Setiap produk yang kita gunakan tentunya diproduksi menggunakan sejumlah bahan baku. Perlu diketahui, bahan baku merupakan komponen persediaan yang paling penting untuk setiap unit produksi dalam sebuah bisnis maupun industri manufaktur.
Oleh karena itu, penting bagi setiap bisnis untuk dapat mengelola persediaan raw materials dengan baik sesuai jenisnya. Dalam artikel ini, LinovHR telah merangkum pengertian dari bahan baku dan jenis-jenis dalam industri di Indonesia.Â
Apa itu Bahan Baku?
Bahan baku atau raw materials adalah bahan atau zat yang digunakan dalam produksi utama atau pembuatan barang. Bahan baku merupakan komoditas yang diperjualbelikan di bursa komoditas di seluruh dunia. Raw materials merupakan aspek penting dalam faktor produksi.
Jadi, bahan baku adalah barang input atau persediaan yang dibutuhkan perusahaan untuk memproduksi produknya. Contoh raw materials seperti baja, minyak, mineral, dan lain-lain.Â
Pengertian Bahan Baku Menurut Para Ahli
Untuk memahami konsep bahan baku dengan lebih baik, berikut ini pengertiannya menurut para ahli. Simak uraiannya di bawah ini:
1. Mulyadi (2011): Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh.
2. Masiyal Kholmi (2013): Bahan baku didefinisikan sebagai bahan yang membentuk bagian besar produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau hasil pengolahan sendiri.
3. Suyadi Prawirosentono (2011): Bahan baku adalah bahan utama dari suatu produk atau barang.
Jenis-Jenis Bahan Baku
Pemahaman tentang jenis-jenis bahan baku adalah kebutuhan apalahi jika Anda memiliki bisnis pada industri manufaktur. Seperti yang kita ketahui, industri manufaktur sudah pasti melibatkan berbagai macam raw material dalam keberlangsungan proses produksinya.
Berikut adalah jenis-jenis bahan baku ditinjau dari asal dan outputnya:
Â
1. Berdasarkan Asal
Berikut jenis-jenis bahan baku berdasarkan dari mana asalnya:
- Berbasis Tumbuhan (Plant/tree based). Raw materials yang berasal dari tumbuhan seperti sayuran, buah-buahan, bunga, kayu, damar, dan lain-lain.
- Berbasis Hewan (Animal Based). Raw materials yang berasal dari hewan seperti kulit, daging, tulang, susu, wol, sutra, dan lain-lain.Â
- Berbasis Pertambangan (Mining-based-materials). Raw material yang diperoleh dari hasil penambangan seperti mineral, logam, minyak mentah, batu bara, dan lain-lain.Â
2. Berdasarkan Bentuk Output
Selain itu dibagi berdasarkan asalnya, raw materials diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu:
a. Direct Materials (Bahan Baku Langsung)
Direct materials adalah semua bahan atau komponen yang membentuk produk jadi. Contohnya, kayu merupakan direct materials yang digunakan untuk membuat furniture seperti kursi, meja, tempat tidur, dan lain-lain. Contoh lainnya adalah kulit yang digunakan untuk membuat produk seperti dompet, sepatu, tas, dan lain-lain.
b. Indirect Materials (Bahan Baku Tidak Langsung)
Indirect materials adalah bahan pelengkap dalam pembuatan produk jadi atau bahan yang digunakan selama proses produksi tetapi bukan merupakan bagian dari produk akhir.
Contoh indirect materials dalam pembuatan furniture seperti paku, lem, pernis, dan lain-lain. Indirect material biasanya dibawah biaya overhead pabrik dan ditambahkan ke harga pokok penjualan.Â
Tipe Industri Berdasarkan Bahan Baku
Industri dapat diklasifikasikan berdasarkan raw materials yang digunakan seperti dibawah ini:
1. Industri Berbasis Agro (Agro Based Industries)
Industri berbasis agro merupakan sebuah industri yang menggunakan produk nabati dan hewani sebagai bahan utamanya. Contohnya industri pengolahan makanan, minyak nabati, industri tekstil kapas, produk susu, dan lain-lain.
2. Industri Berbasis Mineral (Mineral Based Industries)
Industri berbasis mineral merupakan industri yang bahan baku utamanya didapatkan dari hasil pertambangan. Umumnya, industri ini juga menyediakan raw materials untuk industri yang lain.
