Organisasi atau perusahaan kini perlu membangun coaching culture atau budaya pembinaan untuk terus memaksimalkan potensi karyawan mereka serta mengoptimalkan kinerjanya.
Coaching culture adalah budaya di mana setiap individu didorong untuk terus belajar, berkembang, dan saling mendukung.
Melalui budaya pembinaan, tak hanya karyawan saja, namun perusahaan juga dapat merasakan dampak positif apabila budaya tersebut sukses diterapkan.
Artikel LinovHR ini akan membahas lebih dalam mengenai konsep coaching culture. Anda akan mengetahui bagaimana cara membangunnya serta cara mengatasi hambatan dalam prosesnya. Mari simak!
Apa Itu Coaching Culture
Coaching culture mengacu pada sebuah budaya di suatu lingkungan organisasi di mana karyawan, tim, manajer, atau atasan saling mempercayai, belajar, dan berkembang untuk mengembangkan potensi dan profesional mereka.
Dalam budaya ini, seluruh bagian di dalam organisasi yang terlibat harus memiliki rasa saling mempercayai, memiliki sikap terbuka terhadap ide-ide baru, dan memiliki potensi.
Kesimpulannya, siapapun dapat berkontribusi dalam budaya ini dapat terlepas dari posisi mereka dalam organisasi. Mereka akan belajar untuk berkolaboratif demi mencapai tujuan organisasi.
Seperti Apa Cara Kerja Coaching CultureÂ
Dalam coaching culture, pembinaan tidak hanya sekadar mengembangkan diri karyawan, namun juga budaya organisasi secara keseluruhan.
Oleh karena itu, cara kerja budaya ini dibagi menjadi tiga perspektif, yaitu berdasarkan perspektif HR, pemimpin bisnis, dan karyawan. Berikut penjelasannya:
1. Perspektif SDM
Berdasarkan perspektif HR, budaya pembinaan dinilai dari engagement reports.
Pertanyaan ini biasanya terdapat dalam survei mengenai kepercayaan dan dukungan manajerial terhadap perkembangan individu.Â
Misalnya, apakah Anda mempercayai orang lain dalam organisasi? Apakah Anda didukung oleh manajer saat Anda berkembang?
Aspek-aspek ini dapat menjadi indikator awal apakah organisasi memiliki coaching culture yang kuat.
Selain itu, HR perlu memperhatikan adanya mindset berkembang, yang artinya kemauan dan ketangkasan untuk belajar dalam organisasi.
Apabila organisasi menunjukkan hal di atas, maka hal tersebut menunjukkan bahwa organisasi memiliki budaya pembinaan yang baik.
2. Perspektif Pemimpin Bisnis
Kemudian, berdasarkan dari perspektif pemimpin bisnis, coaching culture berkaitan dengan kinerja.
Proses pembinaan ini mencakup eksplorasi serta pengambilan tindakan pada tingkat tertentu, seperti tingkat akuntabilitas, mengambil tanggung jawab, dan memiliki pekerjaan secara keseluruhan.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan dalam organisasi berkorelasi dengan kinerja dan hasil bisnis yang lebih tinggi.Â
Oleh karena itu, bagi pemimpin bisnis, pembinaan dianggap sebagai investasi penting, terutama dalam dunia yang penuh ketidakpastian atau VUCA.
3. Sudut Pandang Karyawan
Dari perspektif karyawan, keberadaan budaya pembinaan tercermin dalam perasaan diperhatikan, dihargai, dan dapat berkembang di dalam organisasi.
Apabila karyawan yang merasa kontribusinya diakui, kemudian mereka mendapatkan dukungan dari rekan-rekan dan pemimpin, hal tersebut menandakan adanya budaya pembinaan.
Perbedaan Learning Culture dan Coaching CultureÂ
Baik learning culture maupun coaching culture sama-sama memberikan dampak positif bagi perusahaan.
Coaching culture sendiri merupakan sebuah evolusi dari learning culture. Ada beberapa aspek yang membedakan keduanya. Berikut adalah perbedaannya:
Learing Culture | Coaching Culture |
Memberikan informasi (Tell) | Bertanya (Ask) |
Berfokus pada pengetahuan dan keterampilan | Berfokus pada mindset dan perilaku |
Metode melalui training | Metode coaching dan mentoring |
Menetapkan waktu untuk penilaian | Umpan balik berdasarkan situasi |
Bagaimana Membangun Coaching Culture
Dalam membangun coaching culture yang sukses, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan.
