Hack adalah salah satu istilah yang merujuk pada kejahatan di internet terkait pencurian data yang merugikan banyak pihak. Hal ini biasanya dikaitkan dengan peretasan sistem milik suatu organisasi yang memiliki peran yang cukup penting.
Hacker biasanya kerap dikenal sebagai seorang yang handal dalam melakukan berbagai program komputer, sehingga mereka bisa berselancar dan masuk ke dalam sistem dan mengendalikannya tanpa diketahui oleh pemilik sistem tersebut.
Lantas, apakah hacker termasuk sebagai profesi legal?
Untuk mengetahui jawabannya, simak ulasannya pada artikel di bawah ini.
Apa Itu Hacker?
Sebenarnya, apa itu hacker? Hacker adalah seseorang yang memiliki keterampilan dalam menggunakan komputer dan jaringan untuk masuk ke dalam sistem mengatasi masalah teknis.
Tak jarang, hacker dikenal sebagai seseorang yang masuk ke dalam sistem secara ilegal untuk melakukan kejahatan.
Istilah hacker pertama kali digunakan pada 1960-an untuk menggambarkan seorang programmer yang dapat meningkatkan efisiensi kode komputer dengan cara yang modern, seperti menghapus atau meretas instruksi kode mesin berlebih dari pada sebuah program.
Seiring berkembangnya waktu, istilah peretas ini merujuk pada seseorang yang kerap mencuri informasi untuk merugikan orang atau instansi lain melalui pencurian identitas atau menjatuhkan sistem dan, sering kali meretas sistem untuk keuntungan pribadi.
Hacker terbagi atas tujuh jenis, seperti:
1. Ethical Hackers
Peretas jenis ini adalah peretas resmi atau peretas topi putih yang beroperasi untuk kepentingan publik. Banyak peretas jenis ini yang bekerja untuk melakukan pengujian sistem.
Mereka disewa untuk mencoba masuk ke jaringan perusahaan guna menemukan dan melaporkan tingkat keamanan sistem yang digunakan.
2. Threat Actors
Hackers jenis kedua adalah threat actors atau peretas topi hitam yang kerap mengakses sistem secara ilegal dengan maksud yang jahat.
Peretas jenis ini kerap mencuri data, menyebarkan malware atau mengambil keuntungan dari ransomware, merusak sistem, dan sering kali dilakukan hanya untuk mencari audiens semata.
Pelaku hackers jenis ini adalah bisa dikatakan sebagai penjahat karena mereka melanggar undang-undang yang melarang pengaksesan sistem tanpa otorisasi.
Baca Juga: Mengenali Cyber Security: Pengertian, Konsep, & Cara Meningkatkan di Perusahaan
3. Gray Hat Hackers
Peretas ‘topi abu-abu’ adalah peretas yang berada di tengah-tengah peretas topi putih dan peretas topi hitam.
Peretas jenis ini biasanya hanya termotivasi oleh uang, tetapi, mereka juga kerap menawarkan jasa untuk memperbaiki kerusakan yang mereka temukan melalui aktivitas tidak sah yang mereka lakukan sendiri.
Ada kemungkinan gray hat hackers melakukan peretasan secara ilegal, namun mereka tidak akan meretas secara berlebihan layaknya peretas topi hitam.
4. Red Hat Hackers
Red hat hackers adalah peretas topi merah atau ‘peretas bermata elang’ yang kerap menghentikan serangan atau ancaman yang dilakukan oleh peretas topi hitam.
Mereka juga tak segan untuk melakukan serangan cyber ke sistem pelaku ancaman.
5. Blue Hat Hackers
Blue hat hackers adalah seseorang yang melakukan peretasan atas dasar balas dendam. Mereka kerap melakukan peretasan sebagai balas dendam terhadap seseorang, pelaku usaha, atau organisasi lain.
Peretas topi biru ini bekerja dengan cara mengunggah data yang bersifat pribadi dan rahasia secara online untuk merusak reputasi atau mencoba mendapatkan akses tidak sah ke email dan akun media sosial dari seseorang atau suatu organisasi yang diincar.
