrisno (2001)
Oleh Sutrisno, ROI didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menciptakan keuntungan yang nantinya dapat digunakan untuk mengganti investasi yang telah dikeluarkan.
2. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004)
Sementara itu, menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, ROI adalah suatu rasio yang menunjukkan seberapa besar keuntungan bersih yang dapat diperoleh dari total kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.
3. Menurut Bambang Riyanto (2005)
Definisi ROI menurut Bambang Riyanto adalah tingkat pengembalian investasi yang mencerminkan kapabilitas modal yang diinvestasikan dalam seluruh aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih.
4. Menurut Munawir (2007)
Munawir mendefinisikan ROI sebagai bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari total dana yang diinvestasikan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan.
5. Menurut Kasmir (2015)
ROI adalah rasio hasil atau pengembalian atas aktiva yang digunakan oleh perusahaan, sekaligus sebagai alat pengukur efektivitas manajemen dalam suatu transaksi investasi.
Faktor-faktor yang Memengaruhi ROI
Nilai ROI bisa sangat bervariasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti yang dijelaskan berikut ini.
1. Operating Assets
Ini merupakan aset yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Misalnya, bangunan, peralatan, uang tunai, dan hak paten.
Aset ini diukur dalam tingkat perputaran operating assets untuk menilai sejauh mana perusahaan dapat efektif memanfaatkannya dalam operasional sehari-hari.
Pengukuran ini tidak hanya memberikan indikasi perkembangan usaha, tetapi juga membantu mempertimbangkan arah perkembangan perusahaan menuju keberlanjutan dan kemajuan yang lebih baik.
2. Profit Margin
Profit margin mengukur efisiensi perusahaan dengan menunjukkan berapa banyak keuntungan yang dihasilkan dari setiap penjualan.
Sebagai contoh, jika nilai profit margin sebesar 25 persen, hal ini berarti setiap 1 rupiah penjualan mengandung 0.25 rupiah keuntungan.
Tingkat keuntungan ini memberikan gambaran tentang efisiensi operasional perusahaan dan kemampuannya dalam menghasilkan keuntungan dari aktivitas penjualan.
Semakin tinggi profit margin, semakin besar pula potensi keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan, mencerminkan kesehatan finansial dan daya saing dalam pasar.
Manfaat Return on Investment
Kehadiran ROI sejatinya membawa sejumlah manfaat kepada perusahaan, salah satunya adalah menilai keuntungan atau kerugian yang diperoleh untuk investasi yang dilakukan.
Untuk lebih lengkapnya, mari simak pembahasan manfaat ROI berikut ini:
1. Adanya Efisiensi dalam Penggunaan Dana
Salah satu manfaat utama ROI adalah kemampuannya untuk mengukur efisiensi penggunaan modal, produksi, dan penjualan suatu perusahaan.
Dengan menerapkan praktik akuntansi yang baik, manajemen dapat menggunakan analisis ROI untuk menilai sejauh mana modal yang diinvestasikan bekerja dan bagaimana efisien operasional perusahaan.
2. Dapat Mengidentifikasi kelemahan Perusahaan
ROI memungkinkan perbandingan efisiensi penggunaan modal perusahaan dengan perusahaan sejenis.
Hal ini akan membantu dalam menentukan apakah perusahaan berada di bawah, sama, atau di atas rata-rata industri.
Dengan demikian, perusahaan dapat mengidentifikasi kelemahan dan kelebihannya dibandingkan dengan kompetitor.
3. Dapat Mengukur Profitabilitas dari Perusahaan atau Produk
Dengan menggunakan sistem biaya produk yang baik, ROI memungkinkan perusahaan mengalokasikan modal dan biaya pada berbagai produk yang dihasilkan.
Hal ini mempermudah perhitungan profitabilitas dari masing-masing produk, membantu perusahaan untuk fokus pada produk yang memberikan kontribusi terbaik terhadap keuntungan keseluruhan.
4. Menjadi Alat Kontrol yang Efektif
ROI berfungsi sebagai alat kontrol yang efektif untuk mengevaluasi prospek saat ini.
Dengan melihat hasil ROI, manajemen dapat mendapatkan gambaran real-time tentang kinerja perusahaan dan mengidentifikasi langkah-langkah yang perlu diambil untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.
Dengan ini, ROI menjadi panduan dalam pengambilan keputusan strategis.
Kelemahan Return on Investment
Meskipun ROI memberikan gambaran kasar tentang profitabilitas suatu proyek atau inisiatif, metode ini juga memiliki kelemahan tertentu yang perlu dipertimbangkan dengan cermat. Berikut di antaranya
1. Sulitnya Mengukur Nilai Non-Finansial
ROI umumnya fokus pada aspek finansial seperti pendapatan dan pengeluaran. Namun, banyak aspek nilai proyek yang sulit diukur dalam bentuk finansial, seperti peningkatan merek, kepuasan pelanggan, atau efisiensi operasional.