Oleh karena itu, perhatikan rangkaian coaching culture best practices berikut untuk menerapkan budaya coaching dengan maksimal:
1. Mengetahui Bagaimana Budaya Coaching Membantu Mencapai Tujuan
Langkah awalnya membangunnya, yaitu segera dapatkan dukungan dari staf dan pimpinan senior.Â
Cara ini dapat dilakukan dengan memberikan edukasi kepada mereka tentang manfaat coaching dan hubungannya dengan kinerja dan keterlibatan karyawan.
Penting juga bagi Anda untuk mengaitkan tujuan coaching dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Pastikan mereka memiliki keterkaitan.
Dukungan dari pimpinan senior dapat diperoleh dengan menunjukkan bagaimana coaching dapat mengurangi pergantian karyawan dan meningkatkan kinerja, serta sejalan dengan tujuan organisasi.
2. Mengetahui Siapa yang Memiliki Akses Terhadap Coaching
Pemilihan jenis coaching yang sesuai dan siapa yang akan terlibat adalah langkah kunci dalam membangun budaya coaching.Â
Berbagai jenis pelatihan tersedia. Mulai dari pelatihan eksekutif, pembinaan karyawan yang berpotensi, pelatihan manajer baru, pembinaan karir bagi seluruh karyawan, pembinaan kelompok, dan pelatihan singgah.
Pilihan ini harus dipengaruhi oleh tujuan dan hasil yang diinginkan.Â
Selain itu, penting untuk memahami siapa yang akan terlibat dalam program coaching, dengan mempertimbangkan faktor anggaran dan biaya pelaksanaan.
3. Mengetahui Bagaimana Membangun Coaching ke dalam Budaya
Memasukkan pola pikir coaching ke dalam budaya organisasi memerlukan pemahaman terhadap norma, ekspektasi, dan sistem yang sudah ada.
Pendekatan ini harus sesuai dengan karakteristik organisasi dan tidak bertentangan dengan norma yang sudah ada.Â
Cara Anda mendorong penerapan budaya coaching ini akan dipengaruhi oleh bagaimana terhadap cara organisasi melatih pemimpin, ekspektasi manajer senior, dan KPI manajemen kinerja.
4. Mengetahui Massa Kritis untuk Membangun Budaya Coaching
Untuk mencapai massa kritis dalam membangun budaya coaching, kepemimpinan perlu mencontohkan perubahan yang mereka harapkan baik di tim dan seluruh organisasi.Â
Salah satu caranya adalah dengan mendorong kesadaran dan adopsi. Cara ini akan memberdayakan peserta dan manajer untuk menginvestasikan waktunya dan mewujudkan pembelajaran.
Selain itu, anggaran atau investasi yang khusus untuk program coaching yang berkelanjutan juga dianggap penting.Â
Investasi yang berkelanjutan diperlukan untuk melihat manfaat jangka panjang dan efek riak budaya coaching di seluruh organisasi.
5. Mengetahui Cara Mengukur Keberhasilannya
Untuk mengukur keberhasilan coaching, model Kirkpatrick dapat digunakan.
Model ini melibatkan empat tingkat evaluasi efektivitas program, mulai dari reaksi peserta (reactions), pembelajaran (learning), perubahan perilaku (behavior change), dan dampak nyatanya (business results).
Semakin tinggi tingkat evaluasi, semakin sulit untuk diukur. Namun, model ini membantu dalam memahami dampak sebenarnya dari program dan budaya coaching dalam jangka panjang.
Dengan bantuan learning management system seperti LinovHR, Anda dapat dengan mudah mengetahui perkembangan kegiatan pelatihan atau coaching yang sedang atau telah dilakukan. Hal ini karena di dalam LMS LinovHR sudah dilengkapi dengan fitur learning overview.
Baca Juga: Perbedaan Coaching dan Mentoring
Cara Mengatasi Hambatan Coaching Culture
Proses membangun coaching culture memang tak mudah dan selalu ada tantangannya.
Beberapa tantangannya, yakni seperti kurangnya dukungan kepemimpinan, kurangnya sumber daya, penolakan terhadap perubahan, dan kurangnya keterampilan pembinaan.
Dalam menghadapi tantangan ini, tentunya ada beberapa cara untuk mengatasinya, seperti berikut ini:
1. Memberi Dukungan Kepemimpinan
Langkah pertama yang perlu diambil adalah memberikan dukungan yang kuat dari tingkat kepemimpinan.Â
Cara ini dapat dilakukan dengan memberikan edukasi kepada para pemimpin mengenai manfaat coaching terhadap kinerja dan keterlibatan karyawan.Â
Dalam proses ini, penting untuk berbagi studi kasus dan kisah sukses dari organisasi lain yang telah berhasil menerapkan budaya pembinaan.Â
Kemudian, berikan pelatihan khusus untuk membantu pemimpin mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
2. Kembangkan Sumber Daya
Cobalah mengembangkan sumber daya secara bertahap.
