Fenomena doom spending atau kebiasaan belanja berlebihan untuk mengatasi tekanan emosional, semakin populer di kalangan pekerja Gen Z.
Masih banyak yang belum menyadari dampak negatif yang dirasakan untuk keuangan jangka panjang dan kualitas hidup mereka di masa depan.
Baca juga: Manajemen Keuangan: Pengertian, Tujuan dan Manfaat dalam Perusahaan
Mengenal Doom Spending di Kalangan Anak Muda
Doom spending adalah fenomena yang kian marak belakangan ini, di mana seseorang berbelanja secara impulsif atau membelanjakan uang untuk hal yang sebenarnya tidak diperlukan.
Fenomena ini sering dialami anak muda sebagai pelarian dari stres atau kecemasan ekonomi, sehingga mereka lebih memilih menikmati hidup saat ini daripada menabung.
Dampak Doom Spending Bagi Keuangan Karyawan
Kebiasaan belanja berlebihan berisiko tinggi bagi karyawan, sebab memiliki tekanan ekonomi yang terus meningkat. Berikut kenali dampak lainnya yang dirasakan.
Meningkatkan Beban Emosional
Doom spending sering berujung pada penyesalan karena pengeluaran yang tidak terkendali, hal ini sering menambah tekanan emosional yang berdampak pada kesehatan mental.
Merusak Tujuan Keuangan
Kebiasaan belanja impulsif bisa menghambat karyawan dalam mencapai tujuan jangka panjang, sebab memiliki pengeluaran yang tidak terencana dan pencapaian keuangan sulit.
Penumpukan Utang
Beberapa karyawan banyak yang menggunakan kartu kredit untuk memenuhi keinginan mereka, ini berisiko meningkatkan beban utang dan memperburuk kondisi keuangan mereka.
Mengurangi Cadangan Dana Darurat
Fenomena doom spending sering membuat dana darurat cepat habis, sehingga karyawan tidak memiliki cadangan pada kebutuhan mendesak atau tak terduga.
Meningkatkan Beban Utang Konsumtif
Pengeluaran yang berlebihan dapat menyebabkan alokasi anggaran bulanan menjadi tidak seimbang, seharusnya dana yang digunakan untuk menabung justru habis untuk hal yang tidak diinginkan.
5 Cara Mengatur Keuangan dengan Tepat
Berikut beberapa strategi untuk membantu pekerja Gen Z mengatur keuangan dengan mengendalikan doom spending.
Membuat Anggaran Belanja
Setiap bulan dibiasakan untuk menyusun anggaran untuk mengelola pengeluaran dan dapat prioritaskan kebutuhan, ini dapat membantu membatasi pengeluaran impulsif.
Menetapkan Tujuan Keuangan dengan Jelas
Tentukan tujuan finansial seperti adanya dana darurat untuk dapat memberikan motivasi menabung dan menghindari belanja yang tidak diperlukan.
Menggunakan Metode 50/30/20
Dengan menerapkan metode ini, dimana 50% pendapatan untuk kebutuhan, 30% keinginan, dan 20% tabungan atau investasi. Metode ini menciptakan keseimbangan antara pengeluaran dan tabungan.
Memisahkan Rekening untuk Kebutuhan dan Tabungan
Memiliki rekening terpisah untuk pengeluaran dan tabungan memudahkan pengelolaan keuangan dan menghindar pengambilan dana yang tidak perlu.
Mengelola Stres dengan Kegiatan Positif
Strategi terakhir dalam mengalihkan doom spending agar tidak stres mengisinya dengan kegiatan positif, seperti olahraga dan mencoba hal baru sesuai dengan hobi, sehingga tidak bergantung pada belanja impulsif.
Manfaat Menggunakan Software Payroll LinovHR dalam Mengelola Gaji
Perusahaan seringkali menghadapi tantangan dalam menghitung gaji karyawan, terutama ketika jumlah karyawan mencapai ratusan. Dalam situasi ini, kesalahan dalam penghitungan berdampak pada moral karyawan dan keuangan perusahaan.
Penggunaan software payroll yang efisien menjadi sangat penting, salah satu solusi terbaik adalah software dari LinovHR yang menawarkan sejumlah manfaat dengan kemudahan penghitungan gaji dan menyesuaikan formula secara fleksibel.
Dengan begitu, software payroll LinovHR tidak hanya dapat membantu perusahaan dalam mengelola gaji, tetapi dapat berkontribusi pada kesejahteraan karyawan dan keberlanjutan bisnis secara keseluruhan.