Bagi anda pegawai kantor tentu sudah sangat paham tentang aturan bekerja 8 jam sehari. Rutinitas ini harus dijalani sebagai bentuk tanggung jawab. Tapi tahukah anda mengapa ada standar 8 jam kerja perhari tersebut?
Ternyata bekerja 8 jam sehari ada sejarahnya. Dipercaya, standar kerja ini diprakarsai oleh Robert Owen pada abad ke-18 atau saat Revolusi Industri. Ia berkampanye agar semua pekerja tidak melebihi 8 jam dengan slogan ‘8 jam kerja, 8 jam rekreasi, dan 8 jam istirahat’.
Hal tersebut ia lakukan karena prihatin dan merasa tertekan dengan aturan yang saat itu berlaku dimana manusia harus bekerja sekitar 10-16 jam perhari untuk menjalankan mesin pabrik yang bekerja nonstop 24 jam sehari selama 7 hari.
Baca Juga: Jam Kerja Tetap Vs Jam Kerja Fleksibel
Lantas apakah standar tersebut masih bisa dianggap efektif di era sekarang? Rasanya tak berlebihan jika kerja 8 jam sehari sudah patut di kaji ulang karena sudah tak lagi efektif. Mengapa demikian? Berikut beberapa alasannya.
Lama Kerja Tidak Menentukan Produktivitas
Teknologi sudah mengubah akan banyak hal. Aktivitas manusia yang dahulu dilakukan manual, sekarang sudah bisa secara otomatis. Perkembangan teknologi inilah yang menjadi salah satu sebab produktivitas tidak terkait dengan berapa lama bekerja. Dengan kata lain, lama kerja tidak berbanding lurus dengan produktivitas yang dihasilkan.
Pada hakikatnya, seorang pekerja harus bisa fokus terhadap apa yang ia kerjakan. Jika bisa menghasilkan kualitas yang sama hanya dengan 4 jam kerja, maka tak perlu menghabiskan waktu 8 jam.
Sebagai contoh, seorang staf keuangan beberapa puluh tahun lalu harus menulis laporan keuangan secara manual. Ia akan menghabiskan waktu 8 jam untuk menyelesaikan tugas tersebut. Berbeda dengan sekarang, komputer menjadikan pekerjaan pembuatan laporan bisa dengan mudah dilakukan di Microsft excel. Hanya dalam 4 jam, ia sudah bisa menyelesaikan semuanya. Lantas, untuk apa ia harus berlama-lama di kantor selama 4 jam sisanya?
Efektifitas waktu seperti ini ternyata diterapkan dengan baik oleh beberapa perusahaan. Sebut saja perusahaan Tech in Asia Indonesia, mereka berani menerapkan kebijakan berupa kebebasan berapa lama karyawannya berada di kantor. Selama tugas yang diberikan bisa selesai, maka karyawan bebas untuk mengerjakannya kapan saja dan dimana saja.
Jam Produktif Setiap Orang Berbeda
Pernahkan kalian melihat seseorang yang gemar mengerjakan tugas saat malam hari? Ya, kondisi seperti ini adalah suatu keniscayaan. Manusia memiliki ciri yang tidak bisa disamaratakan, termasuk untuk waktu kerja yang paling produktif untuk dirinya. Tak heran jika sekarang banyak orang yang memilih sebagai freelancer karena dianggap lebih sesuai dengan mereka.
Menyamakan setiap karyawan untuk datang ke kantor pagi hari dan pulang sore hari sudah mulai dianggap usang. Dunia membutuhkan kualitas dan kecepatan, sehingga tak perduli kapan anda punya waktu dan kapan anda bisa menyelesaikan, yang akan dinilai adalah hasilnya.
Konsentrasi Otak Manusia untuk Bekerja Tak Sampai 1 Jam
Manusia memiliki kapasitas. Kita tentu tak akan mampu bekerja terus menerus tanpa jeda. Interval jeda untuk istirahat juga tak seharusnya diatur sembarangan. Menurut penelitian, rasio ideal konsentrasi otak manusia untuk bekerja adalah 52 menit, sedangkan 17 menit setelahnya dibutuhkan waktu untuk istirahat.
Menerapkan rasio kerja seperti standar diatas, jangan dianggap akan membuang-buang waktu. Justru, mereka yang konsisten menerapkannya memiliki tingkat fokus lebih tinggi. Hal tersebut akan berdampak pada efektifitas waktu dan produktivitas kerjanya.
Mengatur Energi Lebih Penting Dibanding Mengatur Waktu
Dirangkum dalam artikel huffingtonpost yang ditulis oleh Tony Schwarts, pekerja seharusnya mengatur energi yang mereka miliki, bukan jam kerja yang harus dialokasikan. Ini artinya, setiap pekerja harus bisa menempatkan dirinya, kapan untuk bekerja dan kapan untuk mengisi energi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pekerja harus mampu mengatur empat tipe energi yaitu energi fisik (kesehatan), energi emosional (kebahagiaan), energi mental (fokus), dan energi spiritual (tujuan hidup).
Kesimpulannya, kerja 8 jam sehari di zaman sekarang memang sudah tidak lagi efektif. Selain karena perkembangan teknologi, kebutuhan manusia diluar urusan kerja juga sudah menjadi perhatian. Ingat, manusia bukan mesin yang bisa bekerja sepanjang waktu. Manusia memiliki siklus tubuhnya sendiri dimana satu elemen akan mempengarui elemen lainnya. Di atas dari itu semua, bukan soal waktu yang dibutuhkan saat ini, tetapi berapa maksimal atau efektif pekerjaan itu diselesaikan.