Memahami Kolusi: Pengertian, Jenis, Contoh Kasus, dan Faktor yang Memengaruhinya

.

Isi Artikel

Bagikan Artikel Ini :

kolusi adalah
Isi Artikel

 

Apakah Anda tahu bahwa kolusi adalah suatu tindakan yang harus dihindari karena memunculkan persaingan yang tidak sehat dan bisa berdampak buruk kepada berbagai aspek.

Sebenarnya apa itu kolusi, kenapa hal tersebut dapat berdampak buruk. Untuk menjawab pertanyaan tersebut pada artikel kali ini LinovHR akan membahas tuntas mengenai hal yang disebut dengan kolusi.

 

Apa itu Kolusi?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kolusi adalah sebuah kerja sama rahasia yang memiliki maksud tidak terpuji atau adanya persengkongkolan pihak yang terlibat.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Tahun 1999 menyatakan bahwa kolusi adalah kerjasama yang melawan hukum Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara.

Dari pemahaman tersebut, dapat disimpulkan bahwa kolusi adalah praktik kolaborasi ilegal atau tidak etis antara pihak-pihak yang seharusnya bersaing dalam suatu pasar atau lingkungan bisnis.

Perilaku kolusi ini sendiri dianggap praktik yang tidak terpuji karena menggunakan cara bersaing yang tidak sehat sehingga cenderung merugikan orang lain. Tindakan ini dianggap melanggar secara hukum dan juga harus dihindari.

 

Jenis-Jenis Kolusi

Jenis Kolusi
Jenis Kolusi

 

Setelah memahami secara mendasar mengenai apa itu kolusi, berikut adalah penjabaran dan penjelasan mengenai jenis-jenis kolusi:

 

  1. Kolusi Formal

Kolusi formal adalah bentuk kerjasama yang dilakukan secara resmi dan terstruktur antara individu atau kelompok yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.

Kolusi formal dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti bisnis, politik, atau organisasi lainnya.

 

  1. Kolusi Harga

Kolusi harga atau biasa disebut kartel terjadi ketika perusahaan atau individu dalam industri yang sama bekerja sama untuk mengatur harga produk atau layanan mereka secara bersama-sama.

Tujuannya adalah untuk menghindari persaingan dan memastikan bahwa harga tetap tinggi sehingga mereka dapat menghasilkan keuntungan lebih besar.

 

  1. Kolusi Diam-diam

Kolusi diam-diam merujuk pada kerjasama ilegal atau tidak etis antara individu atau kelompok yang dilakukan secara rahasia atau tersembunyi. Jenis kolusi ini seringkali dilakukan tanpa persetujuan pihak yang terlibat atau pihak yang berwenang.

 

Baca Juga: Mengenal Arti Nepotisme dan Bahaya Dampaknya

 

Faktor yang Mempengaruhi Kolusi

Ada beberapa alasan seseorang akhirnya berani untuk melakukan praktik kolusi. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan kolusi:

 

  1. Lemahnya penegakan hukum

Faktor ini merupakan alasan mengapa perusahaan terus melakukan kolusi, yaitu kurangnya penegakan tindakan kolusi secara hukum. 

Tidak adanya landasan kebijakan dan hukum mengenai praktik persaingan yang tidak sehat membuat perusahaan memiliki lebih banyak kebebasan dalam menjalankan tindakan kolusi.

 

  1. Adanya dorongan untuk mendapatkan keuntungan pribadi 

Ketika sebuah perusahaan atau individu berkeinginan besar untuk mendapatkan keuntungan pribadi, maka mereka bisa memperoleh cara dengan persaingan yang tidak sehat.

Cara kolusi adalah sesuatu yang dianggap menguntungkan karena bisa menghasilkan keuntungan secara instan tanpa memikirkan etika dan moral. 

 

  1. Budaya suap-menyuap yang telah menjadi bagian dari struktur birokrasi

Dalam hal ini, tindakan kolusi sudah dianggap lumrah dan dianggap sudah menjadi bagian dari budaya. 

Budaya suap-menyuap semacam ini sering kali muncul akibat kurangnya transparansi, pengawasan yang lemah, dan ketidakpatuhan terhadap prinsip-prinsip etika dalam organisasi pemerintah.

 

  1. Persaingan pasar yang lebih sedikit

Apabila jumlah perusahaan dalam sektor industri meningkat, kerja sama rahasia dan komunikasi menjadi lebih kompleks. 