Raw materials yang digunakan dalam industri ini digunakan untuk pembuatan alat berat atau bahan bangunan.
3. Industri Berbasis Kelautan (Marine Based Industries)
Industri berbasis kelautan adalah industri yang menggunakan bahan yang berasal dari laut. Contohnya, industri pengolahan ikan kaleng, industri pengolahan minyak ikan, dan lain sebagainya.Â
4. Industri Berbasis Hutan (Forest Based Industries)
Industri berbasis hutan merupakan industri yang menggunakan raw materials berasal langsung dari hutan. Contohnya industri kertas, industri mebel (furniture), industri farmasi, dan lain sebagainya.Â
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku
Ketika mengelola persediaan bahan untuk produksi, terdapat berbagai macam faktor yang harus Anda pertimbangkan. Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi persediaan raw materials, antara lain:Â
1. Perkiraan PenggunaanÂ
Sebelum pihak manajemen perusahaan memesan sejumlah raw materials untuk proses produksi, manajemen perlu membuat perkiraan besarnya jumlah raw materials yang akan digunakan dalam proses produksi dalam periode tertentu.
Perkiraan raw materials ini dibuat agar tidak ada materials yang terbuang sia-sia sehingga meminimalisir peluang kerugian terhadap bisnis.
2. Harga Bahan
Faktor kedua yang mempengaruhi persediaan raw materials adalah harga bahan. Mengapa? Karena harga bahan nantinya akan menjadi dasar perhitungan terkait budget yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk investasi.
3. Biaya Persediaan
Selanjutnya, biaya persediaan dapat menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi persediaan raw materials. Ketika mengelola persediaan raw materials, sudah selayaknya manajemen perusahaan memperhitungkan berbagai biaya dalam menyelenggarakan persediaan raw materials. Berikut biaya-biaya yang perlu diperhitungkan:
- Biaya penyimpanan raw materials
- Biaya pemesanan atau pembelian raw materialsÂ
4. Waktu Tunggu (Lead Time)
Waktu tunggu adalah waktu yang dibutuhkan dari saat barang dipesan hingga saat barang tersebut tiba. Waktu tunggu sangat bervariasi tergantung pada jenis produk dan berbagai proses manufaktur yang terlibat. Oleh karena itu, waktu tunggu menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi persediaan raw materials.
5. Pemasok (Suppliers)
Pemasok dapat memiliki pengaruh besar dalam pengendalian persediaan raw materials. Bisnis yang sukses membutuhkan pemasok yang dapat diandalkan untuk merencanakan pengeluaran dan mengatur proses produksi.
Maka dari itu, biasanya sebuah bisnis memiliki lebih dari satu pemasok untuk mencegah kekurangan produk atau keterlambatan dalam proses manufaktur.Â
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Bahan BakuÂ
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas maka diperlukan kualitas bahan baku yang bagus pula. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas bahan baku yang perlu Anda ketahui.
1. Pasokan dan KetersediaanÂ
Bahan baku terus dipengaruhi oleh pasokan, terutama bahan seperti logam dan batu yang membutuhkan waktu jutaan tahun untuk terbentuk dan banyak ilmu pengetahuan dan penelitian untuk ditambang dengan benar.Â
Ketersediaan juga tidak kalah pentingnya dengan pasokan, seperti kayu dan bahan makanan. Cuaca seringkali sangat penting dalam hal ini. Misalnya tahun yang dipenuhi musim penghujan dapat menghasilkan sangat sedikit hasil panen atau mempersulit pemeliharaan ternak.Â
Selain itu, peristiwa situasional seperti kerusuhan politik, pemberontakan, dan perang biasanya juga mempengaruhi pasokan bahan baku, karena pekerja dapat menghasilkan lebih sedikit uang, dana untuk pertumbuhan dan pemrosesan bahan baku.Â
2. Kemurnian
Sebagian besar bahan baku dinilai berdasarkan kemurniannya. Ini ditentukan oleh berapa banyak bahan lain yang digabungkan dengan komponen utama; misalnya, besi secara alami dibentuk dari kotoran seperti karbon, magnesium dan belerang.Â
Untuk tanaman, kayu, makanan, dan bahan tekstil, kemurnian umumnya ditentukan oleh seberapa bagus bahannya, kelembutan, warna, atau rasa bahan. Semakin sedikit zat yang memiliki kandungan yang kotor didalamnya, maka semakin bagus kualitas bahan tersebut.
