Akhir-akhir ini, istilah flexing menjadi salah satu istilah yang banyak digunakan oleh para pengguna media sosial. Secara sederhana, flexing adalah suatu istilah yang merujuk pada tingkah laku manusia yang memamerkan harta benda melalui media sosial.
Meskipun sering kali dianggap buruk, sikap ini dapat menjadi strategi dalam marketing, lho!
Mari simak artikel LinovHR berikut yang memaparkan apa itu flexing, asal usul, tujuan, serta pengaplikasiannya dalam strategi marketing.
Apa Itu Flexing
Flexing adalah kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang untuk memamerkan kekayaan yang dimilikinya melalui media sosial. Mengutip dari Cambridge Dictionary sendiri, flexing adalah sikap memamerkan sesuatu yang dimiliki maupun diraih, namun menggunakan cara yang dianggap buruk oleh orang lain.
Di sisi lain, menurut kamu Merriam-Webster mendefinisikan flexing artinya sikap memamerkan sesuatu yang dimiliki dengan cara mencolok.
Flexing yang dapat menjadi kebiasaan ini bisa juga dilakukan dengan memamerkan barang-barang mewah yang baru saja dibeli. Hal ini biasanya dilakukan untuk membanggakan sesuatu dan mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Adapun contoh flexing yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika influencer di sosial media flexing tas atau sepatu dari desainer ternama dan kekayaan lainnya.
Asal Mula Flexing
Istilah flexing pertama kali dikemukakan dalam buku yang berjudul The Theory of The Leisure Class: An Economic Study in The Evolution of Institutions oleh Thorstein Veblen tahun 1899.
Pada tahun 1990-an, istilah ini menjadi populer digunakan oleh ras kulit hitam yang berarti “pamer” atau “menunjukkan keberanian”
Kemudian pada tahun 1992, Rapper Ice Cube memakai istilah flexing dalam lagunya yang berjudul It Was a Good Day. Adapun lirik yang mengandung istilah ini adalah lirik, ‘Saw the police and they rolled right past me / No flexin’, didn’t even look in a n*gga’s direction as I ran the intersection’.
Istilah flexing sendiri berasal dari kata flex yang berarti melenturkan otot untuk menunjukkan kekuatan fisik seseorang atau kesiapan seseorang dalam bertarung. Adapun arti metafora dari istilah ini adalah sikap seseorang yang merasa lebih baik dari orang lain.
Sebenarnya, istilah flexing juga pernah populer pada tahun 2014 berkat lagu milik Rae Sremmurd, yaitu No Flex Zone. Lagu ini menceritakan area untuk orang bersantai dan menjadi diri sendiri, tanpa perlu pamer atau berpura-pura menjadi pribadi yang berbeda.
Dari lagu tersebut, dapat disimpulkan bahwa flexing adalah tingkah laku berbohong, seolah-olah memiliki kekayaan yang banyak walaupun nyatanya justru sebaliknya. Menurut banyak orang, tingkah laku flexing dianggap memalsukan identitas dan gaya supaya bisa diterima dalam masyarakat.
Tujuan Flexing
Kini, Anda bisa melihat banyak sekali orang yang flexing di media sosial. Namun, apa sebenarnya tujuan mereka melakukan hal tersebut? Sebenarnya, tujuan mereka flexing ada beragam. Adapun beberapa tujuan mereka flexing adalah sebagai berikut:
- Menumbuhkan rasa percaya diri.
- Menarik perhatian orang lain dan lawan jenis.
- Membuktikan kemampuan.
- Memamerkan status sosial.
- Strategi marketing.
Baca Juga: Bagaimana Membangun Personal Branding?
Flexing Sebagai Strategi Marketing
Ternyata, flexing tidaklah selalu punya konotasi negatif. Rhenald Kasali, seorang pakar bisnis berpendapat bahwa flexing sering digunakan sebagai strategi marketing.
Misalnya, dalam sebuah acara, CV pembicara yang berisi riwayat pendidikan, pencapaian, dan penghargaan yang dimilikinya akan dibacakan. Hal tersebut bertujuan agar peserta yang hadir percaya dan yakin dengan kemampuan serta kapasitas pembicara.
Pembacaan CV oleh pembicara adalah sebuah contoh halus dalam flexing. Contoh lainnya adalah strategi pemasaran First Travel yang sempat ramai di dunia maya. Pemilik First Travel sering sekali memamerkan kekayaannya sehingga pelanggan percaya untuk membayar uang pada jasa yang ditawarkannya. Namun sayang, banyak pelanggan yang justru gagal ibadah umrah.
Dari contoh tersebut, kita dapat mengetahui bahwa flexing tidak selalu tepat digunakan sebagai strategi marketing. Menurut Rhenald sendiri, masih banyak cara yang jauh lebih baik dibandingkan dengan flexing yang berlebihan.
Itulah penjelasan mengenai flexing, mulai dari apa itu flexing, asal usul, tujuan, dan penerapan flexing dalam strategi marketing. Semoga artikel ini dapat membantu Anda lebih memahami flexing dan lebih bijak dalam menggunakan media sosial.