Dalam dunia bisnis yang kompetitif, perusahaan sering mencari cara untuk meningkatkan kinerja karyawan dan mengidentifikasi potensi pemimpin masa depan.Â
Salah satu metode yang telah diperkenalkan untuk tujuan tersebut adalah forced ranking atau vitality curve.Â
Metode ini menawarkan pendekatan unik dalam menilai dan mengelola kinerja karyawan, memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan organisasi.Â
Dalam artikel ini, LinovHR akan menggali lebih dalam tentang apa itu forced ranking dan cara untuk melakukannya.
Apa Itu Forced Ranking?
Forced ranking adalah sistem evaluasi dan kompensasi karyawan yang digunakan untuk menilai dan mengurutkan karyawan dalam sebuah perusahaan dari yang terbaik hingga yang terburuk.
Karyawan umumnya ditempatkan dalam salah satu dari tiga kategori, yaitu karyawan berprestasi tinggi, karyawan berprestasi rata-rata, dan karyawan berprestasi rendah.Â
Sistem ini memungkinkan adanya perbedaan dalam diferensiasi gaji dan penghargaan di antara karyawan, dengan tujuan memotivasi karyawan untuk mencapai kinerja yang lebih baik.
Bagaimana Forced Ranking Membantu Perusahaan?
Agar tetap kompetitif dalam bisnis, banyak perusahaan yang beralih menggunakan forced ranking untuk membantu mereka mengidentifikasi dan mengembangkan karyawan yang berkinerja baik.
Sistem ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi talenta terbaik, membantu manajer mengidentifikasi karyawan yang membutuhkan pengembangan, dan menyediakan kerangka kerja untuk pemberian bonus dan promosi.
Forced ranking membantu perusahaan dalam mengidentifikasi karyawan berkinerja tinggi yang mungkin terabaikan dalam sistem peringkat tradisional.
Dalam sistem pemeringkatan tradisional, karyawan sering kali diberi peringkat berdasarkan masa kerja atau posisi mereka di perusahaan.
Hal ini bisa saja menyebabkan perusahaan justru memberikan promosi kepada karyawan yang kurang berbakat atau strategi retensi karyawan yang tidak lagi cocok untuk perusahaan.
Sistem ini dapat membantu perusahaan menghindari masalah ini dengan mengidentifikasi karyawan yang paling berbakat dan mempromosikan atau memberi penghargaan yang sesuai.
Manfaat lainnya dari forced ranking adalah dapat membantu manajer mengidentifikasi karyawan yang membutuhkan pengembangan.
Dalam sistem tradisional, manajer mungkin tidak menyadari adanya karyawan yang tertinggal hingga semuanya terlambat. Forced ranking dapat membantu para manajer mengidentifikasi karyawan-karyawan ini dan memberi mereka kesempatan pengembangan yang diperlukan.
Terakhir, forced ranking dapat membantu perusahaan membuat kerangka kerja untuk pemberian bonus dan promosi. Kerangka kerja ini dapat membantu memastikan bahwa karyawan dihargai berdasarkan kinerja mereka dan bukan berdasarkan masa kerja atau posisi mereka di perusahaan.
Manfaat Forced Ranking
Manfaat forced ranking sebagai alat pengukuran kinerja karyawan dapat diuraikan dalam tiga poin utama.
1. Perbandingan Objektif Karyawan
Vitality curve memungkinkan manajer untuk secara objektif membandingkan kinerja karyawan satu sama lain.Â
Perbandingan objektivitas ini memungkinkan manajer dapat mengidentifikasi dan memberikan penghargaan kepada karyawan berkinerja tinggi, sekaligus menangani karyawan yang berkinerja rendah.
2. Lingkungan Kompetitif yang Meningkatkan Kinerja
Sistem ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih kompetitif di antara karyawan, mendorong mereka untuk meningkatkan kinerja mereka secara keseluruhan.
Saat karyawan merasa adanya persaingan, mereka cenderung bekerja lebih keras dan memberikan hasil terbaik.
3. Identifikasi dan Persiapan Bakat Potensial
Forced ranking membantu perusahaan mengidentifikasi bakat potensial dalam organisasi.Â
Dengan menempatkan karyawan dalam kategori berkinerja tinggi, perusahaan dapat fokus pada pengembangan dan mempersiapkan mereka untuk peningkatan kemajuan karier.