Kemungkinan terjadinya kolusi cenderung lebih tinggi jika terdapat satu perusahaan yang mendominasi pasar.

 

  1. Ketergantungan pada pasar

Ketergantungan dalam pasar dapat memicu terjadinya kolusi karena situasi ini menciptakan peluang bagi mereka yang terlibat untuk bekerjasama dalam praktik-praktik yang tidak sehat. 

Alasannya sendiri, yaitu untuk menghindari adanya risiko kerugian dan mendapatkan keuntungan bersama.

 

Baca Juga: Mengenal Pasar Oligopoli Hingga Contohnya

 

Karakteristik Kolusi

Berikut adalah dua karakteristik yang dimiliki oleh kolusi:

  1. Pemberian uang sogokan dari suatu lembaga kepada individu, pejabat, atau pegawai pemerintahan dengan bermaksud untuk melancarkan proses kepentingan lembaga tersebut. 
  2. Penggunaan broker atau makelar pada pengadaan semacam barang dan jasa tertentu. Pengadaan ini seharusnya bisa terlaksana melalui langkah pemerintah-ke-pemerintah (G2G) atau pemerintah-ke-produsen (G2P) tanpa perantara. Orang yang berfungsi sebagai broker biasanya memiliki posisi atau koneksi yang berhubungan.

 

Dampak Kolusi

Dampak Kolusi
Dampak Kolusi

 

Praktik kolusi adalah sebuah tindakan yang tidak terpuji karena bisa mengakibatkan dampak yang buruk. Berikut adalah beberapa dampak dari praktik kolusi: 

 

  1. Adanya kolusi bisa menyebabkan kesenjangan masyarakat

Adanya kolusi dapat berdampak pada kesenjangan masyarakat karena praktik ini seringkali merusak prinsip persaingan yang sehat dan merugikan pihak-pihak yang lebih lemah.

 

  1. Adanya kolusi mengakibatkan pemborosan sumber daya

Praktik kolusi bisa mengakibatkan pemborosan sumber daya karena pihak-pihak yang bersaing membuat penggunaan sumber daya menjadi tidak efisien.

 

  1. Ketidakpercayaan publik terhadap aparat negara

Kolusi dapat menyebabkan ketidakpercayaan publik terhadap aparat negara karena menciptakan citra bahwa aparat negara tidak menjalankan tugasnya secara adil, transparan, dan berintegritas.

 

  1. Pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat

Selanjutnya, praktik kolusi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena ketidakseimbangan sumber daya ekonomi yang tidak setara.

 

Contoh Kasus Kolusi

Kolusi adalah sebuah praktik yang memiliki kasus tak sedikit dalam penggunaannya. Berikut adalah contoh kasus-kasus kolusi yang biasanya terjadi:

  • Memberikan suap kepada lembaga pendidikan dengan maksud agar memperoleh nilai yang tinggi dalam lingkungan pendidikan.
  • Menyogok institusi pendidikan supaya bisa diterima di lembaga pendidikan yang diinginkan.
  • Memberi suap kepada lembaga pemerintahan supaya diterima menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil)
  • Memberi sogokan berupa uang kepada petugas untuk mempermudah mendapatkan SIM (Surat Izin Mengemudi) tanpa perlu melewati tes.
  • Memberi sogokan kepada pegawai pajak supaya mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar.

 

Kesimpulan

Itulah pembahasan lengkap mengenai kolusi. Sudah seharusnya kolusi dihindari, karena jika hal tersebut terjadi akan sangat merugikan bagi banyak orang maupun diri sendiri kedepannya nanti. 

Demikian artikel dari LinovHR mengenai apa itu kolusi secara lengkap. Semoga artikel ini dapat membantu menambah wawasan Anda, ya!

Tentang Penulis

Picture of Lala
Lala

SEO Content Writer yang andal dengan kemampuan analisis tinggi terkait bidang HR dan mampu mengubahnya menjadi artikel informatif dan teroptimasi secara SEO.

Bagikan Artikel Ini :

Related Articles

Tentang Penulis

Picture of Lala
Lala

SEO Content Writer yang andal dengan kemampuan analisis tinggi terkait bidang HR dan mampu mengubahnya menjadi artikel informatif dan teroptimasi secara SEO.

Artikel Terbaru