Pertentangan atau konflik merupakan hal yang lumrah terjadi dalam kehidupan. Mulai dari konflik dalam lingkup keluarga, teman seperkumpulan, hingga di perusahaan. Pada kesempatan kali ini, LinovHR akan membahas persoalan mengenai resolusi konflik di perusahaan. Simak ulasannya di bawah ini.
Pengertian Resolusi Konflik
Resolusi konflik merupakan suatu langkah dalam pendekatan dengan tujuan penyelesaian sebuah konflik dengan cara pemecahan masalah secara konstruktif. Umumnya, konflik terjadi lantaran adanya perbedaan pandangan, pendapat, dan tingkah laku dalam suatu hal yang melibatkan dua pihak atau lebih.
Dalam perusahaan tentu kerap kali ditemukan perbedaan pendapat dalam bekerja. Terlebih ketika sedang melaksanakan rapat, pasti akan ada berbagai pihak yang saling bertentangan satu sama lain.Â
Namun, pertentangan ini harus segera diselesaikan. Apabila tidak, tentu akan menyebabkan penurunan kinerja dan produktivitas di perusahaan. Biasanya, untuk menyelesaikan masalah ini, perusahaan akan menunjuk mediator yang bakal menjadi penengah serta membantu mencarikan jalan keluar terbaik.
Baca Juga: Kenali Tipe Atasan yang Buruk & Cara Agar Tidak Menjadi Mereka!Â
Tahapan Resolusi Konflik
Guna menyelesaikan pertentangan demikian, terdapat beberapa tahapan. Berikut contoh resolusi konflik dalam tahapan penyelesaiannya.
- Pihak-pihak terkait melakukan pengakuan atas adanya suatu masalah pertentangan
- Membangun dan melaksanakan suatu kesepakatan agar disetujui seluruh pihak terkait untuk menemukan solusi penyelesaian terbaik
- Kenali dan pahami sudut pandang di setiap pihak bermasalah
- Mengidentifikasi atas adanya perubahan sikap pada mereka yang terlibat masalah lalu coba lakukan pendekatan
- Mencari tahu apa pemicu pertentangan
- Melibatkan pihak ketiga atau netral sebagai mediator
- Meminta mereka yang bermasalah untuk mau melakukan kompromi
- Menyepakati suatu rencana guna menyelesaikan masalah
- Memperhatikan apa dampak atas pengambilan kesepakatan dalam setiap perubahanÂ
- Perusahaan berhak mendisiplinkan dan memberhentikan karyawan yang enggan melakukan resolusi konflik
Walaupun sudah melaksanakan tahapan atau proses dalam resolusi konflik, tetap tidak mudah dalam menyelesaikan masalah ini. Pasalnya, setiap pihak yang bertentangan kerap kali berpegang teguh dengan apa yang mereka yakini. Akibatnya, pemecahan masalah pun kian sulit dicapai.
Demi memudahkan perusahaan dalam melakukan resolusi konflik, butuh suatu pihak mediator yang tegas. Jika perselisihan amat rumit sehingga mediator tak mampu membantu menyelesaikan masalah, perusahaan dapat mengambil suatu langkah. Perusahaan dapat memutuskan untuk menjatuhkan sanksi skorsing, atau bahkan pemecatan.
Baca Juga: Upaya Konsiliasi Untuk Menyelesaikan Konflik
Skill atau Kemampuan yang dibutuhkan untuk Resolusi Konflik
Guna mencapai resolusi konflik secara optimal dan tidak meninggalkan permasalahan untuk waktu kedepannya, perusahaan perlu menunjuk pihak dengan skill atau kemampuan sebagai berikut.
1. Pemecahan Masalah
Skill utama yang perlu mediator miliki ialah pemecahan masalah. Tanpa kemampuan ini, bagaimana bisa konflik terselesaikan bukan? Maka dari itu, perusahaan perlu menunjuk mediator dengan skill problem solving mumpuni.
Dengan begitu, seberat apapun pertentangan terjadi, bakal terselesaikan dengan baik. Selain itu, mereka yang berkonflik pun akan merasa puas atas keputusan terbaik guna menyelesaikan masalah. Alhasil, perusahaan dapat kembali beroperasi secara normal.
2. Tegas
Pihak mediator konflik perlu memiliki karisma yang tegas serta disegani dalam penyelesaian masalah. Mengapa begitu? Karena pihak-pihak yang berselisih cenderung akan bersikukuh dengan masing-masing pendapat maupun pandangannya.Â
Apabila mediator kurang tegas, perselisihan antar pihak akan terjadi berlarut-larut. Sehingga berdampak pada kinerja dan produktivitas perusahaan. Pihak mediator pun perlu imbang, adil, dan tidak berat sebelah dalam mengambil keputusan.Â
3. Pendengar yang Aktif dan Komunikatif
Sebaiknya, dalam menunjuk mediator, perusahaan memilih suatu pihak dengan kemampuan komunikasi yang baik. Umumnya, kemampuan ini dimiliki oleh bagian personalia (Human Resources Department) perusahaan.
Sebelum memecahkan masalah, mediator dapat memanggil para pihak terkait untuk menyampaikan seluruh keterangan atas pandangannya. Selanjutnya, mediator mendengar, mencatat dan meminta waktu untuk memahami lebih lanjut permasalahannya.
Setelah menemukan titik terang, mediator dapat mempertemukan kembali pihak yang bertentangan untuk menyampaikan cara pemecahan masalah dengan langkah terbaik. Jika mereka yang berkonflik setuju, maka permasalahan dapat diselesaikan.Â
Baca Juga: Cara Menjaga Profesionalisme Selama Bekerja
4. Empati
Kemampuan selanjutnya, yakni empati. Melalui skill tersebut, mediator dapat mendorong para pihak yang terlibat konflik untuk mengutarakan seluruh pendapat, pandangan, pemikiran, dan perasaan secara apa adanya atas perselisihan tersebut. Jadi, mediator dapat lebih memahami permasalahan dan kian mudah dalam menentukan jalan penyelesaian terbaik tanpa menyudutkan suatu pihak tertentu.
5. Kontrol Emosi
Dalam proses mediasi, tak jarang terjadi peningkatan emosional pada mereka yang saling berkonflik. Guna meredam hal tersebut, mediator membutuhkan kemampuan dalam mengendalikan emosi orang lain.Â
Jangan sampai seorang mediator ikut emosi dan naik pitam dalam upaya penyelesaian konflik. Jika hal tersebut terjadi, masalah justru akan semakin besar dan timbul perselisihan baru di kemudian hari.
Melalui penjelasan di atas, diharapkan perusahaan Anda dapat menyelesaikan segala permasalahan dan perselisihan antar karyawan yang menghambat melalui resolusi konflik. Perusahaan pun dapat beroperasi kembali secara normal dan optimal. Alhasil, target kerja pun dapat tercapai sehingga kesejahteraan badan usaha pun meningkat dari waktu ke waktu.