Oleh karena itu, ROI mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan nilai sebenarnya yang diberikan suatu investasi.
2. Keterlambatan dalam Pengukuran
ROI sering kali membutuhkan waktu untuk menghasilkan data yang akurat. Beberapa investasi memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum dampak finansialnya dapat diukur sepenuhnya.
Oleh karena itu, ROI mungkin tidak memberikan informasi real-time yang dibutuhkan oleh perusahaan atau investor yang menginginkan pemahaman cepat terhadap keberhasilan investasi.
3. Tidak Memperhitungkan Risiko
ROI cenderung tidak memperhitungkan tingkat risiko yang terkait dengan suatu investasi. Dua investasi dengan ROI yang sama dapat memiliki profil risiko yang sangat berbeda.
Oleh karena itu, ketika hanya menggunakan ROI sebagai tolak ukur, investor mungkin tidak mempertimbangkan risiko dengan benar.
4. Sensitivitas terhadap Waktu dan Kondisi Pasar
Nilai ROI dapat sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti perubahan kondisi pasar atau perubahan regulasi.
Jika investasi tidak membuahkan hasil dalam jangka waktu yang diinginkan atau jika pasar mengalami fluktuasi yang signifikan, ROI dapat menjadi tidak representatif.
5. Tidak Menangkap Efek Jangka Panjang
Fokus ROI pada pengembalian investasi dalam jangka pendek dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk menangkap efek jangka panjang suatu proyek atau strategi.
Inovasi atau perubahan struktural dalam suatu perusahaan mungkin memerlukan waktu untuk mencapai hasil yang optimal, tetapi ROI tidak selalu mampu menggambarkan potensi jangka panjang ini.
Baca Juga: Cara Perhitungan ROI Human Resources dan Contohnya
Cara Menghitung ROI dan Contoh Studi Kasusnya
Rumus ROI adalah sebagai berikut:
Contoh studi kasus menghitung ROI adalah sebagai berikut:
Perusahaan A menghadapi keputusan untuk membeli alat dengan harga Rp 250 juta yang dapat menggantikan pekerjaan yang awalnya dilakukan oleh 12 orang, dengan gaji masing-masing pekerja sebesar 3,6 juta rupiah.
Untuk menghitung ROI selama satu tahun, pendapatan investasi diukur dari gaji yang dapat dihilangkan, yang merupakan 12 pekerja x 3.600.000 rupiah x 12 bulan, setara dengan Rp 518.400.000. Sementara itu, biaya investasi adalah harga beli alat sebesar Rp 250 juta.
Maka perhitungan ROI-nya adalah:
Hasil perhitungan ROI sebesar 107,36% menunjukkan bahwa nilai ini melebihi 100 persen. Artinya, investasi dalam alat tersebut dapat menutupi modal yang dikeluarkan.
Oleh karena itu, berdasarkan perhitungan ROI, pembelian alat tersebut dianggap dapat memberikan keuntungan, dan investasi ini dapat dipertimbangkan karena perhitungan ROI memberikan potensi yang positif.
FAQ
1. Apa Perbedaan ROI dan ROE?
Sebagian banyak investor maupun pemilik bisnis yang belum memahami perbedaan antara ROI (Return on Investment) dengan ROE (Return on Equity). Berikut adalah perbedaan keduanya:
1. Aspek tujuan
Tujuan perhitungan ROI adalah menilai tingkat profitabilitas suatu instrumen investasi. ROI memberikan gambaran seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dari biaya investasi yang dikeluarkan.
Di sisi lain, ROE mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan memanfaatkan dana investasi guna menghasilkan keuntungan. ROE memberikan pengukuran tentang kemampuan perusahaan dalam mengembangkan modal sendiri.
2. Aspek Perhitungan
Faktor perhitungan ROI melibatkan biaya investasi yang dikeluarkan oleh investor dan keuntungan yang dihasilkan. ROI menggunakan laba yang diambil oleh investor sebagai salah satu faktor perhitungannya.
Sebaliknya, ROE menggunakan faktor laba ditahan (laba yang tidak diambil) oleh investor sebagai komponen perhitungannya.
3. Aspek Output
Output dari perhitungan ROI dapat menjadi dasar untuk menentukan kelanjutan atau penghentian investasi pada suatu instrumen.Â
Sedangkan, ROE tidak secara langsung menjadi tolak ukur keberhasilan investasi. Hal ini karena ROE Lebih berfokus pada efektivitas perusahaan dalam mengembangkan modalnya sendiri.