Banyak orang yang mengira bahwa karyawan yang sudah senior pasti memiliki kemampuan dan pengalaman lebih dibandingkan karyawan yang baru memasuki dunia kerja.
Hal ini tidak salah. Tetapi, dengan perkembangan zaman yang semakin kuat, banyak talenta muda yang mempunyai keahlian lebih dibandingkan karyawan senior.
Agar dapat memeratakan kemampuan, perusahaan menerapkan sistem reverse mentoring.
Simak penjelasan reverse mentoring dan ketahui manfaat penerapannya di perusahaan!
Apa itu Reverse Mentoring?
Perkembangan zaman membuat banyak anak muda yang semakin andal di berbagai bidang, khususnya pemanfaatan teknologi.
Sementara bagi karyawan berusia tua, sulit untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Itulah sebabnya reverse mentoring diterapkan.
Reverse mentoring adalah program pelatihan di mana karyawan muda yang lebih andal melatih karyawan tua berbagai keterampilan baru.
Bukan berarti karyawan muda akan mendominasi karyawan tua. Hal ini dimaksudkan agar seluruh karyawan mempunyai tingkat kompetensi yang dibutuhkan perusahaan.
Contohnya, tidak semua karyawan senior mampu beradaptasi dengan penggunaan software database cloud. Sementara karyawan muda lebih lihai dalam menggunakan software tersebut.
Untuk mengatasi kesenjangan yang ada, karyawan muda didelegasikan untuk melatih karyawan yang lebih senior seperti manajer dan supervisor.
Dalam hal ini, pelatihan metode reverse mentoring membantu karyawan senior memaksimalkan kinerja sama halnya dengan karyawan muda.
Reverse mentoring bukanlah konsep baru. Jack Welch, CEO General Electric periode 1981–2001 memperkenalkan sistem mentoring ini pada tahun 1999.
Para pekerja muda yang minim pengalaman malah ditugaskan dalam melatih para manajer yang dengan keterampilan yang memang karyawan muda kuasai seperti kemampuan dalam menggunakan internet.
Hasilnya, jajaran manajerial mampu memahami dan menguasai penggunaan internet lebih maksimal untuk kepentingan bisnis perusahaan.
Baca juga: Tantangan Mengelola Karyawan Baby Boomers dalam Perusahaan
Mengapa Perlu Melakukan Reverse Mentoring?
Biasanya, seorang mentor diharapkan lebih senior dan lebih berpengalaman daripada mentornya. Namun, reverse mentoring malah sebaliknya. Sebab, terdapat kesenjangan antara pekerja muda dan pekerja senior yang cukup jelas.
Reverse mentoring dapat memainkan peran penting dalam menjembatani kesenjangan antara generasi saat ini di dunia kerja yaitu baby boomers dan milenial.
Kelompok-kelompok ini telah mengalami situasi sosial dan budaya yang sangat berbeda, yang menghasilkan beragam etika kerja, pola pikir, dan sikap.
Perbedaan pola antar generasi juga menyebabkan terbentuknya sejumlah prasangka dan stereotip yang sulit diatasi. Misalnya, beberapa orang memandang milenial sebagai pribadi yang manja dan egois.
Sementara, beberapa milenial memandang generasi yang lebih tua bekerja kurang efisien dan tidak mampu beradaptasi dalam perubahan.
HRD menerapkan mentoring dari karyawan muda kepada karyawan yang lebih tua agar karyawan tua mampu mempelajari keterampilan baru serta belajar bagaimana melintasi perbedaan generasi.
Dengan saling memahami, konflik antar generasi dapat ditekan dan diminimalisir sehingga tercipta lingkungan kerja yang jauh lebih sehat.
Baca juga: 1 on 1 Mentorship yang Efektif Jaga Performa Karyawan
Manfaat Reverse Mentoring
Selain meningkatkan kemampuan dan menjembatani komunikasi antar generasi, reverse mentoring memiliki beberapa manfaat sebagai berikut.
1. Mudah Implementasi Teknologi
Karyawan muda yang sudah lebih dulu menguasai keterampilan dapat mengajarkan keterampilan kepada karyawan senior dengan lebih mudah.
Ketika karyawan senior seperti manajer dan supervisor sudah menguasai keterampilan baru, maka implementasi teknologi akan lebih mudah.
Selain itu, perusahaan juga dapat menghemat budget karena tidak perlu memanggil pelatih dari luar perusahaan.
2. Membentuk Pemimpin Masa DepanÂ
Pembelajaran antara karyawan yang lebih muda dengan karyawan senior dapat membentuk pemimpin masa depan.
Karyawan muda dapat mempelajari banyak hal lain di samping kemampuan teknis, yaitu keterampilan kepemimpinan.
