Pernahkah Anda mendengar istilah glass ceiling di kantor atau di tempat Anda bekerja? Mungkin istilah ini terdengar asing, bagi orang-orang yang tidak kerja di kantor atau perusahaan.
Istilah satu ini merupakan sebuah fenomena yang banyak ditemukan di dalam dunia kerja, dan banyak ditujukan untuk kaum perempuan dan kaum minoritas.
Glass ceiling sendiri merujuk pada permasalahan kesetaraan gender yang masih menjadi polemik di dalam hierarki banyak perusahaan.
Mudahnya, fenomena satu ini menggambarkan sulitnya kaum perempuan dan kaum minoritas dalam mencapai jabatan tertinggi di sebuah perusahaan.
Jadi, apa itu fenomena glass ceiling? Apa saja dampak dan juga penyebab dari fenomena satu ini?
Untuk menjawab rasa penasaran Anda, mari simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Definisi Glass Ceiling
Fenomena glass ceiling sendiri pertama kali ditemukan dan dipopulerkan pada tahun 80-an. Glass ceiling adalah sebuah penghalang yang tidak terlihat, tetapi mutlak, yang dapat menahan kaum perempuan untuk mencapai posisi yang lebih tinggi di dalam suatu pekerjaan.
Sedangkan menurut Investopedia, glass ceiling adalah sebuah metafora yang digunakan untuk menggambarkan hambatan yang dihadapi oleh kaum wanita dan juga kaum minoritas saat mencoba posisi yang lebih tinggi dalam perusahaan.
Fenomena glass ceiling sendiri tentunya sangat merugikan kaum hawa dan juga kaum minoritas dalam mengembangkan karirnya. Fenomena satu ini masih sering ditemukan pada dunia kerja, terutama di negara Amerika Serikat.
Meski begitu, tidak semua perusahaan memiliki fenomena satu ini.
Baca Juga: Seperti Apa Itu Fenomena Abuse Of Power
Penyebab Glass Ceiling
Fenomena glass ceiling sendiri dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Berikut ini beberapa penyebab yang menimbulkan fenomena satu ini di dalam dunia kerja.
-
Pengaruh Psikologis
Di dalam dunia psikologis, manusia cenderung menyukai orang-orang yang sama atau memiliki kesamaan dengan mereka. Hal seperti ini, secara tidak langsung juga turut dipraktikkan di dalam proses merekrut karyawan baru.
Contohnya, apabila perekrut dan pemegang jabatan-jabatan tinggi di perusahaan diisi oleh kaum laki-laki, maka secara psikologis, mereka juga akan memilih kandidat laki-laki.
-
Pengaruh Gender
Masyarakat luas melihat peran seorang perempuan adalah menjadi feminin, melahirkan dan merawat anak, serta mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah.
Berdasarkan stereotip atau stigma itulah yang membuat banyak perusahaan merasa tidak menguntungkan jika memberikan jabatan lebih tinggi kepada kaum perempuan.Â
Kaum perempuan dicap tidak mampu dan dinilai kesulitan dalam membagi perannya, antara pekerjaan rumah dengan pekerjaan kantor.
-
Pembiasan Gender
Pembiasan gender di dalam hal ini yaitu, kecenderungan para perekrut untuk memilih salah satu kaum, yaitu laki-laki, dibandingkan perempuan.
Dalam kebanyakan kasus, meskipun perekrut berjenis kelamin perempuan, biasanya mereka tetap lebih condong memilih kandidat laki-laki untuk menempati jabatan manajerial atau level di atasnya.
-
Pelecehan di Tempat Kerja
Meskipun tidak secara langsung memengaruhi fenomena ini, namun pelecehan seksual terhadap kaum perempuan, turut mengambil andil dalam fenomena ini.
Salah satu faktor kaum perempuan gagal dalam meraih posisi tinggi di perusahaan, yaitu karena berhenti bekerja. Ironisnya, sebagian besar penyebab kaum perempuan berhenti bekerja yaitu karena mengalami pelecehan seksual oleh atasan maupun rekan kerja.
Build In mencatat, sebanyak 70% perempuan di Amerika, mengaku pernah mendapatkan pelecehan seksual di lingkungan kerja.
Baca juga: Awas! Hindari Fenomena Quid Pro Quo di Tempat Kerja
Dampak Glass Ceiling
Fenomena glass ceiling sendiri memberikan berbagai macam dampak bagi orang yang mengalaminya. Berikut ini beberapa dampak umum yang ditimbulkan dari fenomena satu ini.
