Apa itu gabut? karyawan sering gabut? Istilah ini pasti tak asing lagi untuk Anda. Gabut atau gaji buta adalah istilah yang disematkan kepada karyawan yang bekerja tidak sesuai dengan produktivitas kerja.
Biasanya, karyawan yang makan gaji buta hanya akan menghambat produktivitas rekan satu timnya maupun perusahaan.
Oleh karena itu, Anda perlu mewaspadai karyawan-karyawan semacam ini. Apa saja ya ciri-ciri karyawan gabut?
Dalam artikel LinovHR kali ini, kita akan membedah bagaimana ciri-ciri karyawan yang makan gaji buta serta cara agar perusahaan dapat mengatasi karyawan seperti itu. Simak selengkapnya!
Apa Itu Gaji Buta?
Gaji buta adalah suatu istilah yang merujuk pada fenomena ketika seorang karyawan tetap menerima gaji walaupun tidak menyelesaikan pekerjaan dengan sebagaimana mestinya.
Gaji buta atau bisa disingkat “gabut” kembali hangat diperbincangkan oleh masyarakat setelah kebijakan work from home (WFH) ditetapkan.
Biasanya, pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan yang makan gaji buta tidak maksimal, bahkan bisa jadi tidak selesai dan diluapkan pada rekan kerja yang lain.
Oleh karena itu, karyawan yang makan gaji buta hanya akan mengganggu produktivitas karyawan lain.
Ciri-Ciri Karyawan yang Makan Gaji Buta
Agar dapat mewaspadai karyawan yang makan gaji buta, Anda perlu mengetahui karakteristik karyawan tersebut. Adapun ciri-ciri karyawan yang makan gaji buta adalah sebagai berikut.
1. Datang Hanya untuk Absen
Mungkin Anda pernah menemukan karyawan tipe ini, yaitu yang datang ke kantor hanya untuk absen.
Kemudian banyak melakukan kegiatan di luar pekerjaan, seperti hang out, mengobrol, dan mencari kegiatan lain untuk menghilangkan rasa suntuk. Anda perlu berhati-hati dengan karyawan tipe ini.
Biasanya, karyawan yang hanya datang untuk absen tidak memiliki niat untuk benar-benar bekerja. Kadang kala, mereka akan pura-pura bekerja ketika diawasi oleh atasan.
Mereka juga tidak ingin melepaskan pekerjaan itu, namun tetap menikmati gaji yang diberikan.
2. Membuang-buang Waktu
Jika Anda melihat seorang karyawan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bersantai, maka Anda perlu mewaspadainya. Bisa jadi karyawan tersebut merupakan karyawan yang makan gaji buta.
Terlalu sering bersantai akan menguras banyak waktu karyawan. Yang seharusnya karyawan bekerja selama 8-9 jam, justru hanya bekerja 4-5 jam karena terlalu banyak bersantai dan mengulur waktu.
Alhasil, karyawan jadi tidak produktif dan banyak waktu yang terbuang sia-sia. Adapun kegiatan membuang-buang waktu yang perlu Anda perhatikan adalah terlalu sering bermain handphone dan terlalu sering beristirahat di dalam maupun luar kantor.
3. Prinsip “Asal Jadi”
Ciri-ciri karyawan yang makan gaji buta adalah bekerja asal-asalan dengan prinsip asal pekerjaannya jadi dan selesai. Padahal kualitas dari hasil pekerjaannya kurang baik dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Jika terjadi seperti ini, maka Anda perlu mewaspadai kalau-kalau karyawan tersebut hanya makan gaji buta.
4. Terlalu Sering Bolos
Terakhir, karyawan yang terlalu sering bolos juga perlu diwaspadai. Oleh karena itu, diperlukan sistem absensi dan payroll yang akurat untuk menghindari karyawan yang bolos dan justru makan gaji buta.
Baca Juga: Ciri-Ciri Karyawan Pencuri Waktu, Apa Saja?
Cara Perusahaan Mengatasi Karyawan yang Menerima Gaji Buta
Karyawan yang hanya makan gaji buta tentu tidak bisa didiamkan begitu saja. Mereka hanya mengurangi kinerja perusahaan dan menjadi beban bagi rekan kerja yang lain.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi karyawan-karyawan tersebut. Berikut adalah cara yang dapat diterapkan perusahaan untuk meminimalisir fenomena gaji buta.
