Sebagai seorang wanita karir, perjalanan menuju posisi puncak seringkali penuh tantangan. Tak jarang, perempuan yang berhasil mencapai jabatan tinggi menjadi teladan bagi bawahannya.
Namun, ada kalanya jabatan tinggi dapat membuat mereka merasa memiliki privilege. Fenomena ini bisa dikenal sebagai queen bee syndrome.
Apa itu Queen Bee Syndrome?
Queen Bee Syndrome merupakan istilah yang menggambarkan situasi di tempat kerja, di mana seorang perempuan yang memiliki posisi tinggi kerap bertindak intimidatif dan dapat menciptakan suasana kerja kurang menyenangkan.
Menurut Naomi Ellemers, Profesor Universitas Utrecht di Belanda, sebagaimana dilansir dari Narasi, istilah queen bee dapat menunjukan sisi negatif dari seseorang yang mencerminkan adanya diskriminasi gender yang sering kali dialami oleh wanita.
Fenomena ini muncul sebagai respons terhadap diskriminasi gender yang dihadapi perempuan di dunia profesional, di mana mereka sering merasakan perlakuan bias dan merasa berbeda dengan yang lain.
Baca juga: 7 Cara Menghilangkan Sifat Bossy Paling Ampuh
Ciri-Ciri Queen Bee Syndrome
Inilah ciri-ciri seseorang yang memiliki karakteristik queen bee syndrome, berupa:
- Keinginan kuat untuk berkuasa. Biasanya perempuan dengan queen bee syndrome seringkali menunjukkan hasrat yang kuat untuk mendominasi dan mengontrol, sehingga dapat mendorong perilaku diskriminatif atau merendahkan perempuan lain untuk dapat mempertahankan jabatannya.
- Sangat berkompetitif. Mereka cenderung melihat rekan kerja perempuan yang lain sebagai pesaing, sehingga dapat memicu rasa terancam.
- Memiliki empati yang rendah. Seseorang yang memiliki sindrom ini seringkali kurang berempati terhadap kesulitan yang sedang dihadapkan dengan perempuan lain, sehingga cenderung meremehkan permasalahan mereka.
- Seorang yang perfeksionis. Seringkali mereka menetapkan standar tinggi, baik untuk diri sendiri maupun orang lain dan bersikap kritis jika ekspektasi tersebut tidak dapat terpenuhi.
- Ketakutan gagal yang berlebihan. Kekhawatiran akan kegagalan membuat mereka terus-menerus berusaha untuk memvalidasi diri melalui tugas dan menunjukan otoritas yang berlebihan.
- Lebih menyukai bekerja dengan laki-laki. Perempuan dengan sindrom ini, sering lebih memilih bekerja dengan pria dan menganggap mereka lebih berkompeten atau merasa lebih nyaman apabila di dominasi oleh laki-laki.
Baca juga: Pentingnya Empati Untuk Mencapai Kinerja Yang Besar
Strategi Menghadapi Queen Bee Syndrome di Tempat Kerja
Apabila kamu memiliki tanda-tanda queen bee syndrome, berikut ini strategi menghadapi untuk dapat mencegah sindrom ini berkembang lebih jauh.
Memahami Identitas Diri Sebagai Pemimpin
Menjadi pemimpin bukan berarti memiliki kebebasan untuk dapat bertindak semaunya terhadap bawahan atau sesama rekan kerja.
Akan tetapi, pentingnya untuk dapat mengenali identitas diri, seperti tanggung jawab dan peran yang kamu jalankan.
Sebagai pemimpin, pastikan tindakanmu dapat memberi dampak positif, mendukung perkembangan tim, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Membuka Diri untuk Menerima Kritik dan Saran
Adanya kritik dan saran dari rekan kerja atau bawahan bukanlah suatu ancaman, melainkan kesempatan untuk dapat belajar dan berkembang sebagai bahan introspeksi.
Menerima saran dengan terbuka akan membantu memperbaiki kelemahan dan membantu dalam memperbaiki kesalahan dan dapat mengasah kemampuan dalam memimpin secara lebih efektif.
Memiliki Rasa Empati dan Kepekaan Sosial
Kamu bisa meningkatkan rasa empati dengan meluangkan waktu untuk berinteraksi di luar pekerjaan untuk menjaga hubungan baik dengan rekan kerja.
Meluangkan waktu dengan mengajak tim, seperti nongkrong atau mengadakan kegiatan bersama seperti employee gathering.
Jika kamu merasa lingkungan kerja mulai terpengaruh oleh queen bee syndrome, inilah saatnya untuk melakukan sebuah perubahan.
Sebagai pemimpin atau bagian dari tim HR, sangat penting memastikan pengelolaan sumber daya manusia dilakukan secara adil dan transparan, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
Salah satu cara yang efektif untuk membantu mengatur dan memonitor performa karyawan secara objektif adalah dengan menggunakan sistem pengelolaan SDM otomatis seperti LinovHR yang memungkinkan manajemen lebih terstruktur dan efisien.
Mulailah terapkan solusi modern dalam pengelolaan SDM dengan LinovHR, tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi dapat menciptakan budaya kerja yang sehat, adil, dan lingkungan kerja lebih inklusif mendukung pertumbuhan tim secara merata.