Istilah resesi mulai ramai belakangan ini sejak pandemi COVID-19 melanda dunia. Resesi adalah kondisi melemahnya atau menurunnya ekonomi secara signifikan selama beberapa kuartal berturut-turut.
Negara yang terlebih dahulu mulai melemah dari segi ekonomi adalah Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Banyak negara yang mulai khawatir jika negaranya akan dilanda resesi.
Untuk mengulik lebih jauh mengenai resesi, simak penjelasan di bawah ini!Â
Apa Itu Resesi?
Resesi adalah suatu kondisi ekonomi yang ditandai dengan penurunan yang signifikan dan berkepanjangan dalam aktivitas ekonomi suatu negara atau wilayah.
Biasanya, dalam periode resesi, terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi, penurunan produksi, pengurangan lapangan kerja, meningkatnya tingkat pengangguran, dan berkurangnya daya beli masyarakat.
Dilansir dari Forbes, selama resesi dapat menyebabkan naiknya angka pengangguran dan penjualan dalam waktu yang cukup lama.
Melemahnya ekonomi dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dihindari dari siklus bisnis terutama dalam kondisi pandemi COVID-19.
Resesi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk fluktuasi siklus ekonomi alami, ketidakseimbangan dalam permintaan dan penawaran, perubahan di pasar keuangan, ketidakstabilan geopolitik, dan peristiwa eksternal lainnya.
Selain itu, krisis finansial dan perubahan struktural dalam sektor ekonomi juga bisa menjadi penyebab resesi.
Penyebab Resesi
Penyebab resesi bisa sangat kompleks dan beragam, dan resesi biasanya merupakan hasil dari kombinasi beberapa faktor.
Berikut adalah beberapa penyebab umum dari resesi:
1. Permintaan yang Lemah
Ketika permintaan atas barang dan jasa menurun secara signifikan, hal ini dapat menyebabkan penurunan produksi dan penjualan di berbagai sektor ekonomi.
Penyebab permintaan yang lemah bisa berasal dari berbagai faktor, seperti berkurangnya kepercayaan konsumen, ketidakstabilan pasar keuangan, atau perubahan perilaku konsumen.
2. Investasi yang Rendah
Jika perusahaan-perusahaan mengurangi investasi mereka dalam perluasan usaha, teknologi, atau infrastruktur, maka hal ini bisa menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
3. Penurunan Ekspor
Jika negara mengalami penurunan permintaan internasional atas barang dan jasa yang diekspor, ekonomi negara tersebut dapat terpengaruh negatif, terutama jika ekspor menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
4. Gejolak di Pasar Keuangan
Perubahan yang tajam dan tidak stabil di pasar keuangan, seperti penurunan harga saham yang besar, perubahan tingkat suku bunga yang drastis, atau krisis keuangan, dapat menyebabkan resesi dengan mempengaruhi kesehatan keseluruhan ekonomi.
5. Krisis Perbankan
Jika sektor perbankan mengalami masalah seperti kebangkrutan atau krisis likuiditas, hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem keuangan dan merambat ke ekonomi secara keseluruhan.
6. Kebijakan Ekonomi yang Tidak Tepat
Kebijakan fiskal dan moneter yang tidak tepat dari pemerintah atau bank sentral dapat mempengaruhi kinerja ekonomi.
Misalnya, ketika pemerintah melakukan penghematan anggaran atau bank sentral menaikkan suku bunga secara drastis untuk mengatasi inflasi yang terlalu tinggi, hal ini dapat menyebabkan resesi.
7. Perubahan Struktural dalam Sektor Ekonomi
Perubahan teknologi, globalisasi, atau kebijakan perdagangan yang berdampak pada perubahan struktural dalam sektor ekonomi juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.
Dampak Resesi Ekonomi
Melemahnya ekonomi suatu negara dapat memicu berbagai hal muncul. Mau tak mau baik pemimpin negara dan masyarakat harus memahami dampak yang kemungkinan terjadi.
Dampak dari resesi secara umum dapat dilihat sebagai berikut:Â
1. Pemutusan Hubungan Kerja
Dampak yang paling terasa adalah banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di mana-mana.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan ekonomi membuat beberapa bisnis ditutup dan tidak lagi mampu beroperasi karena menurunnya penjualan.
2. Instrumen Investasi Terancam
Kegiatan di pasar keuangan publik juga dibuat panik karena melemahnya ekonomi. Investasi seperti portofolio saham dan aset perusahaan akan mengalami penurunan nilai.