3. Keamanan PersediaanÂ
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa ketersediaan bahan baku sangat berpengaruh pada proses produksi, karena adanya pengamanan persediaan otomatis akan memberikan keamanan juga dalam hal produksi.
Maka dari itu, perusahaan memiliki persediaan pengamanan yang baik agar ketersediaan produk terjamin.Â
4. Waktu Tunggu PemesananÂ
Waktu tunggu pemesanan memiliki kaitan erat dengan tenggat waktu yang dibuat saat bahan baku dipesan sampai bahan tersebut diterima. Hal ini juga berkaitan langsung dengan persediaan dan waktu penyimpanan bahan baku.Â
Waktu tunggu pemesanan atau yang disebut sebagai load time harus benar-benar diperhatikan, karena jika hal ini terabaikan dapat menyebabkan terjadinya kekurangan pada bahan tersebut.
Cara Penyimpanan Bahan Baku yang Benar
Cara menyimpan bahan baku akan bervariasi, tergantung jenis bahan baku yang dimiliki. Namun secara umum, berikut ini panduan cara penyimpanan bahan baku yang benar untuk mempertahankan kualitasnya.
1. Selalu Memastikan Ketersediaan StokÂ
Jika terjadi kelebihan atau kekurangan stok di gudang, ini mencerminkan tidak efisiennya pengelolaan dan penyimpanan bahan baku.Â
Manajemen bahan baku yang efektif akan menawarkan manfaat positif bagi manfaat positif bagi seluruh sistem produksi.Â
Salah satunya, mencegah timbulnya biaya tambahan untuk pengadaan bahan secara mendadak atau penggantian bahan yang sudah melewati masa pakainya.
2. Mempertimbangkan Reorder Points dengan Cermat
Dalam manajemen gudang dan bahan baku, terdapat istilah “safety stock” yang berfungsi sebagai stok cadangan untuk mengantisipasi kehabisan material untuk proses produksi.
Meski demikian, Anda juga perlu mempertimbangkan “reorder points” agar stok dapat diisi kembali dengan tepat waktu.Â
Namun, hindari memesan bahan baku ketika safety stock masih tersedia dalam jumlah banyak, karena hal ini dapat mengakibatkan pemborosan.
3. Merencanakan Bahan Produksi
Sejatinya, proses produksi harus direncanakan dengan matang agar perusahaan dapat menghitung dan mengelola bahan baku yang digunakan dengan baik.Â
Dengan perencanaan yang terstruktur, Anda dapat dengan jelas menentukan jumlah bahan yang dibutuhkan, waktu yang tepat untuk memesan bahan, perkiraan waktu kedatangan bahan, dan durasi penyimpanan bahan di dalam gudang.Â
Maka dari itu, manajemen ruang di gudang dapat dilakukan secara efisien, dan bahan baku tidak akan mengalami kerusakan karena penyimpanan yang terlalu lama.
4. Mengaplikasikan Teknik Penyimpanan yang Tepat
Proses penyimpanan bahan harus memperhatikan mutu bahan tersebut. Oleh karena itu, penerapan proses quality control menjadi krusial.
Dengan demikian, kualitas setiap bahan yang disimpan dapat tetap terjaga dengan baik.
5. Mengelola Bahan Baku secara Terpadu
Dalam era modern seperti saat ini, manajemen data yang saling terintegrasi terkait penyimpanan dan gudang menjadi sangat penting.Â
Dengan menggabungkan semua data mengenai bahan yang tersedia, perencanaan produksi menjadi lebih efisien dan terkelola dengan baik.Â
Begitu juga dengan penyimpanan bahan baku, yang dapat diawasi dengan lebih mudah tanpa memakan banyak waktu.
Kesimpulan
Setelah menyimak artikel diatas, dapat disimpulkan bahwa bahan baku merupakan aspek penting dalam unit produksi sebuah bisnis. Tanpa adanya raw materials, sebuah bisnis tidak dapat menghasilkan produk jadi yang nantinya akan dijual kembali kepada konsumen.
Oleh karena itu, penting bagi sebuah bisnis untuk memiliki manajemen yang dapat mengelola persediaan dengan baik.Â