Design Thinking: Pengertian, Elemen, Tahapan dan Contohnya

.

Isi Artikel

Bagikan Artikel Ini :

design thinking
Isi Artikel

Selalu ada saja masalah yang muncul dalam sebuah bisnis. Untuk mengatasinya, perusahaan menggunakan berbagai macam metode. Design Thinking adalah metode yang dapat dijadikan alternatif memecahkan masalah dengan cara berpikir yang kreatif.

Sesuai namanya, metode ini pertama kali biasa digunakan dalam project design dan pada akhirnya digunakan juga pada bidang lain seperti bisnis perusahaan. 

Apa itu Design Thinking 

Melansir dari Interaction Design Foundation,  Design Thinking adalah proses non-linier dan berulang yang digunakan tim untuk pemecahan masalah yang berfokus pada kebutuhan pengguna.

Karena design thinking adalah sebuah proses, maka akan ada lima tahapan yaitu Empathize, Define, Ideate, Prototype and Test.

Memahami kebutuhan adalah langkah pertama yang penting dalam metode ini. Hal ini paling berguna untuk mengatasi masalah dan mencapai tujuan yang diinginkan

Kemudian kebutuhan tersebut diharapkan mampu membantu memecahkan masalah dan menciptakan produk atau aplikasi solutif yang efektif. Penggunaan dalam ranah bisnis pertama kali dikenalkan oleh David M. Kelley pada tahun 1991. 

Baca Juga: Beberapa Manfaat Memiliki Computational Thinking

Elemen Design Thinking

Elemen Design Thinking
Elemen Design Thinking

Prinsip yang paling dasar dalam metode ini adalah menempatkan kebutuhan user sebagai pusat.  Seluruh tim diajak bekerja sama dan meneliti apa yang dibutuhkan dan bekerja menuju tujuan tersebut.

Semakin kompleks proyeknya, semakin dekat dan banyak kebutuhan yang perlu dilihat.  Ada lima elemen kunci, yaitu:

1. Berpusat pada User

Jika tim tidak memahami kebutuhan user, maka project tidak akan berhasil.

Memahami kebutuhan dimulai dengan empati dan berfokus pada penelitian untuk benar-benar memahami user dan masalah keseluruhan. 

2. Kreatif dan Menyenangkan. 

Menciptakan suasana yang terbuka dan menyenangkan sangat penting untuk mendorong kreativitas.

Ini memungkinkan tim untuk membingkai masalah dengan cara baru, melihat dari perspektif yang berbeda dan mempertimbangkan berbagai macam solusi.

Baca Juga: Moodboard, Papan Penting untuk Para Desainer

3. Iterative

Setelah menemukan solusi atau produk, penting untuk terus menganalisis ulang masalah dengan pengujian berkali-kali.

Pengujian akan memancing feedback yang membantu memastikan bahwa solusi tepat sasaran.

4. Kolaboratif

Tim yang kreatif terdiri dari orang-orang dengan beragam perspektif yang bekerja bersama dengan multidisiplin ilmu yang mengusung kesetaraan.

Hal tersebut mendorong sudut pandang yang berbeda dalam penciptaan solusi.

5. Prototype

Sebuah prototype atau prototipe dapat digunakan untuk berkomunikasi dan menguji data, baik itu produk sampel atau gagasan yang dibuat di atas kertas.

Itulah representasi nyata dari solusi dan memungkinkan untuk berbagi bersama tim lain untuk mengumpulkan feedback.

Baca juga: Apa Perbedaan Kreatif dan Inovatif? Simak Ulasan Berikut!

Tahapan Design Thinking

Dalam sebuah metode selalu ada tahapan yang harus dilalui dengan baik. Di bawah ini adalah tahapan-tahapannya: 

1. Empathise

Empathise atau pemahaman empatik adalah merasakan keterikatan tentang masalah. Tahapan ini melibatkan para ahli untuk menelusuri tentang bidang yang menjadi perhatian melalui peninjauan, berperan langsung dalam kegiatan, dan rasa empati untuk memahami  masalah yang ada.

Sehingga tim memperoleh kognisi mendalam tentang masalah yang ada. 

Empati sangat penting untuk pemecahan masalah yang berpusat pada user dengan mengesampingkan asumsi yang terlebih dahulu muncul. 