Hal ini memastikan kelangsungan sumber daya manusia yang berpotensi besar untuk masa depan.
Kerugian Forced Ranking
Terlepas dari manfaat yang dapat dirasakan oleh perusahaan. Terdapat beberapa kerugian dari penerapan vitality curve sebagai alat evaluasi kinerja dalam konteks sumber daya manusia dapat dirasakan dalam beberapa hal, misalnya:
1. Mentalitas Berbasis Peringkat
Forced ranking dapat menciptakan mentalitas berbasis peringkat dan lingkungan kerja yang mengadopsi prinsip “survival of the fittest.”
Di mana karyawan dapat merasa tertekan untuk melampaui rekan-rekan mereka agar tidak berada di posisi terbawah daftar peringkat.
Situasi ini dapat menyebabkan stres, ketegangan, dan ketidakharmonisan di tempat kerja.
2. Ketidakakuratan dan Subjektivitas
Forced ranking dapat menjadi tidak akurat dan bersifat subjektif karena bergantung pada persepsi individu manajer terhadap kualitas kerja dan kontribusi karyawan.
Hal ini dapat menyebabkan ketidakadilan dan rasa tidak puas di antara karyawan yang merasa diri mereka dinilai lebih rendah dari seharusnya.
3. Biaya dan Waktu Implementasi yang TinggiÂ
Implementasi forced ranking dapat mahal dan memakan waktu, serta sulit untuk melacak dan mengukur efektivitas sistem tersebut.
Biaya yang tinggi dan kerumitan implementasi dapat menjadi hambatan serius bagi perusahaan.
Terutama jika manfaatnya tidak sebanding dengan dampaknya terhadap produktivitas dan kepuasan karyawan.
Baca Juga: Apa Itu Bell Curve dalam Performance Appraisal
Apa yang Harus Dilakukan Perusahaan dengan Hasil Forced Ranking?
Tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan ini, karena setiap perusahaan bisa menggunakan forced ranking dengan cara yang berbeda.Â
Salah satu cara umum penggunaannya adalah untuk membantu mengenali karyawan yang berkinerja baik dan yang kurang baik.Â
Informasi ini kemudian bisa digunakan untuk menentukan siapa yang akan dipromosikan, siapa yang butuh pelatihan lebih lanjut, dan siapa yang mungkin perlu digantikan.Â
Selain itu, forced ranking juga bisa membantu menciptakan sistem penggajian yang lebih adil dengan menunjukkan karyawan yang mungkin dibayar terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Performance Appraisal LinovHR Bantu Penilaian Karyawan Lebih Mudah
Forced ranking menjadi salah satu cara bagaimana melakukan penilaian kinerja karyawan. Perusahaan bisa melakukan proses penilaian kinerja dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan mereka.
Namun, hal yang paling penting dalam proses penilaian kinerja ini adalah bagaimana membuatnya objektif dan mudah dilakukan.
Salah satu cara melakukannya adalah dengan memanfaatkan Performance Appraisal LinovHR yang telah ditunjang dengan fitur andal. Dengan teknologi ini Anda bisa mendigitalisasi dan mengotomatisasi proses penilaian karyawan.
Di dalam Performance Appraisal LinovHR Anda dapat menetapkan Goals & KPI untuk setiap individu yang ada di tiap tim, melakukan pemantauan progresnya, serta menilai pencapaian dari KPI tersebut.
Lalu, terdapat juga fitur Performance Review yang memungkinkan Anda melakukan review terhadap kinerja karyawan hingga 360 derajat. Ini memungkinkan Anda mengumpulkan feedback dan review secara komprehensif.
Dengan fitur-fitur ini, Anda dapat dapat menyederhanakan proses penilaian karyawan.Â
Selain itu, fitur Assessment yang terintegrasi dengan modul Competency Management juga memungkinkan Anda menyusun individual development program yang lebih tepat guna sesuai dengan kinerja dan kompetensi karyawan yang perlu dikembangkan.
Dengan integrasi yang baik, sistem ini memastikan transparansi dalam penilaian dan memungkinkan perusahaan untuk merancang rencana pengembangan yang lebih terarah.
Untuk merasakan langsung keunggulan sistem ini, jangan ragu untuk mencoba demo gratisnya sekarang juga!