-
Tidak Percaya Diri
Salah satu dampak dari fenomena glass ceiling yaitu hilang atau tidak percayanya seseorang pada dirinya sendiri.
Salah satu penyebabnya, yaitu tidak diberinya kesempatan oleh perusahaan untuk mengisi atau memegang level jabatan yang lebih tinggi.
Hal ini tentunya akan menimbulkan banyak pertanyaan terhadap diri sendiri. Pada akhirnya dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang.
-
Mengalami Stres
Salah satu penyebab umum yang dialami oleh karyawan perempuan yang mengalami glass ceiling yaitu stres.
Jika hal ini dibiarkan, maka dapat mempengaruhi kinerja dan juga produktivitas dari karyawan tersebut. Lebih parahnya, hal ini bisa mengganggu kesehatan tubuh dan mental dari karyawan yang bersangkutan.
-
Gangguan Kecemasan dan Depresi
Diskriminasi gender yang terjadi di tempat kerja, menjadi salah satu faktor penyebab kaum perempuan lebih rentan mengalami gangguan kecemasan dibandingkan kaum laki-laki.
Ditambah dengan fenomena glass ceiling, maka gangguan kecemasan tersebut bisa berujung pada depresi yang berkepanjangan, yang ditandai dengan:
- Mood berubah-ubah.
- Tidak bersemangat.
- Putus asa.
- Selalu merasa bersalah.
- Kesehatan terganggu.
Baca Juga: Pay Equity, Kesetaraan dalam Pemberian Upah
Cara Mengatasi Glass Ceiling
Lalu, bagaimana cara mengatasi fenomena glass ceiling di lingkungan kerja? Ini dia beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi fenomena satu ini.
-
Menjadi Karyawan yang Unggul
Cara yang pertama yaitu jadilah karyawan yang unggul di tempat kerja. Beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk menjadi bisa menjadi unggul, yaitu selalu meminta feedback kepada rekan tim dan juga atasan Anda.
Anda juga dapat menjadi pribadi yang aktif di lingkungan kerja, seperti mengikut project-project yang diadakan oleh perusahaan. Terakhir, Anda dapat mencari mentor yang dapat mendukung, membimbing, dan membantu Anda dalam meningkatkan karir profesional.
-
Membangun dan Memperluas Koneksi Kerja
Membangun dan memperluas koneksi merupakan salah satu aspek penting di dalam dunia kerja. Aspek ini juga dapat menjadi salah satu cara Anda untuk mengatasi fenomena glass ceiling yang terjadi.
Semakin luas dan kuat relasi yang Anda miliki, maka akan semakin besar juga peluang atau kesempatan yang Anda punya untuk membangun karir atau bahkan membuka bisnis baru.
-
Menunjukkan Hasil Kerja
Menurut Katie Burke, yang merupakan seorang penulis dan juga Chief People Officer di HubSpot, mengatakan bahwa kaum perempuan cenderung kurang percaya diri dalam menunjukkan hasil kerjanya kepada orang-orang.
Padahal, hal ini merupakan salah satu penghambat kaum perempuan dalam bersaing dengan kaum laki-laki di dalam dunia kerja. Maka dari itu, penting untuk menunjukkan hasil kerja atau portofolio kerja yang Anda miliki.
Tujuannya, agar para petinggi dan pemegang kepentingan perusahaan dapat melihat kapabilitas yang Anda miliki dan dapat memberikan kesempatan kepada Anda untuk mengisi posisi jabatan yang lebih tinggi lagi.
Kesimpulan
Fenomena glass ceiling adalah sebuah fenomena yang identik dengan diskriminasi terhadap suatu kaum tertentu, terutama kaum perempuan dan minoritas. Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu karena adanya gap atau kesenjangan di perusahaan.
Perlakuan ini punya dampak negatif bagi orang yang mengalaminya. Baik secara fisik dan psikis.
Perusahaan dapat melakukan pencegahan fenomena Glass Ceiling dengan menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan adil bagi seluruh karyawan.
Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan fitur Gap Analyst dalam Software Manajemen Kompetensi yang merupakan bagian dari software HRIS LinovHR.
Melalui fitur dari Software HRIS ini, perusahaan dapat melakukan analisa terhadap setiap kompetensi yang perlu untuk ditingkatkan, guna menunjang efektivitas posisi atau pekerjaan tertentu.
Dengan begitu, proses pengembangan kompetensi karyawan bisa lebih terarah dan terhindar dari bias.
Ajukan demonya sekarang juga, GRATIS!