Disadari atau tidak, seringkali kita masih memandang seseorang berdasarkan usianya. Mereka yang lebih tua, sering menganggap remeh kemampuan anak-anak yang masih muda. Begitupun sebaliknya, mereka yang masih muda menggangap yang tua tidak memahami perkembangan zaman. Diskriminasi usia seperti inilah yang disebut sebagai ageism.
Ageism sebagaimana dikutip dari laman WHO merupakan stereotip, prasangka, dan diskriminasi terhadap orang berdasarkan usia mereka. Praktik Ageism tersebar luas atau ada di mana-mana. Parahnya, hal ini sering dianggap normal secara sosial dan tidak ada perlawanan terhadapnya.
Seperti pada contoh diawal, ageism yang menyasar kepada mereka yang lebih muda disebut sebagai perilaku adultisme. Sebaliknya, ageism yang mengarah kepada mereka yang lebih tua disebut sebagai perilaku Jeunisme. Namun jika berkaitan dengan dunia kerja, perilaku ageism lebih ditujukan kepada perilaku diskriminasi kepada karyawan yang lebih tua atau senior. Mereka yang tua dianggap berkurang kontribusinya bagi perusahaan, sulit beradaptasi, hingga hanya sebagai beban sebelum mereka pensiun.
Hal-hal seperti diataslah yang harusnya disadari untuk dihindari oleh semua karyawan. Agar hal tersebut tidak terjadi pada diri anda atau lingkungan tempat anda bekerja, berikut beberapa perilaku ageism yang harusnya dihindari oleh karyawan.
1. Tidak Memberi Pekerjaan Berat Kepada Karyawan Senior
Perilaku Ageism yang sering dilakukan karyawan adalah dengan tidak memberikan pekerjaan berat kepada karyawan tua atau senior. Hal ini sering tidak disadari oleh karyawan muda lantaran mereka hanya ingin pekerjaan diselesaikan dengan cepat. Karyawan muda menganggap karyawan tua sebaiknya tidak perlu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat karena sudah bukan masanya lagi.
Apakah hal ini benar? Ternyata, melakukan hal demikian bukanlah cara yang tepat. Karyawan tua justru cenderung lebih besar untuk depresi lantaran perlakuan perusahaan terhadap dirinya, salah satunya dengan menganggap mereka tidak pantas mengerjakan pekerjaan berat.
2. Tidak Dilibatkan pada Rapat Klien
Ketika hendak mengadakan rapat atau bertemu klien, seringkali karyawan muda atau manajer divisi tidak melibatkan karyawan senior. Banyak alasan yang biasa digunakan, seperti karena karyawan senior tidak begitu dibutuhkan, karyawan senior kurang memahami masalah, hingga karena karyawan senior dianggap tidak menarik untuk diajak diskusi bersama klien. Hal-hal seperti ini tentu akan membuat karyawan senior merasa semakin depresi.
3. Tidak Memberikan Cuti
Hal yang dimaksud dengan tidak memberikan cuti adalah karena asumsi bahwa karyawan senior tidak memiliki komitmen keluarga seperti anak kecil di rumah. Ketika karyawan sudah senior artinya dianggap bahwa mereka tidak lagi memiliki urusan keluarga seperti mengurus anak dan sebagainya. Asumsi seperti ini, baik dikatakan ataupun tidak adalah hal yang keliru karena bisa menimbulkan kecemburuan bagi karyawan senior.
Baca Juga: Waspada Sindrom Burn Out di Tempat Kerja!
4. Menjadikan Usia sebagai Lelucon
Seringkah anda mendengar karyawan-karyawan muda berkomentar tentang perilaku karyawan senior seperti kemampuan mengetik mereka yang lambat, cepat lelah, atau membahas masalah waktu pensiun?. Meskipun hanya sekedar candaan atau lelucon, namun hal tersebut bukanlah sesuatu yang etis dilakukan. Tak jarang, komentar seperti diatas justru membuat karyawan senior merasa tidak dibutuhkan dan bahkan membuat produktifitas mereka semakin rendah lantaran alam bawah sadar mereka terbiasa mendengarnya.
5. Tidak Lagi Menerima Kenaikan Gaji atau Promosi
Pemegang keputusan akan kenaikan gaji ataupun promosi kerap kali melewatkan karyawan senior untuk mendapatkan hak tersebut. Meskipun karyawan senior sudah melakukan hal yang sepantasnya mendapatkan reward, tetapi karena alasan usia mereka dilewatkan begitu saja.
Hal tersebut sering dilakukan lantaran karyawan senior dianggap sudah tidak perlu berkembang lagi. Apalagi mereka sudah dekat dengan pensiun, memberikan kenaikan gaji apalagi promosi dianggap hanya akan memberi beban perusahaan untuk biaya pensiun mereka nantinya. Selain tidak adil, hal ini juga sebenarnya sudah meyalahi aturan sehingga harus dihindari.
Itulah 5 perilaku ageism yang paling sering terjadi terhadap karyawan senior oleh karyawan lain pada sebuah perusahaan. Hal tersebut tentu bukan hal yang baik karena stereotip demikian akan sangat mempengaruhi mental karyawan senior. Tidak hanya di perusahaan, efek buruknya juga bisa berdampak pada kehidupan mereka di masyarakat lantaran rasa percaya diri mereka yang sudah terlanjur hilang.
Baca juga: Disparate Impact: Diskriminasi Pekerja dalam Bentuk Lain