6. Script Kiddies
Script kiddies adalah hackers amatir, tidak memiliki pengalaman, dan umumnya hanya menyebabkan sedikit kerusakan.
Peretas ini hanya menggunakan script yang sudah ada sebelumnya dalam melakukan peretasan.
7. Hacktivist
Hacktivist adalah organisasi peretas yang menggunakan serangan dunia maya untuk memengaruhi perubahan yang berorientasi pada isu politik.
Mereka meretas untuk menarik perhatian publik terhadap isu pelanggaran etika atau hak asasi manusia.
Apakah Hacker Bisa Disebut Profesi?
Saat mendengar kata hacker, Anda mungkin berpikir bahwa seseorang yang meretas sistem adalah seorang kriminal dan harus ditindak secara hukum.
Akan tetapi, siapa sangka jika dalam dunia profesional, peretas merupakan sebuah profesi yang dibutuhkan banyak perusahaan.
Seperti yang dijelaskan pada jenis-jenis hackers pada penjelasan sebelumnya, terdapat ethical hacker yang mana mereka adalah seorang ahli teknisi yang bekerja untuk memeriksa bagaimana tingkat keamanan suatu sistem di perusahaan.
Sehingga, banyak peretas profesional menggunakan keterampilan mereka untuk menentukan seberapa kuat keamanan sistem perusahaan.
Dari pemeriksaan tersebut, mereka akan membantu perusahaan dalam meningkatkan pertahanan keamanan sistem guna mencegah terjadinya ancaman.
Bagaimana Cara Menjadi Hacker?
Dalam profesi apapun, hal pertama yang harus Anda penuhi adalah memenuhi kualifikasi. Sehingga, langkah awal dari cara jadi hacker adalah harus memiliki latar belakang pendidikan yang relevan seperti memiliki gelar terkait jurusan ilmu komputer, jurusan sistem informasi, atau jurusan lain yang serupa.
Lalu, langkah kedua dari cara jadi hacker adalah mengikuti beberapa pelatihan atau kursus untuk mendapatkan sertifikasi yang dibutuhkan, seperti pemahaman siber dunia maya, serta penguasaan keterampilan dalam meretas sistem.
Setelah memiliki gelar dan sertifikasi, Anda bisa mulai mencari pengalaman kerja guna bisa mendapatkan pemahaman dan pengalaman secara empiris terkait profesi hacker secara nyata.
Baca Juga: Bagaimana Menjaga Keamanan Aplikasi dari Kejahatan Cyber yang Meningkat?
Berapa Penghasilan atau Gaji Hacker?
Jika seorang peretas bekerja di sebuah instansi, maka secara otomatis mereka mendapat gaji bulanan secara rutin. Lantas, berapa gaji hacker?
Berdasarkan harga yang dipasang di portal lowongan kerja dan pasar ketenagakerjaan, penghasilan atau gaji hacker di Indonesia adalah sebesar Rp105 juta per bulan.
Akan tetapi, angka di atas bukanlah sebuah angka yang tetap. Pada dasarnya, setiap karyawan yang terikat instansi, termasuk hacker, akan menerima gaji sesuai dengan data produktivitas dan potongan yang telah diproses oleh aplikasi penggajian.
Salah satu contoh aplikasi penggajian adalah Aplikasi Payroll LinovHR. Software ini mampu mengelola gaji hacker yang bekerja di perusahaan dengan lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan data yang tertera pada Software Payroll LinovHR, seorang hacker pada beberapa instansi akan mendapatkan gaji yang berbeda, karena perhitungan dalam software payroll tersebut bisa disesuaikan dengan kebijakan dari masing-masing perusahaan.
Kesimpulan
Kesimpulannya, hacker tidak selamanya merujuk pada seseorang yang melakukan kejahatan melalui peretasan sistem secara ilegal.
Akan tetapi, istilah ini juga dapat merujuk pada sebuah profesi yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan dalam memantau sejauh mana sistem yang mereka miliki.
Hacker yang bekerja di perusahaan adalah bukan peretas ilegal. Pada dasarnya, mereka adalah praktisi teknisi yang pandai dalam ilmu komputer dan mampu mengatasi permasalahan sistem di perusahaan melalui keterampilannya.