Dalam sebuah bisnis, AR alias account receivable bukanlah hal yang asing. Ini sering ditemukan dalam proses transaksi di mana pembelian suatu barang dilakukan dengan cara kredit.
Mari ketahui lebih dalam mengenai piutang usaha dalam artikel LinovHR berikut ini!
Apa Itu Account Receivable
Secara singkat, account receivable adalah piutang usaha alias sejumlah biaya yang diterima oleh perusahaan dari konsumen sebagai bentuk dari hasil penjualan produk atau layanan secara kredit.
Sebagai pihak yang berutang, pelanggan memiliki kewajiban hukum untuk membayar kepada perusahaan dengan jangka waktu tertentu. Oleh karena hal inilah, account receivable sering pula disebut sebagai aktiva lancar pada laporan keuangan perusahaan dan tergolong sebagai aset cair.
Ini artinya, piutang dagang merupakan jenis aktiva dengan likuiditas tinggi, di mana ia bisa dengan mudah diubah menjadi uang tunai hanya dalam waktu singkat.
Account receivable dapat dibagi lagi ke dalam dua jenis, yaitu:
- Trade Receivables (piutang usaha): piutang yang didapat perusahaan dari mitra bisnis, contohnya agen, pedagang besar, atau distributor. Piutang usaha bisa dijual untuk memperoleh uang tunai secara cepat atau dijual sebagai jaminan pinjaman.
- Non-Trade Receivables (piutang non-usaha): piutang yang bukan berasal dari mitra bisnis dan bukan termasuk hasil utama perusahaan, contohnya piutang kepada karyawan. Piutang non-usaha tidak bisa dipakai sebagai jaminan pinjaman.
Ciri-Ciri Account Receivable
Setidaknya terdapat tiga ciri yang ada pada account receivable, berikut ini penjelasannya:
1. Nilai Jatuh Tempo
Nilai jatuh tempo dalam account receivable artinya jumlah nilai transaksi utama yang ditambah dengan bunga.
Jika pembayaran transaksi telah memasuki jatuh tempo, besar nilainya akan diakumulasi dengan bunga yang dapat bertambah jumlahnya berdasarkan jangka waktu tertentu.
Bunga berlaku sebagai konsekuensi dari waktu pembayaran yang diajukan oleh pihak terutang. Sementara bagi pihak piutang, bunga adalah bentuk kompensasi atas waktu pelunasan yang diberikan.
2. Tanggal Jatuh Tempo
Tanggal jatuh tempo adalah hari di mana pihak perusahaan menagih kewajiban pembayaran kepada pihak lain. Jika terjadi keterlambatan, umumnya perusahaan akan memberi sanksi berupa denda.
3. Umur Jatuh Tempo
Ciri-ciri terakhir adalah umur jatuh tempo yang terbagi menjadi dua jenis, yakni bulanan dan harian.
Umur jatuh tempo bulanan jatuh pada tanggal tertentu di setiap bulan pembayaran. Sementara itu, umur jatuh tempo harian bisa ditentukan oleh pihak piutang kepada pihak terutang.
Fungsi Account Receivable
Dalam dunia bisnis, fungsi dari account receivable adalah membantu mengoptimalkan arus kas perusahaan.
Seperti yang kita tahu, faktor utama keberhasilan perusahaan bisa dilihat dari besarnya jumlah pelanggan yang melakukan transaksi. Perolehan angka tersebut bisa dimaksimalkan dengan menetapkan cara pembayaran yang bermacam-macam.
Account receivable adalah salah satu cara yang paling umum dilakukan, terutama bagi bisnis berskala besar. Adanya piutang usaha berfungsi membantu perusahaan mengoptimalkan cash flow.
Namun, bila konsumen terlambat membayar utang, maka bisnis bisa mengalami kondisi stagnan bahkan merugi.
Oleh karenanya, perusahaan perlu melakukan pemantauan berkala secara rutin terhadap riwayat account receivable para pelanggan.
Baca Juga: Mengenal Account Payable
Cara Mendapatkan Account Receivable
Lalu, bagaimana perusahaan bisa mendapatkan account receivable dari pihak lain? Berikut cara-caranya.
1. Tetapkan Standar Prosedur
Supaya pembayaran berjalan lancar dan karyawan yang bertugas menagih dapat melakukan tanggung jawabnya dengan mudah, perusahaan harus menetapkan standar prosedur yang jelas.
Misalnya dalam hal waktu penagihan, format atau skrip untuk teks dan panggilan telepon, dan sebagainya.
2. Meninjau Laporan
Membuat tinjauan laporan akan membantu perusahaan memantau informasi pembayaran konsumen. Dari sini, perusahaan dapat mengetahui apakah konsumen membayar dengan benar dan apakah perlu dilakukan penagihan guna melunasi tagihan.
3. Melatih Karyawan
Untuk menghadapi konsumen dan segala macam sifatnya, karyawan yang bertugas menagih harus diberi pelatihan. Beberapa konsumen mungkin mudah diajak bekerja sama, tetapi ada pula yang lambat merespons atau bahkan marah ketika ditagih.
Oleh karenanya, karyawan harus dilatih supaya mampu menghadapi masalah yang muncul dengan baik.
4. Menyewa Jasa Agen Penagihan
Jika perusahaan masih merasa kesulitan menagih, menyewa jasa agen penagihan bisa jadi opsi yang patut dipertimbangkan. Dengan begitu, pekerjaan seputar tagih menagih akan jauh lebih mudah.
Baca juga: Mengenal Profresi Account Receivable Officer
Contoh Account Receivable
Contoh account receivable adalah saat perusahaan melakukan penagihan kepada konsumen. Anda bisa menyimak studi kasus berikut ini:
Perusahaan dagang PT Jaya Bersama menjual bermacam perlengkapan kantor.
Kemudian, Toko Cipta tertarik untuk membeli barang dengan transaksi Rp2.000.000 secara kredit. Toko Cipta berjanji akan membayarnya di tanggal transaksi bulan berikutnya.
Berikut pencatatan dalam laporan neraca PT Jaya Bersama untuk account receivable.
Account | Debit | Kredit |
Account receivable | Rp2.000.000 | |
Sales | Rp2.000.000 |
Setelah Toko Cipta berhasil membayar kewajibannya, PT Jaya Bersama akan mencatatnya sebagai berikut:
Account | Debit | Kredit |
Cash | Rp2.000.000 | |
Account receivable | Rp2.000.000 |
Itu dia pembahasan tentang account receivable pada artikel kali ini. Semoga membantu!