1. Mencatatkan Kehadiran Karyawan dengan Baik
Dengan sistem absensi yang baik, catatan kehadiran karyawan dapat dikelola dengan akurat sehingga dapat meminimalisir karyawan yang terlalu sering bolos.
Sistem absensi online wajah yang fleksibel dapat menjadi alternatif perusahaan cegah kecurangan, karena absensi hanya menggunakan hanphone yang terintegrasi dengan gps, keakuratan posisi karyawan dapat di lacak dengan mudah.
2. Memberi Tugas dan Tanggung Jawab yang Jelas
Perusahaan perlu mendelegasikan tugas dan tanggung jawab karyawan dengan jelas sehingga tidak ada lagi alasan bagi karyawan tidak memahami pekerjaan dan kewajibannya.
Selain itu, tugas dan tanggung jawab yang jelas juga mendorong karyawan untuk lebih produktif daripada bersantai.
Baca Juga: Indikator dalam Penilaian Kinerja Karyawan
3. Melakukan Penilaian Kerja Secara Rutin
Perusahaan juga perlu mengadakan penilaian performa secara rutin. Misalnya pada periode tertentu selama tiap minggu, tiap bulan, dan tiap tahun.
Penilaian kinerja dapat mendorong karyawan untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan tidak asal-asalan.
4. Membuat dan Menerapkan Peraturan Perusahaan dengan Tegas
Terakhir, perusahaan perlu membuat serta menerapkan kebijakan dengan tegas untuk mendorong karyawan mematuhi peraturan yang ada.
Sehingga karyawan dapat bekerja dengan tertib, produktif, serta tidak menghambat rekannya maupun perkembangan perusahaan.
Baca Juga:Â Apatis Adalah: Pengertian, Penyebab, Ciri-Ciri, Serta Dampaknya
Monitoring Performa Kinerja Karyawan dengan LinovHR Cegah Karyawan Gabut
Memastikan karyawan memanfaatkan waktu kerjanya dengan optimal adalah salah satu hal yang perlu dipastikan. Sehingga mencegah karyawan gabut dan kinerja perusahaan menjadi tidak optimal.
Salah satu cara memastikan hal ini adalah dengan memonitoring kinerja karyawan secara real-time. Pemantauan kinerja karyawan secara real-time tentu sedikit sulit bila dilakukan dengan cara-cara manual yang biasanya hanya mengandalkan form Excel.
Untuk memudahkan perusahaan melakukan monitoring kinerja karyawan dengan maksimal, memanfaatkan Performance Management LinovHR menjadi solusi yang tepat.
Performance Management LinovHR dilengkapi dengan fitur-fitur andal yang membantu perusahaan melakukan monitoring dan penilaian terhadap performa karyawan.
Untuk melakukan monitoring harian, perusahaan bisa memanfaatkan fitur Goal & KPI, di mana dengan fitur ini perusahaan bisa menetapkan KPI kepada tiap karyawan. Dari sisi karyawan, mereka bisa melaporkan pencapaian dari KPI melalui ESS.
Lalu dengan fitur KPI Result, nantinya manajemen bisa melihat telah sejauh apa karyawan mampu mencapai KPI yang ditetapkan.
Dengan begini, perusahaan mendapatkan data yang objektif terkait dengan bagaimana kinerja karyawan setiap harinya. Perusahaan pun bisa tahu mana karyawan yang perlu dibina atau dikembangkan kemampuannya untuk memaksimalkan performanya.
Kemudian dilengkapi dengan fitur payroll, Software LinovHR dapat langsung melakukan penggajian sesuai dengan kinerja karyawan.Â
Dengan sistem tersebut, perusahaan dapat mengatur besaran gaji yang adil dan sesuai dengan pekerjaan yang telah diselesaikan karyawan.
Software payroll membantu HRD dalam melakukan perhitungan komponen penggajian. Serta melihat kesesuaian antara jam kerja karyawan dan pekerjaan yang telah dilakukan.
Apakah waktu kerja karyawan tersebut kurang dari seharusnya, apakah karyawan tersebut memiliki banyak pekerjaan yang belum diselesaikan. Semua bisa dilihat dan dihitung dengan software payroll indonesia LinovHR.
Dapatkan manfaat ini sekarang juga, ajukan demo gratisnya sekarang!