Saat ini seluruh dunia khususnya Indonesia bersiap menghadapi tantangan revolusi Industri, atau lebih tepatnya era revolusi industri 4.0.
Revolusi Industri 4.0 ini juga menjadi salah satu janji kampanye yang dikumandangkan oleh presiden terpilih Indonesia, Joko Widodo.
Sebenarnya apa itu Revolusi Industri 4.0? Bagaimana cara menghadapinya? Serta apa dampaknya bagi kehidupan masyarakat? Pertanyaan pertanyaan berikut pasti banyak menghantui benak masyarakat.
- Pengertian Revolusi Industri 4.0
- Sejarah Revolusi Industri
- Dampak Revolusi Industri 4.0
- Cara Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Untuk lebih jelasnya, pada artikel ini kami akan membahas tentang hal hal yang berkaitan dengan revolusi Industri 4.0.
Pengertian Revolusi Industri 4.0
Sebagaimana kita tahu arti dari revolusi sendiri adalah perubahan besar yang terjadi dalam waktu singkat. Perubahan besar ini terjadi dalam dunia Industri yang pastinya memberikan banyak dampak pada lingkungan kehidupan manusia. Disebut revolusi Industri 4.0 karena pada bidang industri sudah terjadi revolusi sebanyak 4 kali.
Secara sederhana, Revolusi Industri 4.0 dapat diartikan sebagai revolusi yang terjadi pada era Industri untuk yang ke-4 kalinya. Sementara pengertian Revolusi Industri 4.0 adalah nama yang diberikan terhadap perubahan yang terjadi pada bidang industri yang didominasi oleh otomatisasi dan juga pertukaran data.
Dapat dikatakan bahwa revolusi yang terjadi ini memunculkan Pabrik Cerdas yang termasuk ke dalamnya komputasi awan, Cyber-fisik, komputasi kognitif, Mobile Technology (5G), Artificial Intelligence (Ai) atau kecerdasan buatan, Internet of Thing (IoT), dan hal lainnya yang akan membuat produksi lebih mudah dan efisien.
Pada era Industri 4.0 ini, peran manusia menjadi sangat sedikit, karena segala pekerjaan akan diambil alih oleh mesin, komputer, dan juga robot yang mampu bekerja lebih efektif dan efisien.
Baca Juga: Apa Bedanya Era Society 5.0 dengan 4.0?
Sejarah Revolusi Industri
Dilansir dari website Kemenperin bahwa revolusi Industri terjadi pertama kali pada abad ke-18, tepatnya pada tahun 1750-an. Revolusi Industri 1.0 terjadi ketika ditemukannya mesin uap. Saat itu segala pekerjaan yang awalnya dilakukan oleh otot manusia digantikan oleh kehadiran mesin. Hal ini membuat produksi lebih efisien sekaligus juga mengurangi tenaga kerja secara drastis.
Untuk revolusi Industri 2.0 sendiri terjadi ketika munculnya sistem produksi serial yang menggantikan sistem paralel dan pemanfaatan tenaga listrik.
Pada awalnya kebanyakan pabrik menggunakan sistem produksi paralel. Sebagai contoh dapat kita lihat dalam produksi pembuatan mobil.
Pada sistem produksi paralel, mobil akan dirakit oleh satu orang ahli mulai dari ban, mesin, body, dan yang lainnya hingga mobil tersebut jadi. Hal ini membuat proses pembuatan mobil memakan waktu lama.
Sedangkan pada sistem produksi serial, perakitan mobil dibagi menjadi beberapa bagian. Satu ahli tidak lagi menangani pembuatan mobil dari awal sampai jadi, tetapi hanya menangani bagian khusus saja.
Misalnya pekerja satu khusus menangani ban, pekerja lain khusus menangani mesin, dan seterusnya. Hal ini membuat produksi lebih efektif baik dalam waktu pengerjaan juga dalam tenaga kerja.
Untuk revolusi Industri 3.0 terjadi ketika komputer dan robot mulai hadir menggantikan peran manusia. Pada masa ini teknologi otomatisasi memegang kendali.
Pada dua revolusi Industri sebelumnya peran manusia masih menjadi andalan, tetapi kemunculan revolusi Industri 3.0 membuat peran manusia dalam dunia Industri semakin sedikit. Berbagai pekerjaan di pabrik sudah lebih banyak dikendalikan oleh komputer dan robot.
Setelah peran komputer dan robot mulai merajai di segala lini produksi pada era Industri 3.0 menghasilkan perkembangan teknologi yang begitu pesat. Salah satu kemajuan teknologi yang sangat signifikan terjadi pada bidang internet. Kemajuan internet mengakibatkan terjadinya revolusi Industri 4.0.