Meminimalkan dampak dengan beralih ke instrumen investasi yang berisiko rendah dapat dijadikan pilihan.
3. Daya Beli dan Permintaan Menurun
Efek lainnya juga dapat dirasakan oleh pengusaha kecil dalam industri produksi. Daya beli dan permintaan dari masyarakat akan menurun sebab lebih banyak orang memilih untuk menjaga keuangan mereka.
Baca Juga:Â Perusahaan Melakukan PHK Sepihak? Apa yang Harus Dilakukan?
Cara Menghadapi Resesi
Masa-masa sulit bisa berlangsung lebih lama dari yang dikira. Oleh karenanya, masyarakat harus mulai menabung dan menyiapkan dana darurat.
Di bawah ini adalah tips cara bertahan selama resesi yang bisa dijadikan panduan:Â
1. Tetapkan Anggaran dan Bayar Hutang Sesegera Mungkin
Membayar hutang selama resesi yang tinggi itu hanya akan menambah tekanan pada situasi yang sudah penuh tekanan.
Jadi, inilah saatnya untuk mempertimbangkan membayar lunas semua kewajiban jika memungkinkan.
Langkah pertama untuk berhasil melunasi hutang adalah menetapkan anggaran yang secara akurat, baik pemasukan maupun pengeluaran. Jangan sampai keuangan tidak terkontrol dan justru menambah hutang.
2. Beralih ke Gaya Hidup Hemat
Merampingkan dan mempelajari cara hidup hemat bisa menjadi strategi yang bagus, karena cara tersebut dapat meningkatkan tabungan.
Individu pun tidak terlalu merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan gaya hidup baru ketika resesi melanda. Hidup hemat tidaklah sesulit kedengarannya.
Bukan berarti pula harus tidak makan sama sekali. Hemat adalah membuat pilihan pengeluaran untuk kebutuhan yang penting dan mengurangi untuk hal-hal yang tidak terlalu penting.
3. Diversifikasikan PenghasilanÂ
Sebagian besar dari kita akrab dengan pepatah “jangan menaruh semua telur di tempat yang sama”. Pepatah ini dapat diterapkan pada sumber penghasilan.
Mengandalkan pada pekerjaan tertentu sebagai sumber pendapatan memiliki risiko yang tinggi, karena jika ekonomi merosot dan seseorang kehilangan pekerjaan, orang itu juga akan kehilangan satu-satunya pendapatan.
Memiliki banyak aliran pendapatan dapat sangat membantu. Keterampilan atau bakat apa pun yang ada dapat berpotensi menjadi cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Contohnya adalah memasak. Menjual makanan di samping pekerjaan utama bisa menjadi pilihan menarik untuk menambah pundi-pundi uang.Â
4. Tingkatkan Investasi
Selain mendiversifikasi pendapatan, penting juga untuk meningkatkan investasi dengan hati-hati. Kemerosotan ekonomi bisa menjadi bencana keuangan jika semua uang terpatok dalam satu jenis investasi.
Inilah alasan mengapa diversifikasi investasi atau berinvestasi di banyak tempat menjadi kuncinya. Terkait diversifikasi, seseorang dapat menanamkan uang mereka di sejumlah sarana investasi yang berbeda.
Diversifikasi investasi juga dapat membantu mengurangi kerentanan terhadap penurunan ekonomi.
5. Memenuhi Kebutuhan dengan Budidaya Mandiri
Memenuhi kebutuhan kebutuhan pangan sendiri adalah prioritas bagi semua orang. Sebuah solusi untuk kuatnya ketahanan pangan selama resesi adalah dengan memenuhi kebutuhan secara mandiri dengan sistem menanam hidroponik.
Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri, hidroponik juga tidak memerlukan biaya banyak karena alat dan bahan dibutuhkan cukup murah.
Baca Juga: Peran HR dalam Menghadapi Resesi Ekonomi
Kesimpulan
Resesi adalah suatu periode ketika ekonomi suatu negara atau wilayah mengalami penurunan signifikan dan berkepanjangan dalam aktivitas ekonomi.
Selama resesi, terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi, produksi, dan penjualan barang dan jasa.
Hal ini juga seringkali menyebabkan peningkatan tingkat pengangguran dan berkurangnya daya beli masyarakat.
Selain beberapa tips di atas, salah satu tips lain yang perlu diingat adalah jangan panik. Jika seseorang sudah panik saat awal menghadapi suatu tantangan, maka akan sulit untuk menyelesaikan atau melewatinya dengan tepat.
Itulah penjelasan mengenai resesi dan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapinya. Semoga dapat membantu!Â