Saat ini, banyak tenaga profesional yang berpengalaman, perusahaan akan dengan mudah menemukan orang yang sesuai dengan posisi yang diinginkan. Namun, seringkali ada hal yang hilang yaitu kecocokan karyawan dengan budaya yang dibagi dalam perusahaan sehingga berakibat demotivasi bahkan performa karyawan. Di sinilah peranan culture fit test.
Culture fit test sering menjadi ‘alat’ atau cara perusahaan mengecek kecocokan calon karyawannya dengan culture perusahaan. Sebelum kandidat nantinya akan bergabung bersama perusahaan, HRD harus memastikan bahwa si kandidat ini mempunyai value, tujuan, dan ‘bahasa’ yang sama.
Bagaimana sebenarnya culture fit test ini bekerja dan apakah perlu perusahaan menggunakan tes ini? Berikut rangkuman dari LinovHR!
Apa Itu Cultural Fit Test?
Sebelum masuk ke penjelasan lebih lanjut, Anda harus paham dulu apa yang dimaksud dengan culture fit. Yang dimaksud dengan culture fit adalah kesesuaian kepribadian dan nilai pekerja dengan value atau kondisi perusahaan.
Culture fit sendiri sangat fundamental sifatnya, dikarenakan aspek tersebut akan mempengaruhi tingkat adaptasi dan kinerja karyawan.
Jadi, culture fit test adalah serangkaian tes yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui kecocokan nilai dan paham yang dianut oleh karyawan terhadap nilai organisasi.
Nantinya, tes ini akan digunakan saat perusahaan mengevaluasi bagaimana calon karyawan potensialnya dapat mengekspresikan baik dari karakteristik perusahaan, language, serta value yang dimiliki.
Umumnya perusahaan akan lebih menginginkan kandidat yang berbagi kepercayaan serta kebiasaan juga sistem yang sesuai dengan culture perusahaan secara spesifik.
Baca juga: Dark Core Personality Test di Dunia Profesional, Perlukah?
Bagaimana Cultural Fit Test dilakukan Saat Proses Rekrutmen?
Tidak semua perusahaan menggunakan metode yang sama saat menilai culture fit kandidat pada proses rekrutmen, beberapa perusahaan biasanya menggunakan interview, ada yang menggunakan assessment test dan atau tes kepribadian.
Namun dari ketiga metode tersebut, interview adalah yang paling sering digunakan. Interview memungkinkan recruiter menilai kandidat calon karyawan memiliki “kecocokan” untuk posisi yang dilamar atau tidak dengan lebih baik.
Untuk assessment test, kandidat biasanya akan ditanya tentang pengalaman dan sifat atau kepribadiannya. Beberapa pertanyaan contoh diantaranya preferensi personal, bagaimana kandidat menghadapi situasi tertentu, opini, pandangan, dan lain-lain.
Begitu juga dengan tes kepribadian, akan ada penilaian tersendiri dari perusahaan yang nantinya akan bermuara ke kesimpulan apakah kandidat ini cocok dengan pekerjaan juga perusahaan atau tidak.
Baca juga: Enneagram Test Dapat Membantu Menentukan Jenjang Karir
Kenapa Perusahaan Perlu Mengadakan Culture Fit Test?
Sebelum membahas alasan kenapa perusahaan harus melakukan culture fit test, kita perlu membicarakan pentingnya cultural fit dalam perekrutan karyawan.
Pengetahuan dan pengalaman kerja memang penting, namun memiliki tujuan dan nilai yang sama dengan perusahaan juga penting.
Dilansir dari Harver menyebutkan bahwa merekrut kandidat yang cocok dengan perusahaan akan mengembangkan dan meningkatkan work engagement.
Di sisi lain jika perusahaan merekrut karyawan yang tidak memiliki nilai yang sama dengan yang perusahaan gunakan, maka akan berdampak buruk atau bahkan bisa menimbulkan masalah dan berimbas secara langsung pada produktivitas dan pertumbuhan perusahaan.
Berikut beberapa alasan perusahaan perlu mengadakan culture fit test:
1. Mengurangi Tingkat Karyawan Resign
Melakukan cultural fit test akan mengurangi pergantian karyawan karena perpindahan. Kecocokan culture perusahaan dengan karyawan akan membuat lingkungan kerja yang lebih happy dan produktif.
2. Meningkatkan Kualitas Karyawan dan Produktivitas
Lingkungan kerja yang menyenangkan akan menambah produktivitas kerja.
Produktivitas yang baik juga akan meningkatkan kualitas dan hasil kerja karyawannya.
3. Meminimalisir Kesalahan Rekrutmen
Adanya culture fit test akan mengurangi atau meminimalisir kemungkinan terjadinya mismatch atau salah rekrut.
Jika mismatch berkurang maka karyawan tentu akan bertahan lebih lama di perusahaan, hal ini menghemat waktu perekrutan kembali karena kesalahan hiring.
Baca Juga: 8 Kendala Rekrutmen yang Dialami HRD Perusahaan
Atur dan Kelola Rekrutmen Lebih Mudah Bersama LinovHR!
Culture fit test merupakan bagian dari rekrutmen yang membutuhkan banyak analisis dan evaluasi. HRD dalam hal ini tidak bisa memilih kandidat hanya dari kompetensinya belaka, tetapi harus disesuaikan dengan kepribadian dan nilai karyawan.
Dengan begitu akan tercipta karyawan yang selaras dengan visi misi perusahaan.
HRD harus mulai menjadikan rekrutmen salah satu titik krusial dalam mendapatkan talenta terbaik. Untuk memaksimalkan proses rekrutmen, perusahaan dapat menggunakan modul Recruitment dari LinovHR.
Salah satu keunggulan dari modul Recruitment dari LinovHR adalah kelengkapan fitur serta sistem yang mudah digunakan.
Segala proses rekrutmen mulai dari seleksi hingga onboarding dapat berjalan secara komprehensif. Ditambah lagi, seluruh data kandidat termasuk CV dan surat lamaran kerja dapat tersimpan secara rapi yang akan memudahkan HRD untuk mencari dan menyortir kandidat yang masuk.
Karena proses administrasi rekrutmen berjalan lancar, maka HRD punya waktu lebih banyak untuk menyusun strategi serta analisis untuk menentukan apakah kandidat yang ada tepat atau tidak untuk bergabung bersama perusahaan. Culture fit test pun berjalan lancar lebih mudah.