Istilah Industri 4.0 pertama kali muncul di Jerman dalam sebuah proyek yang ingin memunculkan strategis teknologi canggih yang seluruhnya menggunakan komputerisasi pada setiap pabrik di Jerman.
Ketika Hannover Fair, Jerman diadakan pada tahun 2011, Industri 4.0 kembali diangkat menjadi pembicaraan, dan pada tahun berikutnya di ajang yang sama, tepatnya pada bulan Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0 memaparkan kepada pemerintah federal Jerman, rekomendasi untuk melaksanakan Industry 4.0. Sejak saat itu anggota dari Working Group on Industry 4.0 disebut sebagai perintis sekaligus bapak pendiri Industri 4.0 sendiri.
Pada pertemuan ekonomi internasional yang disebut juga World Economic Forum (WEF) yang dilangsungkan pada tahun 2016 di Davos, Swiss, revolusi Industri 4.0 dijadikan sebagai tema utama pertemuan tersebut dan langsung disambut positif oleh beberapa negara negara maju, seperti AS, Inggris, Jerman, Cina, Korea, Jepang, India dan Vietnam. Sejak saat itu revolusi Industri 4.0 menjadi tujuan dari berbagai negara di seluruh dunia.
Baca Juga: 5 Tren Teknologi Yang Mengubah Cara Anda Bekerja
Dampak Revolusi Industri 4.0
Munculnya revolusi Industri 4.0 pasti memberikan dampak besar pada kehidupan manusia, sebagaimana terjadi pada revolusi industri sebelumnya. Secara umum hadirnya revolusi Industri 4.0 akan memberikan dampak pada tiga aspek kehidupan manusia, yaitu sosial, ekonomi makro, ekonomi mikro dan juga politik.
Untuk dampak sosialnya sendiri, Industri 4.0 akan mengambil alih peran yang selama ini diemban oleh manusia dan digantikan oleh penggunaan mesin, teknologi, dan komputer canggih.
Hal ini pastinya akan membuat pengurangan tenaga kerja secara besar besaran khususnya dalam industri manufaktur. Jika tidak disikapi dengan tepat bisa saja Industri 4.0 menyebabkan jumlah pengangguran meningkat drastis.
Untuk dampak ekonomi, Industri 4.0 jelas akan merubah model bisnis di berbagai bidang. Sebagaimana kita ketahui bahwa menerapkan Industri 4.0 membutuhkan modal yang tidak sedikit, karena teknologi canggih yang diterapkan memerlukan banyak hal.
Jika satu perusahaan terlalu fokus menerapkan industri 4.0 dan belum membuahkan hasil, bisa saja perusahaan tersebut bangkrut. Tapi jika berhasil Industri 4.0 akan memberikan profit yang signifikan.
Untuk dampak politik, Industri 4.0 jelas akan memberikan dampak positif terhadap biaya produksi yang semakin irit, dan peningkatan produksi yang maksimal. Namun jika hal ini membuat pengurangan tenaga kerja secara besar, akan meningkatkan jumlah pengangguran pula. Hal ini tentunya menjadi masalah yang harus dipertimbangkan.
Baca Juga:Â 10 Skill yang Harus Dimiliki di Era Revolusi Industri 4.0
Cara Menghadapi Revolusi Industri 4.0
Terjadinya suatu revolusi akan menimbulkan dua hal yakni kerugian dan keuntungan. Agar kita tidak menjadi korban hadirnya Industri 4.0, maka kita harus sejak dini mengambil sikap.
Salah satu hal yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik dalam hal meningkatkan skill, kemampuan, pengetahuan, dan yang lainnya. Hal ini sangat penting agar kita mampu ikut serta dalam Industri 4.0.
Baca Juga: Trend Teknologi HR : Lakukan Hari Ini Untuk Masa Depan HR
Seberapa canggih pun kemampuan komputer dan robot dalam mengambil alih tugas manusia, peran manusia tetap penting, baik sebagai pengawas maupun dalam hal interaksi manusia dengan ilmu pengetahuan.
Manusia akan tetap menjadi yang utama. Jika hanya mengandalkan otot, jelas mesin dan robot lebih mampu, tapi hal hal yang menyangkut ilmu pengetahuan dan perasaan masih menjadi kekuatan utama manusia.
Oleh karena itu sebisa mungkin setiap unit usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar mampu beradaptasi dengan hadirnya Industri 4.0.