Mulailah dengan dari proyek percontohan yang kecil dan mengembangkannya.Â
Apakah Anda menemukan tempat dalam bisnis untuk mengembangkan proyek percontohan? Setelah berhasil menjalankannya, Anda dapat meminta investasi lebih banyak.
Selain itu, pertimbangkan untuk mengintegrasikan coaching ke dalam rencana pengembangan karyawan. Serta, anggarkan dana khusus untuk coaching sebagai pengeluaran yang diperlukan.
3. Ciptakan Lingkungan yang Aman dan Mendukung Pembinaan
Untuk menciptakan budaya pembinaan, diperlukan lingkungan yang aman dan mendukung.Â
Coaching bukanlah tentang kritik, tetapi tentang bagaimana dapat membantu karyawan untuk berkembang.Â
Anda dapat mendorong manajer dan pembina untuk mengajukan pertanyaan dan mendengarkan secara aktif.Â
Hal ini akan menciptakan ruang bagi ide-ide dan solusi dari karyawan sendiri, bukan memaksakan pandangan atau solusi dari atasan sendiri.
4. Memberikan Kesempatan Pelatihan dan Pengembangan
Upaya terakhir adalah memberikan kesempatan pelatihan dan pengembangan bagi pelatih dan manajer.Â
Hal ini bisa mencakup program pelatihan formal, sertifikasi pembinaan, atau pembinaan dan pendampingan sejawat informal.Â
Selain itu, berikan dukungan dan umpan balik berkelanjutan. Cara ini akan membantu pelatih dan manajer meningkatkan keterampilan mereka seiring berjalannya waktu.
Cara ini juga memastikan bahwa coaching culture terus berkembang dan terintegrasi dalam operasional sehari-hari organisasi.
Metrik untuk Mengukur Coaching Culture
Metrik untuk mengukur coaching culture dapat melibatkan beberapa indikator kunci.
Pertama, yaitu pengukuran tingkat keterlibatan karyawan. Aspek ini diukur melalui orang-orang yang terlibat dalam program pembinaan dan net promoter score.Â
Selanjutnya, yaitu pengukuran tingkat turnover. Apabila turnover rate mengalami penurunan, hal itu dapat menunjukkan efektivitas budaya pembinaan.Â
Namun, perlu diperhatikan bahwa pengalaman pertama kali karyawan dalam pembinaan dapat mempengaruhi tingkat turnover.
Secara keseluruhan, metrik ini membantu untuk melihat sejauh mana budaya pembinaan memengaruhi karyawan dan apakah hal ini membuat mereka puas serta bertahan dalam organisasi.
Bangun Budaya Coaching Bersama LMS LinovHR
Membangun budaya coaching merupakan aspek penting dalam mengembangkan dan memperkuat tim di dalam organisasi.Â
Dalam budaya ini, baik individu maupun tim saling belajar dan berkembang bersama untuk meningkatkan kinerja mereka.
Untuk memaksimalkan hal ini, Anda dapat menggunakan solusi Learning Management System LinovHR sebagai fasilitas untuk mendukung budaya coaching di perusahaan Anda.
Software LMS LinovHR adalah modul yang dirancang untuk memberikan kemudahan dalam mengelola program pelatihan dan pengembangan karyawan. Anda dapat merancang program pelatihan secara lengkap, akurat, dan cepat.
Melalui modul ini, perusahaan dapat merancang, mengorganisir, melaksanakan, serta mengawasi program pelatihan dan pengembangan karyawan dengan mudah.
Perusahaan dapat menyelenggarakan sesi pembelajaran secara online, memfasilitasi karyawan untuk mengakses materi pelatihan yang sesuai, serta melacak kemajuan mereka dengan mudah.
Dengan adanya LMS LinovHR, perusahaan dapat melibatkan karyawan dalam proses pembelajaran yang lebih terarah sehingga dapat membangun budaya coaching yang maksimal.
Budaya coaching yang dibangun tidak hanya meningkatkan keterampilan individu, tetapi juga memperkuat kolaborasi dan komunikasi antar tim.
Ayo, segera ajukan demonya sekarang dengan menghubungi kami sekarang juga!