Sehingga karyawan muda yang melatih para karyawan senior mempunyai kesempatan lebih luas dibandingkan karyawan yang lain dalam hal menduduki posisi pemimpin.
3. Meningkatkan Keterlibatan KaryawanÂ
Seringkali karyawan merasa takut dan khawatir untuk mengutarakan pendapat dan saran kepada karyawan yang lebih senior.
Padahal karyawan membutuhkan berbagai masukan dan saran dari banyak pihak untuk mengembangan yang lebih lanjut.
Dengan melibatkan karyawan yang lebih muda dalam pelatihan karyawan tua, perusahaan dapat meningkatkan keterlibatan karyawan dengan mendorong karyawan muda untuk mengarahkan karyawan senior dan memecahkan masalah tertentu.
4. Meningkatkan Inklusi
Memasangkan para karyawan senior dengan karyawan muda dengan berbagai latar belakang dapat meningkatkan inklusi dengan mengurangi stereotip dan meningkatkan empati.
Inklusi sendiri adalah sebuah pendekatan yang membantu pengembangan lingkungan kerja lebih terbuka kepada berbagai kalangan dari perbedaan latar belakang, suku, budaya, usia, dan lainnya.
5. Menaikkan Angka Retensi Karyawan Milenial
Karyawan milenial terkenal sebagai “kutu loncat” yang sering berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
Reverse mentoring dapat mendobrak hirarki yang selama ini kurang disukai oleh generasi milenial. Para karyawan muda dapat menyumbang kontribusi sesuai keterampilan mereka dan merasa dihargai keberadaannya.
Ketika karyawan merasa lebih dihargai, karyawan menilai bahwa perusahaan tempatnya bekerja saat ini adalah investasi berharga untuk perkembangan jenjang karir yang lebih maju dan lebih loyal terhadap perusahaan.
Penerapan Reverse Mentoring di Perusahaan dengan Learning Management System LinovHR
Perbedaan generasi dan berbagai masalah yang disebabkan perbedaan generasi memang bukan hal yang mudah diatasi. Baik HRD, manajer, dan karyawan itu sendiri harus bersama-sama membangun hubungan yang harmonis antar karyawan.
Salah satu cara yang digunakan untuk membangun hubungan dan meningkatkan keterampilan adalah dengan menetapkan reverse mentoring.
Salah satu cara yang efisien untuk menerapkan Reverse Mentoring dalam organisasi adalah dengan memanfaatkan produk Learning Management System dari LinovHR.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa penggunaan LMS dari LinovHR dapat menjadi kunci keberhasilan dalam menerapkan Manajemen Reverse Mentoring:
- Konten Pembelajaran yang Dapat Disesuaikan: LMS LinovHR memungkinkan perusahaan untuk membuat dan mengelola konten pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik organisasi. Ini berarti Anda dapat dengan mudah menciptakan modul pembelajaran yang sesuai dengan topik atau keterampilan yang ingin dipelajari oleh mentor (generasi yang lebih muda) dan mentee (generasi yang lebih tua).
- Akses Mudah dan Fleksibel: LinovHR LMS memungkinkan akses ke materi pembelajaran dari mana saja dan kapan saja. Ini sangat penting dalam konteks Manajemen Reverse Mentoring karena memungkinkan mentor dan mentee untuk belajar dan berbagi pengetahuan tanpa batasan waktu atau lokasi.
- Pelacakan Kemajuan: LinovHR LMS dilengkapi dengan fitur pelacakan kemajuan yang memungkinkan perusahaan untuk memantau perkembangan pembelajaran dan partisipasi peserta. Hal ini mempermudah manajemen untuk memastikan bahwa Manajemen Reverse Mentoring berjalan dengan efektif.
- Kemampuan Kolaborasi: Produk LMS dari LinovHR juga memungkinkan kolaborasi antara mentor dan mentee. Mereka dapat berkomunikasi, berbagi materi, dan memfasilitasi diskusi yang dapat meningkatkan interaksi dan pertukaran pengetahuan yang bermanfaat.
- Pengukuran Hasil dan Efektivitas: LMS LinovHR menyediakan alat pengukuran dan pelaporan yang kuat. Ini memungkinkan perusahaan untuk mengukur hasil dari program Manajemen Reverse Mentoring, memantau perkembangan individu, dan menilai dampaknya terhadap organisasi.
Dengan mengintegrasikan Manajemen Reverse Mentoring ke dalam produk Learning Management System dari LinovHR, perusahaan dapat memaksimalkan potensi kolaboratif antara generasi yang berbeda dan memastikan bahwa pengetahuan dan wawasan yang diberikan oleh generasi yang lebih muda dapat digunakan secara optimal untuk memajukan organisasi.
Dengan demikian, perusahaan dapat tetap relevan dan kompetitif dalam lingkungan bisnis yang terus berubah.