Sejumlah informasi dikumpulkan pada tahap ini untuk digunakan selama tahap berikutnya dan mengembangkan pemahaman terbaik dari masalah yang mendasari pengembangan produk dalam batasan waktu tertentu.

2. Define

Selama tahap define, inilah saatnya menganalisis pengamatan data dan informasi yang dihimpun dan mensintesisnya untuk menentukan masalah inti.

Tahap define akan membantu tim mengumpulkan ide untuk membangun fitur, kegunaan, dan elemen lain yang akan menyelesaikan masalah user dengan hambatan seminimal mungkin. 

3. Ideate

Pada tahap ketiga ini, tim siap menghasilkan ide yang dipengaruhi tahapan sebelumnya. Tim dituntut untuk berpikir “out-of-the-box” untuk mengidentifikasi solusi baru atas masalah dan mencari cara alternatif untuk melihat masalah.

Ada banyak teknik yang membantu tahapan ini, yaitu Brainstorming, Worst Possible Idea, dan lain-lain. Teknik tersebut biasanya digunakan untuk merangsang pemikiran dan memperluas ruang masalah.

Penting untuk mendapatkan sebanyak mungkin ide atau solusi masalah di awal fase Ideate. Sehingga tim dapat menemukan cara terbaik untuk memecahkan masalah atau menyediakan solusi alternatif  yang diperlukan untuk menghindarinya.

4. Prototype

Tim akan menghasilkan sejumlah versi  prototype yang dibagikan dan diuji dalam tim itu sendiri dan sekelompok kecil di luar tim. Ini adalah percobaan bertujuan untuk mengidentifikasi solusi terbaik untuk setiap masalah. Solusi yang diimplementasikan dalam prototype satu per satu diselidiki, diperbaiki dan diperiksa ulang. 

Kemudian akan ditentukan apakah cocok atau tidak berdasarkan user. Pada akhir tahap ini, tim memiliki gagasan yang lebih baik tentang kendala yang melekat pada produk dan masalah.

Pandangan yang lebih jelas tentang bagaimana user merasakan dan menggunakan solusi atau produk pun jauh lebih terlihat.

5. Test

Tim dengan ketat menguji produk lengkap menggunakan solusi terbaik yang diidentifikasi selama fase prototype. Ini adalah fase terakhir, tetapi akan terus berulang  untuk mendefinisikan kembali satu atau lebih masalah yang selanjutnya bisa muncul.

Bahkan selama fase ini, penyempurnaan dan “menyingkirkan” solusi lain digunakan untuk memperoleh pemahaman sedalam mungkin terhadap produk dan user.

Baca Juga: Mengenal Profesi Web Designer Masa Kini

Contoh Design Thinking

IBM adalah contoh perusahaan raksasa yang telah berinvestasi dan berhasil dalam implementasi Design Thinking. Hasilnya sangat fantastis, IBM telah memperoleh ROI sebesar 301%. Hal lain yang mengesankan tentang IBM adalah mereka merancang dan menerapkan sebuah toolkit yang mampu diakses seluruh karyawan untuk workforce yang kreatif bagaikan desainer.

Contoh lainnya adalah Bank of America. Studi kasus dari Invision menjelaskan bagaimana Bank of America bermitra dengan IDEO pada tahun 2004 untuk memahami cara membuat lebih banyak orang membuka rekening bank. Mereka akhirnya menghasilkan sebuah program yang bertajuk “Keep the Change”.

Program tersebut berdasarkan pengamatan di seluruh Amerika terhadap aktivitas perbankan. 

Contoh di atas memperkuat alasan perusahaan untuk menggunakan Design Thinking dalam perkembangan bisnis. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mampu megembangkan inovasi baik dari segi produk, solusi atas permasalahan yang dihadapi maupun antisipasi atas potensi masalah. Tertarik untuk menerapkannya? 

Tentang Penulis

Picture of Admin LinovHR
Admin LinovHR

Akun Admin dikelola oleh tim digital sebagai representasi LinovHR dalam menyajikan artikel berkualitas terkait human resource maupun dunia kerja.

Bagikan Artikel Ini :

Related Articles

Tentang Penulis

Picture of Admin LinovHR
Admin LinovHR

Akun Admin dikelola oleh tim digital sebagai representasi LinovHR dalam menyajikan artikel berkualitas terkait human resource maupun dunia kerja.

Artikel Terbaru