Setiap karyawan pasti ingin memiliki kompetensi di atas rata-rata dan prestasi kerja yang layak. Namun, beberapa dari karyawan unggulan masih ada yang merasa dirinya belum layak dan ragu akan kemampuannya sendiri. Dalam ilmu psikologi, hal ini dikenal dengan istilah Imposter Syndrome.Â
Apa itu Imposter Syndrome?
Imposter Syndrome adalah keadaan ketika orang-orang dengan kompetensi terbaik dan berprestasi tinggi tidak mampu menyadari akan kapasitas personal dirinya. Pengidap karyawan dengan sindrom ini akan merasa dirinya seorang penipu atas segala hasil dari pencapaian kerjanya.
Segala kesuksesan yang diperoleh oleh individu akan dianggap suatu keberuntungan. Bahkan, individu ini pun kerap merasa bahwa segala kemampuan yang ia miliki hanyalah ilusi belaka.Â
Sebagian ahli pun memandang bahwa Imposter Syndrome akan menimbulkan rasa perfeksionis bagi pengidapnya. Dengan demikian, individu bersangkutan akan merasa apa yang ia kerjakan masih di bawah standar rata-rata.
Dikarenakan timbulnya rasa perfeksionis, maka produktivitas perusahaan pun dapat berpotensi terhambat. Mengapa? Hal tersebut lantaran karyawan pengidap Imposter Syndrome akan terus memeriksa pekerjaannya secara berulang-ulang walaupun sudah benar. Akibatnya alur kerja perusahaan akan terganggu dan produktivitas menurun.
Baca Juga: Pahami Kekurangan & Kelebihan Menjadi Perfeksionis!
Ciri-Ciri Karyawan yang Mengidap Imposter Syndrome
Apabila Anda bekerja sebagai HRD (Human Resources Department), ada baiknya untuk mengenal ciri-ciri karyawan yang mengidap gejala Imposter Syndrome. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut.
Selalu Khawatir akan Kinerja
Individu yang mengidap gejala Imposter Syndrome cenderung merasa takut dalam bekerja. Dirinya selalu khawatir tidak bisa melaksanakan suatu pekerjaan. Rasa takut dan khawatir inilah yang akan menahan diri dalam bekerja untuk menghindari terjadinya kesalahan.
Akibatnya, pengidap gejala ini tidak mampu mengoptimalkan potensi dirinya ketika sedang melakukan kerja. Akan sangat disayangkan apabila seseorang mempunyai segudang kompetensi, akan tetapi tidak bisa mengerahkan semuanya.
Tidak Mau Mengemban Tanggung Jawab yang Lebih Besar
Lantaran sudah terbiasa dalam mengerjakan suatu tugas secara terus-menerus, pengidap gejala ini akan menolak untuk diberikan tanggung jawab yang lebih besar oleh atasannya.
Hal tersebut terjadi karena pengidap gejala ini sudah terlalu fokus dalam suatu tugas. Lalu, ia khawatir bila diberi wewenang atau tanggung jawab tambahan dapat merusak kualitas tugas yang sebelumnya. Â
Menyangkal Kompetensi Sendiri
Segala kemampuan, kompetensi, dan kesuksesan akan disangkal oleh individu yang mengidap sindrom ini. Individu tersebut akan merasa bahwa segala kinerja baiknya adalah faktor yang datang dari luar.
Selalu Merasa Kurang atas Segala Hasil Kerja
Adanya kekhawatiran yang berlebihan, pada akhirnya menimbulkan rasa kurang dalam bekerja (perfeksionis). Akibatnya, individu ini akan takut untuk berkembang dan stagnan berada di zona nyaman. Pengidap gejala tersebut yakin bahwa dirinya tak mampu berkembang lebih jauh lagi.
Takut Mendapatkan Promosi
Karena pengidap gejala ini selalu meremehkan kompetensinya, maka ketika ada kesempatan untuk promosi, individu ini akan menolaknya. Hal tersebut lantaran pengidap Imposter Syndrom tidak yakin akan kemampuan dirinya.Â
Baca Juga: Cara Identifikasi dan Mengatasi Budaya Kerja Toxic
Bagaimana Cara Mengatasi Imposter Syndrome?
Lalu, bagaimana caranya menghadapi gejala imposter syndrome? Adapun beberapa langkah penanggulangannya sebagai berikut.
Pahami Kelebihan dan Kelemahan Diri
Mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan diri sendiri tidaklah mudah. Perlu analisis secara mendalam untuk mengenali kepribadian Anda. Untuk memudahkan hal ini, bisa meminta orang-orang terdekat guna memberikan masukkan soal kelebihan dan kekurangan Anda.
Terbuka untuk Menerima Saran dan MasukanÂ
Demi ikut andil dalam menciptakan suasana kerja yang kolaboratif, sebaiknya Anda memberikan umpan balik atas keadaan lingkungan kantor. Hal ini dapat disampaikan kepada bagian personalia atau HRD.
Dengan demikian, segala keresahan dan kesulitan Anda dalam bekerja dapat diketahui dan dipahami oleh perusahaan. Alhasil, gejala Imposter Syndrome dapat diatasi dengan lebih optimal.
Kurangi Rasa Tertekan Dalam Bekerja
Tidak semua orang bisa menerima tekanan kerja yang berat. Bila hal ini terus dipikirkan, tentu dapat menyebabkan stress dan rasa tertekan. Adapun beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi rasa tertekan dalam bekerja, di antaranya:
- Fokus pada proses kinerja bukan hasil
- Hindari konflik yang tak perlu
- Jauhi rekan kerja toxic
- Tetap tenang dan sabar
- Jadikan tekanan menjadi tantangan kerja
Hindari Sikap Perfeksionis
Seperti diketahui, sikap perfeksionis akan menghambat produktivitas Anda dalam bekerja. Sikap perfeksionis Anda justru bisa menghambat pekerjaan karena Anda selalu merasa pekerjaan Anda saat ini belum cukup bagus. Akhirnya, pekerjaan pun bisa molor dari deadline yang ditentukan. Ada baiknya Anda bekerja sebaik mungkin tetapi tetap memenuhi deadline yang ditentukan.Â
Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Tiap individu punya masing-masing potensi tersendiri. Selain itu, tingkat kesuksesan setiap orang pun berbeda-beda. Jadi, berhentilah untuk membandingkan diri dengan orang lain. Semakin sering membandingkan kesuksesan orang lain, maka kian parah pula gejala imposter syndrome yang Anda alami.Â
Anda sebagai karyawan memainkan peranan besar dalam mengontrol dan menjaga kesehatan mental selama bekerja. Bagaimana? Apakah Anda memiliki beberapa ciri di atas? Semoga ulasan di atas dapat membantu Anda dalam mengatasi imposter syndrome! Â